ilustrasi
Pahamilah.com - JABIR bin ‘Abdullah
menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Singgasana iblis ada di atas
laut. Dia mengirim pasukan tentaranya setiap hari untuk menggoda
manusia. Tentaranya yang paling tinggi kedudukannya adalah tentara yang
paling lihai menjerumuskan manusia” (HR Ahmad).
Masih dalam hadist riwayat Jabir
disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya iblis meletakkan
singgasananya di atas air. Dia mengirim bala tentaranya kepada manusia.
Tentara yang paling dekat dengannya adalah tentara yang paling dahsyat
memfitnah manusia. Salah seorang tentaranya datang dan melapor, Aku
tidak henti-hentinya menguntit si anu. Ketika aku meninggalkannya, ia
mengeluarkan perkataan begini dan begitu.’ Iblis berkata, ‘Apa yang
engkau lakukan tidak ada apa-apanya.’ Lalu, tentaranya yang lain datang
dan melapor, ‘Aku telah menggoda si anu hingga bercerai dengan
pasangannya.’ Tentara yang melapor terakhir ini diangkat kedudukannya
dan iblis berkata, ‘Engkau hebat”‘ (HR Muslim). Tentara itulah yang
terbaik menurut iblis dan berhak mendapat penghargaan.
Ibn Al-Qayyim menyebutkan enam cara yang dilakukan oleh setan dalam menggoda manusia supaya tersesat:
1. Setan membujuk manusia agar mengingkari Allah atau menyekutukan-Nya. Jika tidak berhasil, dia beralih pada cara yang kedua.
2. Setan membujuk manusia agar melakukan
bid’ah yang sesat. Jika manusia berpegang teguh pada Sunnah, setan
beralih pada cara yang ketiga.
3. Setan menggoda manusia untuk melakukan
dosa-dosa besar. Jika manusia terjaga dari dosa besar, setan beralih
pada cara yang keempat.
4. Setan menggoda manusia untuk melakukan
dosa-dosa kecil. Jika manusia terhindar dari dosa kecil, misalnya segera
bertobat ketika menyadari dosa kecil yang dilakukannya, setan segera
beralih pada cara yang kelima.
5. Setan menggoda manusia dengan
perbuatan-perbuatan yang tiada berguna. Manusia dibujuk untuk
menghabiskan waktunya dengan perbuatan yang sia-sia sehingga
meninggalkan perbuatan yang berguna.
6. Setan menggoda manusia agar sibuk
dengan perkara-perkara yang baik tetapi mengabaikan perkara-perkara yang
lebih baik. Contohnya, seseorang disibukkan dengan ibadah-ibadah sunnah
tetapi mengabaikan ibadah fardhunya.
Godaan yang keenam sangat halus tetapi
bahayanya amat besar. Karena itu, ia harus dicermati. Hal ini bukan
berarti bahwa kita sebaiknya meremehkan ibadah-ibadah sunnah dan
menganggapnya sebagai sesuatu yang dapat menghambat kemajuan Islam.
Tetapi, hendaklah seseorang melaksanakan agamanya secara total.
Kefardhuan clan kesunnahan harus dilakukan secara proporsional. Amalan
lahir dan batin harus seimbang. Tidak dapat dibenarkan seseorang
memperhatikan ibadah sunnahnya melebihi perhatiannya terhadap ibadah
fardhu.
Ibn Qayyim Al Jauziyyah mendahulukan
urutan bid’ah daripada urutan dosa besar. Sebab, bid’ah sangat disenangi
oleh iblis daripada dosa besar. Sufyan Al-Tsauri berkata, “Perbuatan
bid’ah lebih disenangi oleh iblis daripada perbuatan maksiat. Seseorang
yang bermaksiat dapat saja berhenti dari maksiatnya. Namun, jika telah
terjebak pada perbuatan bid’ah, ia sulit meninggalkannya.”
Tidak ada senjata setan yang lebih ampuh bagi manusia berupa rasa takut miskin. Jika manusia diserang senjata ini, mereka akan enggan menunaikan hak pada orang lain dan menjadi budak hawa nafsu.
cara lain yang digunakan setan untuk menyesatkan manusia adalah sebagai berikut:
Pertama, melalui pintu marah dan
syahwat. Marah menimbulkan kekacauan pikiran. Jika seseorang marah,
setan akan mempermainkannya seperti anak kecil yang memainkan bola.
Kedua, melalui pintu hasud dan
rakus. Jika seseorang telah tergoda oleh sesuatu, setan akan
menghasudnya sehingga ia rakus, lalu setan membutakannya dan
menulikannya sehingga ia tak berdaya dan tersesat. Al-Hasan berkata,
“Pangkal utama keburukan ada tiga, yaitu rakus, hasud, dan takabur.
Takabur telah menghalangi iblis untuk sujud kepada Adam. Rakus telah
mengeluarkan Adam dari surga. Sedangkan, hasud memaksa Qabil untuk
membunuh Habil”
Ketiga, melalui pintu
kekenyangan. Perut yang kenyang –meskipun dengan makanan yang halal–
dapat membangkitkan syahwat. Padahal, syahwat adalah senjata setan.
Wuhaib bin Al-Warad berkata, “Suatu saat,
iblis pernah menampakkan diri kepada Nabi Yahya bin Zakariya. Iblis
berkata, ‘Aku ingin menasihatimu.’ Yahya berkata, ‘Omong kosong engkau
akan menasihatiku. Jika mau, ceritakan saja tentang keadaan manusia yang
sering kaugoda!’ Iblis berkata, ‘Manusia terbagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama sangat tangguh untuk digoda, tetapi kami kadang bisa
menaklukkannya. Mereka adalah orang-orang yang kami goda dengan
dosa-dosa kecil. Ketika menyadari terperosok dosa, mereka segera
bertobat kepada Allah. Upaya kami pun sia-sia karena tobat mereka.
Ketika kami menggoda lagi, mereka bermaksiat kembali. Namun, ketika
menyadari dosa kecilnya, mereka segera bertobat lagi. Kami pun tidak
pernah putus asa untuk menaklukkan mereka.
“‘Kelompok kedua adalah mereka yang
gampang kami bujuk untuk melakukan dosa. Kami permainkan mereka seperti
bola di tangan anak kecil. Kami memutar-balik mereka semau kami. Kami
benar-benar telah dapat menggenggam jiwa raga mereka.
Adapun kelompok ketiga adalah orang-orang
seperti dirimu. Mereka terjaga dari dosa. Kami tidak mampu sedikit pun
menguasai mereka.’ Yahya berkata, ‘Baiklah. Tapi, apakah engkau pernah
menggodaku?’ Iblis menjawab, ‘Hanya sekali, ketika engkau sedang makan
malam. Aku berupaya membuatmu tergiur untuk menyantap makananmu dengan
lahap. Karena kekenyangan, malam itu engkau tertidur pulas dan tidak
bangun malam. Padahal, engkau sudah terbiasa bangun malam.’ Yahya
berkata, ‘Kalau begitu, aku pastikan bahwa diriku tidak akan pernah
kenyang hingga mati.’ Iblis berkata, ‘Aku pastikan juga bahwa tidak akan
pernah menasihati manusia setelah ini.”
Keempat, melalui pintu tamak.
Jika ketamakan telah merasuki jiwa seseorang, setan akan menjeratnya
dengan berbagai kesenangan, lalu ia suka memamerkan diri dan kekayaannya
serta menuhankan harta benda.
Kelima, melalui pintu
ketergesaan. Ketika seseorang dilanda ketergesaan, setan segera
membisiki jiwanya tentang kebaikan tergesa-gesa tanpa ia sadari.
Ketergesaan datang dari setan, dan kehati-hatian datang dari Allah.
Keenam, melalui pintu fanatik
terhadap satu mazhab atau seorang guru sehingga menimbulkan kedengkian
satu pihak terhadap pihak yang lain.
Ketujuh, melalui pintu buruk sangka kepada orang lain. Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak buruk sangka. Sesungguhnya sebagian buruk sangka adalah dosa.” (QS AI-Hujurat [49]: 12).
Setan selalu menghiasi perbuatan mudharat sehingga manusia memandang seolah-olah perbuatan itu penuh manfaat.
Ada beberapa cara lain yang dilakukan oleh setan untuk menjebak manusia. Pertama,
menggiring manusia pada kondisi-kondisi yang dikira olehnya
menghasilkan keuntungan, padahal hal itu merupakan sumber kecelakaan.
Ketika manusia sudah terjerumus ke dalamnya, setan segera angkat kaki.
Allah Swt berfirman, “Dan ketika setan menjadikan mereka memandang
baik pekerjaan mereka dan mengatakan, “Tidak ada seorang manusia pun
yang dapat mengalahkan kami pada hari ini. Sesungguhnya aku adalah
pelindungmu.” Maka, ketika kedua pasukan itu telah saling melihat
(berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, “Sesungguhnya
aku berlepas diri darimu. Aku melihat apa yang kamu sekalian tidak
melihatnya. Aku takut kepada Allah.” Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS Al-Anfal [8]: 48).
Kedua, menakut-nakuti manusia dengan bala tentara setan supaya mereka patuh kepadanya. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik). Karena itu, janganlah kamu takut
kepada mereka. Tapi, takutlah kalian hepada-Ku jika kamu benar-benar
orang yang beriman.” (QS Ali ‘Imran [3]: 175)
Ketiga, menghiasi perbuatan mudharat seolah-olah perbuatan yang penuh manfaat. Manusia mengira bahwa apa yang dilakukan adalah perbuatan paling bermanfaat, padahal ia sangat mudharat. Banyak sekali manusia terjebak oleh rekayasa setan ini. Sering kali setan menampakkan kebatilan dalam bentuk yang menggiurkan, sedangkan kebenaran dibungkus dengan rupa yang menyebalkan. Manusia digoda setan agar mau menyembah berhala dan memutuskan silaturahmi.
Setan menjanjikan kepada mereka bahwa
perbuatan itu akan membahagiakannya di surga. Padahal, semua itu adalah
kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Setan suka mengelabui orang yang
malas beramar makruf nahi mungkar dengan sikap toleran yang harus
dipertahankan demi pergaulan yang positif.
Keempat, menganjurkan manusia
agar bertindak ekstrem atau gegabah dalam hal agama. Salah seorang ulama
salaf berkata, “Tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kepada manusia,
melainkan setan berupaya agar ia bertindak ekstrem atau gegabah.
Sementara itu, manusia tidak mempedulikan tindakannya.”
Kelima, memutarbalikkan perkataan
yang batil, pemikiran yang keliru, dan khayalan-khayalan semu yang
merupakan sampah otak, kotoran pikiran, dan buih-buih yang mengotori
hati yang gelap dan terbuai. Dengan pemutarbalikan itu, kebatilan
dianggap kebenaran, dan kebenaran dianggap kebatilan. Hati dan pikiran
kehilangan pegangan dan hanya mengikuti praduga. Keimanan menjadi rapuh
seiring dorongan-dorongan untuk mangkir. Tak ada iktikad baik dari
orang-orang seperti ini. Mereka telah menipu dengan ucapan-ucapan palsu.
Mereka mengabaikan Al-Quran. Mereka berada dalam keraguan yang kronis.
Mereka terus-menerus berada dalam kehancuran. Semoga Allah melindungi
kita dari keadaan seperti itu.
Setan juga tidak melewatkan untuk menjebak
para ahli ibadah dan para ulama. Di antara cara yang dilakukannya
adalah menghasut masyarakat agar mau mencium tangan mereka, memuji,
menyanjung, meminta berkah, dan lain-lain. Akibatnya, mereka merasa
kagum (ujub) terhadap diri mereka sendiri. Jika dikatakan kepada mereka,
“Engkau adalah pasak bumi. Karenamulah makhluk terhindar bencana,” hati
mereka berbinar dan mengira bahwa perkataan itu benar. Sikap ini
merupakan kebinasaan tertinggi.
Jika mereka melihat seorang anggota
masyarakat membangkang atau kurang sopan kepada mereka, mereka marah dan
menyimpan dendam. Sikap dendam ini tentu lebih busuk daripada kelakuan
pendosa besar yang tak mau bertobat.
Al-Hasan berkata, “Tidak sedikit orang
yang terkena fitnah akibat sanjungan yang ditujukan kepadanya. Tidak
sedikit orang yang tertipu akibat Allah menutupi perbuatan dosa yang dia
lakukan.”
Cara lain yang digunakan setan untuk
menjebak ulama dan ahli ibadah adalah membisiki mereka untuk memakai
pakaian tertentu, berpenampilan khusus, berjalan dengan gaya yang
dibuat-buat, mempunyai guru yang lebih istimewa, dan menempuh tarekat
yang berbeda dengan orang lain. Setan terus menggoda mereka agar
menetapi keadaan seperti itu hingga menjadi tradisi wajib bagi mereka.
Mereka pun selalu mengamalkan rutinitas itu dan mencela orang yang
mengabaikannya.
Upaya lain yang dilakukan setan untuk
menjebak para ulama dan ahli ibadah adalah mengembuskan kewas-wasan pada
hati mereka. Mereka didera kewas-wasan dalam hal bersuci, shalat, dan
pada saat berniat. Akibatnya, mereka menjadi ekstrem dan berlebihan.
Dengan cara demikian, setan dapat menyeret mereka untuk menjauh dari
Sunnah Rasulullah. Setan berbisik kepada mereka bahwa apa yang mereka
lakukan sesuai dengan Sunnah.
Lebih dari itu, setan juga mencari celah
untuk menjebak mereka pada amalan yang jauh dari pahala. Mereka mengira
bahwa wudhu dan shalat mereka sudah sesuai dengan praktik Rasulullah,
padahal jauh dari kesempurnaan.* (hidayatullah/pahamilah)
*Dipetik dari tulisan Sa’ad Yusuf Abu ‘Azis dari bukunya, “Azab-azab yang Disegerakan di Dunia”.