middle ad
Tampilkan postingan dengan label Rasisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rasisme. Tampilkan semua postingan
Prostitusi online 

Pahamilah.com - Sosiolog sekaligus Wakil Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar menyayangkan masyarakat Indonesia yang terkesan acuh terhadap pelaku prostitusi.

Padahal, menurutnya, tindakan prostitusi merupakan tindakan yang melanggar hukum negara, hukum agama dan hukum sosial.

“Seorang ulama yang menikah secara sah, malah diberi sanksi sosial, kok yang melakukan perbuatan melawan hukum enggak diberi hukuman, malah dibiarin, kan gak adil,” kata Musni Umar kepada Republika, Senin (11/05).

Musni mengatakan, inilah saatnya masyarakat ikut berperan dalam membongkar jaringan prostitusi yang bisa merusak generasi muda Indonesia.

Dia menambahkan, saat ini pula waktu yang tepat untuk memproteksi keluarga terutama anak-anak agar tidak terjerumus ke dalam dunia pelacuran.

Lebih jauh Musni mamaparkan, terbongaknya prostitusi bisa mencoreng nama Indonesia yang dihuni mayoritas Umat Muslim.

Mengingat dalam Islam tidakan perzinahan sangat ditentang keras. “Mendekati saja nggak boleh, apalagi melakukan. Ini bisa jadi karena nilai setitik rusak susu sebelanga,” jelasnya.

Sebelumnya, RA mucikari yang memasok perempuan tarif atas ditangkap Polres Jakarta Selatan di sebuah hotel bintang lima. Ia ditangkap bersama seorang artis berinisial AA. Keduanya tertangkap melakukan praktik prostitusi. (republika/pahamilah)

Aneh, Poligami Diberi Sanksi Sosial, Kok Prostitusi Enggak?

Prostitusi online 

Pahamilah.com - Sosiolog sekaligus Wakil Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar menyayangkan masyarakat Indonesia yang terkesan acuh terhadap pelaku prostitusi.

Padahal, menurutnya, tindakan prostitusi merupakan tindakan yang melanggar hukum negara, hukum agama dan hukum sosial.

“Seorang ulama yang menikah secara sah, malah diberi sanksi sosial, kok yang melakukan perbuatan melawan hukum enggak diberi hukuman, malah dibiarin, kan gak adil,” kata Musni Umar kepada Republika, Senin (11/05).

Musni mengatakan, inilah saatnya masyarakat ikut berperan dalam membongkar jaringan prostitusi yang bisa merusak generasi muda Indonesia.

Dia menambahkan, saat ini pula waktu yang tepat untuk memproteksi keluarga terutama anak-anak agar tidak terjerumus ke dalam dunia pelacuran.

Lebih jauh Musni mamaparkan, terbongaknya prostitusi bisa mencoreng nama Indonesia yang dihuni mayoritas Umat Muslim.

Mengingat dalam Islam tidakan perzinahan sangat ditentang keras. “Mendekati saja nggak boleh, apalagi melakukan. Ini bisa jadi karena nilai setitik rusak susu sebelanga,” jelasnya.

Sebelumnya, RA mucikari yang memasok perempuan tarif atas ditangkap Polres Jakarta Selatan di sebuah hotel bintang lima. Ia ditangkap bersama seorang artis berinisial AA. Keduanya tertangkap melakukan praktik prostitusi. (republika/pahamilah)
Muslimah Australia 

Pahamilah.com - Komisioner diskriminasi ras Tim Soutphommasane menentang keputusan tersebut kebijakan parlemen yang memberlakukan tidak adil Muslimah Australia. Dia menekankan setiap Muslim harus mendapatkan hak yang sama.

"Muslim Australia harus diperlakukan adil dan diperlukan setara seperti masyarakat lainnya. Jika terdapat kekhawatiran atas keselamatan atau keamanan publik, setiap pengunjung harus diwajibkan melalui pemeriksaan saat akan memasuki parlemen," ujar dia.

Komisioner hak asasi manusia Tim Wilson mengecam pengaturan keamanan baru tersebut karena memperlakukan sejumlah warga Australia secara berbeda. Dia mengatakan tidak ada pembenaran atas keputusan itu. Dia menambahkan memisahkan warga yang mengenakan penutup wajah di parlemen sangat tidak tepat dan tidak perlu.

Tidak lama setelah aturan baru itu beredar, pemimpin Partai Hijau Christine Milne mengatakan dalam akun Twitter-nya keputusan tersebut tidak bijaksana. "Baru saja tahu perempuan Muslim yang mengenai penutup wajah akan diarahkan ke bagian galeri untuk anak sekolah yang gaduh," kicaunya.

Pemimpin Partai Hijau pada Kamis pagi menulis surat kepada juru bicara parlemen Bronwyn Bishop dan senator Parry yang mendesak mereka menolak larangan burqa di Gedung Parlemen. Menurut mereka, hal tersebut merupakan penghinaan terhadap nilai-nilai multikultural yang akan mengobarkan pemisahan kultural.

Milne menulis parlemen harus memimpin dengan mencontohkan dan menyatukan seluruh masyarakat. Australia tidak akan menjadi tempat yang lebih aman dengan memarjinalkan dan menyerang warga.

Dia melanjutkan, pemindaian keamanan telah diterapkan kepada semua orang yang memasuki Gedung Parlemen. Di bandara dan pengadilan protokol pemeriksaan keamanan telah dilakukan.

Dalam proses tersebut, Muslimah harus melepas sementara burqa yang dipakainya demi kepentingan identifikasi. Namun, dia menambahkan, kebijakan saat ini berusaha untuk secara permanen melarang burqa di Gedung Parlemen. "Hal itu benar-benar bertentangan dengan masyarakat multikultural dan kebebasan," ujar Milne. (republika/pahamilah)



Parlemen Australia Anggap Muslimah 'Bocah Nakal' Karena Bercadar

Muslimah Australia 

Pahamilah.com - Komisioner diskriminasi ras Tim Soutphommasane menentang keputusan tersebut kebijakan parlemen yang memberlakukan tidak adil Muslimah Australia. Dia menekankan setiap Muslim harus mendapatkan hak yang sama.

"Muslim Australia harus diperlakukan adil dan diperlukan setara seperti masyarakat lainnya. Jika terdapat kekhawatiran atas keselamatan atau keamanan publik, setiap pengunjung harus diwajibkan melalui pemeriksaan saat akan memasuki parlemen," ujar dia.

Komisioner hak asasi manusia Tim Wilson mengecam pengaturan keamanan baru tersebut karena memperlakukan sejumlah warga Australia secara berbeda. Dia mengatakan tidak ada pembenaran atas keputusan itu. Dia menambahkan memisahkan warga yang mengenakan penutup wajah di parlemen sangat tidak tepat dan tidak perlu.

Tidak lama setelah aturan baru itu beredar, pemimpin Partai Hijau Christine Milne mengatakan dalam akun Twitter-nya keputusan tersebut tidak bijaksana. "Baru saja tahu perempuan Muslim yang mengenai penutup wajah akan diarahkan ke bagian galeri untuk anak sekolah yang gaduh," kicaunya.

Pemimpin Partai Hijau pada Kamis pagi menulis surat kepada juru bicara parlemen Bronwyn Bishop dan senator Parry yang mendesak mereka menolak larangan burqa di Gedung Parlemen. Menurut mereka, hal tersebut merupakan penghinaan terhadap nilai-nilai multikultural yang akan mengobarkan pemisahan kultural.

Milne menulis parlemen harus memimpin dengan mencontohkan dan menyatukan seluruh masyarakat. Australia tidak akan menjadi tempat yang lebih aman dengan memarjinalkan dan menyerang warga.

Dia melanjutkan, pemindaian keamanan telah diterapkan kepada semua orang yang memasuki Gedung Parlemen. Di bandara dan pengadilan protokol pemeriksaan keamanan telah dilakukan.

Dalam proses tersebut, Muslimah harus melepas sementara burqa yang dipakainya demi kepentingan identifikasi. Namun, dia menambahkan, kebijakan saat ini berusaha untuk secara permanen melarang burqa di Gedung Parlemen. "Hal itu benar-benar bertentangan dengan masyarakat multikultural dan kebebasan," ujar Milne. (republika/pahamilah)



Ratusan warga Penjajah Israel protes 

Pahamilah.com - Polisi Israel memblokade lebih dari 200 demonstran ultra kanan Yahudi yang berniat menyerbu pesta pernikahan seorang wanita Yahudi dengan seorang pria muslim. Demonstran menerikkan kata-kata "matilah Arab".

Lusinan polisi termasuk anggota unit paling elite, membentuk rantai manusia untuk menahan demonstran dari pintu gerbang gedung pernikahan dan menahan mereka yang mengabaikan peringatan mereka. Empat demonstran ditahan, namun tidak ada yang cedera.

Pengacara pasangan pengantin Maral Malka (23) dan Mahmoud Mansour (26) yang keduanya warga Jaffa di Tel Aviv, gagal meminta pengadilan untuk mencegah demonstrasi itu.

Sang pria lalu meminta perlindungan polisi agar demonstran tetap berada 200 meter dari gedung pernikahan di sudut kota Tel Aviv di Rishon Lezion.

Demonstrasi ini menandai meningkatnya ketegangan antara warga Yahudi dan Arab di Israel dalam dua bulan terakhir menyusul konflik di Gaza, penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel Juni lalu menyusul balas dendam kematian seorang remaja Palestina di wilayah Yerusalem Israel.

Sebuah kelompok bernama Lehava yang mengorganisir demonstrasi anti pernikahan itu telah mengusik pasangan Yahudi-Arab itu sebelumnya dengan kerap mengutipkan alasan-alasan keagamaan untuk menolak perkawinan itu. Kelompok ini sebenarnya jarang berdemonstrasi di situs pernikahan.

Pasangan pengantin berkata kepada Channel 2 TV Israel bahwa demonstran gagal mencegah pernikahan mereka atau menciutkan semangat mereka.

"Kami akan berdansa dan menikah sampai matahari terik. Kami mendukung koeksistensi," kata sang mempelai pria.

Para demonstran yang kebanyakan anak muda mengenakan kaos hitam, mengutuk Malka yang lahir sebagai Yahudi namun masuk Islam demi pernikahan itu.

Mereka mengutuk sang mempelai wanita sebagai "pengkhianat yang melawan negara Yahudi," dan meneriakkan kata-kata kebencian kepada warga Arab dengan "matilah Arab."  Mereka juga menyanyikan, "Semoga desa kalian ludes terbakar." (republika/pahamilah)

Israel Dihebohkan Pernikahan Yahudi-Muslim

Ratusan warga Penjajah Israel protes 

Pahamilah.com - Polisi Israel memblokade lebih dari 200 demonstran ultra kanan Yahudi yang berniat menyerbu pesta pernikahan seorang wanita Yahudi dengan seorang pria muslim. Demonstran menerikkan kata-kata "matilah Arab".

Lusinan polisi termasuk anggota unit paling elite, membentuk rantai manusia untuk menahan demonstran dari pintu gerbang gedung pernikahan dan menahan mereka yang mengabaikan peringatan mereka. Empat demonstran ditahan, namun tidak ada yang cedera.

Pengacara pasangan pengantin Maral Malka (23) dan Mahmoud Mansour (26) yang keduanya warga Jaffa di Tel Aviv, gagal meminta pengadilan untuk mencegah demonstrasi itu.

Sang pria lalu meminta perlindungan polisi agar demonstran tetap berada 200 meter dari gedung pernikahan di sudut kota Tel Aviv di Rishon Lezion.

Demonstrasi ini menandai meningkatnya ketegangan antara warga Yahudi dan Arab di Israel dalam dua bulan terakhir menyusul konflik di Gaza, penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel Juni lalu menyusul balas dendam kematian seorang remaja Palestina di wilayah Yerusalem Israel.

Sebuah kelompok bernama Lehava yang mengorganisir demonstrasi anti pernikahan itu telah mengusik pasangan Yahudi-Arab itu sebelumnya dengan kerap mengutipkan alasan-alasan keagamaan untuk menolak perkawinan itu. Kelompok ini sebenarnya jarang berdemonstrasi di situs pernikahan.

Pasangan pengantin berkata kepada Channel 2 TV Israel bahwa demonstran gagal mencegah pernikahan mereka atau menciutkan semangat mereka.

"Kami akan berdansa dan menikah sampai matahari terik. Kami mendukung koeksistensi," kata sang mempelai pria.

Para demonstran yang kebanyakan anak muda mengenakan kaos hitam, mengutuk Malka yang lahir sebagai Yahudi namun masuk Islam demi pernikahan itu.

Mereka mengutuk sang mempelai wanita sebagai "pengkhianat yang melawan negara Yahudi," dan meneriakkan kata-kata kebencian kepada warga Arab dengan "matilah Arab."  Mereka juga menyanyikan, "Semoga desa kalian ludes terbakar." (republika/pahamilah)