middle ad
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
 Iklan Hamas

Pahamilah.com - Mingguan terkemuka milik News Corp, Times, menolak untuk menerbitkan iklan yang menyudutkan Hamas sebagai pembunuh anak-anak. Padahal, banyak media mainstream lainnya sudah memuat iklan yang ditulis oleh peraih nobel, Elie Wiesel tersebut.

Times menolak memuat iklan tersebut karena isinya terkesan sangat dipaksakan."Ini akan menyebabkan perhatian mendalam kepada pembaca Times,"ungkap pernyataan resmi dari surat kabar tersebut seperti dikutip oleh Newyork Observer.

Iklan tersebut disponsori oleh organisasi bernama 'This World: The Values Network', sebuah institusi yang didirikan oleh seorang Rabi ortodoks, yakni Rabi Shmuley Boteach. Iklan tersebut juga dimuat di beberapa harian AS terkemuka, yakni Washington Post, New York Times, The Guardian, hingga Wall Street Journal.

Sementara, salah satu media asal Inggris The Guardian, yang turut memuat iklan tersebut, berdalih jika adanya iklan itu demi memenuhi hak kebebasan berpendapat.

"The Guardian mungkin beralihan kiri. Tapi kami percaya dengan kebebasan pendapat dan membiarkan pembaca kami untuk mendengarkan suara dari peraih nobel tentang isu yang sangat penting,"ujar pernyataan resmi dari harian tersebut. (republika/pahamilah)

 

Isi Dipaksakan, Times Tolak Iklan 'Hamas Korbankan Anak-Anak'

 Iklan Hamas

Pahamilah.com - Mingguan terkemuka milik News Corp, Times, menolak untuk menerbitkan iklan yang menyudutkan Hamas sebagai pembunuh anak-anak. Padahal, banyak media mainstream lainnya sudah memuat iklan yang ditulis oleh peraih nobel, Elie Wiesel tersebut.

Times menolak memuat iklan tersebut karena isinya terkesan sangat dipaksakan."Ini akan menyebabkan perhatian mendalam kepada pembaca Times,"ungkap pernyataan resmi dari surat kabar tersebut seperti dikutip oleh Newyork Observer.

Iklan tersebut disponsori oleh organisasi bernama 'This World: The Values Network', sebuah institusi yang didirikan oleh seorang Rabi ortodoks, yakni Rabi Shmuley Boteach. Iklan tersebut juga dimuat di beberapa harian AS terkemuka, yakni Washington Post, New York Times, The Guardian, hingga Wall Street Journal.

Sementara, salah satu media asal Inggris The Guardian, yang turut memuat iklan tersebut, berdalih jika adanya iklan itu demi memenuhi hak kebebasan berpendapat.

"The Guardian mungkin beralihan kiri. Tapi kami percaya dengan kebebasan pendapat dan membiarkan pembaca kami untuk mendengarkan suara dari peraih nobel tentang isu yang sangat penting,"ujar pernyataan resmi dari harian tersebut. (republika/pahamilah)

 

ISIL, mengeksekusi rakyat sipil di Iraq

Pahamilah.com - Kolumnis Amerika, Allen Roland mengatakan Amerika menyerang kelompok ISIS yang binaan sendiri dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintahan Obama menyerang "pemberontak yang kami berdayakan" katanya tentang serangan udara AS baru-baru terhadap ISIS di Irak.

Ia juga mencatat, "Sebagian besar pengeboman Irak sekarang pada dasarnya dilakukan  AS," kata Roland Press TV, hari Minggu (10/8/14).

Ia  juga menanggapi pernyataan Senator Lindsey Graham bahwa ekstremis kelompok Takfiri ISIS menimbulkan ancaman nyata untuk Amerika. Roland mengatakan, ada banyak fakta tentang perang Irak yang tidak dimengerti oleh publik Amerika. Menurutnya, ada masalah lebih besar yang dipertaruhkan di sini.

Ia melanjutkan, perang Irak pada dasarnya dilancarkan oleh mantan wakil presiden AS Dick Cheney. "Itu selalu kembali ke Dick Cheney dan 9/11. Kita mendapat beberapa informasi bahwa ini adalah perang Cheney, Irak adalah benar-benar perang Cheney," kata Roland.

Amerika pekan lalu meluncurkan serangan udara terhadap teroris ISIS yang merebut wilayah barat dan utara Irak. (islamtimes/pahamilah)

Kolumnis Amerika: AS Serang ISIS, Teroris Binaan Sendiri

ISIL, mengeksekusi rakyat sipil di Iraq

Pahamilah.com - Kolumnis Amerika, Allen Roland mengatakan Amerika menyerang kelompok ISIS yang binaan sendiri dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintahan Obama menyerang "pemberontak yang kami berdayakan" katanya tentang serangan udara AS baru-baru terhadap ISIS di Irak.

Ia juga mencatat, "Sebagian besar pengeboman Irak sekarang pada dasarnya dilakukan  AS," kata Roland Press TV, hari Minggu (10/8/14).

Ia  juga menanggapi pernyataan Senator Lindsey Graham bahwa ekstremis kelompok Takfiri ISIS menimbulkan ancaman nyata untuk Amerika. Roland mengatakan, ada banyak fakta tentang perang Irak yang tidak dimengerti oleh publik Amerika. Menurutnya, ada masalah lebih besar yang dipertaruhkan di sini.

Ia melanjutkan, perang Irak pada dasarnya dilancarkan oleh mantan wakil presiden AS Dick Cheney. "Itu selalu kembali ke Dick Cheney dan 9/11. Kita mendapat beberapa informasi bahwa ini adalah perang Cheney, Irak adalah benar-benar perang Cheney," kata Roland.

Amerika pekan lalu meluncurkan serangan udara terhadap teroris ISIS yang merebut wilayah barat dan utara Irak. (islamtimes/pahamilah)

Keadaan di RS Shifa, Gaza Palestina

Pahamilah.com - Rumah sakit dan tenaga medis di Jalur Gaza tengah berjuang menghadapi kekurangan obat-obatan karena begitu banyak warga Palestina yang terluka dalam serangan Israel, Press TV melaporkan.

Lebih dari 1.900 orang sejauh ini tewas dan hampir 10.000 lainnya terluka dalam agresi militer Israel di Gaza yang bermula 8 Juli lalu.

Lepas gencatan senjata hari Jum'at, koresponden Press TV di Gaza melaoporkan tujuh warga Palestina tewas pada hari Minggu (10/8).

Rumah Sakit di Gaza terus menerima pasien, kebanyakan dari mereka anak-anak. Sebagian besar mereka menderita luka bakar akibat ledakan. Beberapa anak-anak juga menderita trauma.

Pejabat kesehatan Gaza mengatakan, saat ini, sekitar 75 % pasien yang terluka membutuhkan amputasi. Sementara ratusan operasi medis terpaksa dibatalkan agar dokter bisa menangani kasus-kasus darurat yang terus melonjak. (islamtimes/pahamilah)


Rumah Sakit Gaza: 75 Persen Pasien Terluka Membutuhkan Amputasi

Keadaan di RS Shifa, Gaza Palestina

Pahamilah.com - Rumah sakit dan tenaga medis di Jalur Gaza tengah berjuang menghadapi kekurangan obat-obatan karena begitu banyak warga Palestina yang terluka dalam serangan Israel, Press TV melaporkan.

Lebih dari 1.900 orang sejauh ini tewas dan hampir 10.000 lainnya terluka dalam agresi militer Israel di Gaza yang bermula 8 Juli lalu.

Lepas gencatan senjata hari Jum'at, koresponden Press TV di Gaza melaoporkan tujuh warga Palestina tewas pada hari Minggu (10/8).

Rumah Sakit di Gaza terus menerima pasien, kebanyakan dari mereka anak-anak. Sebagian besar mereka menderita luka bakar akibat ledakan. Beberapa anak-anak juga menderita trauma.

Pejabat kesehatan Gaza mengatakan, saat ini, sekitar 75 % pasien yang terluka membutuhkan amputasi. Sementara ratusan operasi medis terpaksa dibatalkan agar dokter bisa menangani kasus-kasus darurat yang terus melonjak. (islamtimes/pahamilah)


Sayeeda Warsi, mantan Menteri Inggris

Pahamilah.com - Mantan menteri luar negeri Inggris, Sayeeda Warsi mengatakan pejabat Inggris gagal meredakan konflik di Jalur Gaza sambil menyeru embargo senjata terhadap Israel.

Dalam wawancara Minggu (10/8/14) dengan media Inggris, Warsi menegaskan Kanselir George Osborne dan tokoh politik Michael Gove gagal menggunakan hubungan "sangat, sangat dekat" mereka dengan Tel Aviv untuk menghentikan konflik.

Selain itu, Warsi membela keputusannya untuk mundur dan mengatakan, sejak lama ia ingin bebas dari kegiatan politik dan hidup dengan dirinya sendiri.

Mantan menteri kabinet itu juga menolak pernyataan Osborne bahwa pengunduran dirinya "tidak perlu". "Tindakan saya tidak akan perlu jika dia sudah melakukan apa yang harus dilakukannya; menelpon orang-orang yang sangat dekat dengannya dan berkata, 'Anda tak perlu meraih tujuan dengan menghancurkan pembangkit listrik, rumah, sekolah dan membunuh anak-anak di pantai (Gaza)," kata Warsi.

Ia juga menyerukan embargo senjata terhadap Israel dan mendesak pemerintah Perdana Menteri David Cameron untuk "mengakui Palestina sebagai sebuah negara."

Warsi menegaskan, lagkah Inggris  tidak mengakui negara Palestina pada tahn 2012 dalam pemungutan suara di Majelis Umum PBB merupakan sebuah masalah.

"Tidak ada gunanya kita berbicara tentang solusi dua negara jika kita tidak melakukan hal-hal sederhana seperti mengakui Palestina...di PBB," kata Warsi.

Pada 5 Agustus lalu, Warsi, menteri wanita Muslim pertama di Inggris, mengundurkan diri karena kegagalan moral Cameron mengutuk kekejaman rezim Israel yang berlangsung di Gaza. (islamtimes/pahamilah)

Mantan Menlu Inggris Kutuk Pejabat Inggris atas Perang Gaza

Sayeeda Warsi, mantan Menteri Inggris

Pahamilah.com - Mantan menteri luar negeri Inggris, Sayeeda Warsi mengatakan pejabat Inggris gagal meredakan konflik di Jalur Gaza sambil menyeru embargo senjata terhadap Israel.

Dalam wawancara Minggu (10/8/14) dengan media Inggris, Warsi menegaskan Kanselir George Osborne dan tokoh politik Michael Gove gagal menggunakan hubungan "sangat, sangat dekat" mereka dengan Tel Aviv untuk menghentikan konflik.

Selain itu, Warsi membela keputusannya untuk mundur dan mengatakan, sejak lama ia ingin bebas dari kegiatan politik dan hidup dengan dirinya sendiri.

Mantan menteri kabinet itu juga menolak pernyataan Osborne bahwa pengunduran dirinya "tidak perlu". "Tindakan saya tidak akan perlu jika dia sudah melakukan apa yang harus dilakukannya; menelpon orang-orang yang sangat dekat dengannya dan berkata, 'Anda tak perlu meraih tujuan dengan menghancurkan pembangkit listrik, rumah, sekolah dan membunuh anak-anak di pantai (Gaza)," kata Warsi.

Ia juga menyerukan embargo senjata terhadap Israel dan mendesak pemerintah Perdana Menteri David Cameron untuk "mengakui Palestina sebagai sebuah negara."

Warsi menegaskan, lagkah Inggris  tidak mengakui negara Palestina pada tahn 2012 dalam pemungutan suara di Majelis Umum PBB merupakan sebuah masalah.

"Tidak ada gunanya kita berbicara tentang solusi dua negara jika kita tidak melakukan hal-hal sederhana seperti mengakui Palestina...di PBB," kata Warsi.

Pada 5 Agustus lalu, Warsi, menteri wanita Muslim pertama di Inggris, mengundurkan diri karena kegagalan moral Cameron mengutuk kekejaman rezim Israel yang berlangsung di Gaza. (islamtimes/pahamilah)