middle ad
Tampilkan postingan dengan label Kontroversi Nada Al Quran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kontroversi Nada Al Quran. Tampilkan semua postingan
 jokowi hadiri acara Isra Miraj. ©Rifki/Setpres

Pahamilah.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara Jakarta, pada Jumat (15/5) malam. Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Alquran, Surah An-Najm 1-15, oleh dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhammad Yasser Arafat.

Pembacaan ayat suci ini rupanya menuai kontroversi di masyarakat dan banyak diperbincangkan di media sosial. Hal tersebut terjadi karena pembacaan ayat suci tersebut menggunakan langgam (irama) Jawa mirip seperti sinden pada pagelaran wayang. Pembacaan model ini dinilai tidak wajar dan menyalahi hukum tajwid.

Sejumlah pembelaan terhadap aksi Qari (pembaca Alquran) pun bermunculan, salah satunya oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

"Tujuan pembacaan Alquran dengan langgam Jawa adalah menjaga dan memelihara tradisi Nusantara dalam menyebarluaskan ajaran Islam di tanah air," kata Lukman melalui akun Twitter resminya, Minggu (17/5).

Bahkan dia mengakui bahwa tilawah langgam Jawa tersebut adalah idenya. Dia mengklarifikasi ini, karena banyak yang menyalahkan Jokowi atas adanya tilawah versi Jawa.

"Pembacaan Alquran dengan langgam Jawa pada Peringatan Isra Miraj di Istana Negara sepenuhnya ide saya, sama sekali bukan kehendak Presiden RI," cuitnya lagi.

Kendati demikian, dia berterima kasih atas masukan dan apresiasi masyarakat terhadap tilawah langgam Jawa tersebut. "Saya menyimak kritik yang berkeberatan dengan adanya pembacaan Al-Quran dengan langgam Jawa. Tapi saya juga berterimakasih kepada yang mengapresiasinya,"tutupnya. (merdeka/pahamilah)

Penjelasan Menag soal tilawah Alquran langgam Jawa di Istana

 jokowi hadiri acara Isra Miraj. ©Rifki/Setpres

Pahamilah.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara Jakarta, pada Jumat (15/5) malam. Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Alquran, Surah An-Najm 1-15, oleh dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhammad Yasser Arafat.

Pembacaan ayat suci ini rupanya menuai kontroversi di masyarakat dan banyak diperbincangkan di media sosial. Hal tersebut terjadi karena pembacaan ayat suci tersebut menggunakan langgam (irama) Jawa mirip seperti sinden pada pagelaran wayang. Pembacaan model ini dinilai tidak wajar dan menyalahi hukum tajwid.

Sejumlah pembelaan terhadap aksi Qari (pembaca Alquran) pun bermunculan, salah satunya oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

"Tujuan pembacaan Alquran dengan langgam Jawa adalah menjaga dan memelihara tradisi Nusantara dalam menyebarluaskan ajaran Islam di tanah air," kata Lukman melalui akun Twitter resminya, Minggu (17/5).

Bahkan dia mengakui bahwa tilawah langgam Jawa tersebut adalah idenya. Dia mengklarifikasi ini, karena banyak yang menyalahkan Jokowi atas adanya tilawah versi Jawa.

"Pembacaan Alquran dengan langgam Jawa pada Peringatan Isra Miraj di Istana Negara sepenuhnya ide saya, sama sekali bukan kehendak Presiden RI," cuitnya lagi.

Kendati demikian, dia berterima kasih atas masukan dan apresiasi masyarakat terhadap tilawah langgam Jawa tersebut. "Saya menyimak kritik yang berkeberatan dengan adanya pembacaan Al-Quran dengan langgam Jawa. Tapi saya juga berterimakasih kepada yang mengapresiasinya,"tutupnya. (merdeka/pahamilah)


Pahamilah.com - Wakil Sekretariat Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnaen mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal ganjil terhadap nilai-nilai agama Islam.

Apalagi, keganjilan itu membuat onar dan melahirkan keresahan bagi masyarakat. Hal tersebut diungkapkan Tengku terkait adanya fenomena pembacaan Alquran dengan langgam Jawa.

Tengku menyarankan agar masyarakat mengikuti pakem yang telah ada ketika membaca Alquran. "Tidak usah nekat mencari-cari hal yang membuat resah masyarakat saja," ungkapnya pada Republika, Ahad (17/5). Sebaiknya, masyarakat mengasah kemampuan dan pengetahuan huruf dan tajwid Alquran hingga baik.

Terkait dengan keganjilan, Ia menerangkan nabi pernah berfirman terhadap hal tersebut. "Barang siapa yang ganjil, maka nanti masuk neraka. Karena neraka khusus untuk orang-orang yang ganjil," tambahnya.

Sepengetahuan Tengku, fenomena pembacaan Alquran dengan langgam Jawa ini baru terjadi. Dan menurutnya hal itu konyol.

"Karena presiden pertama Indonesia saja, Ir. Soekarno tidak pernah melakuakann hal itu. Dia justru bersusah-payah mendatangkan Syekh Usman Fattah dari Medan ke Istana Negara untuk membaca Alquran pada acara-acara Islam," tutur Tengku. (republika/pahamilah)

Baca Alquran Langgam Jawa, MUI: Jangan Buat Hal Ganjil



Pahamilah.com - Wakil Sekretariat Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnaen mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal ganjil terhadap nilai-nilai agama Islam.

Apalagi, keganjilan itu membuat onar dan melahirkan keresahan bagi masyarakat. Hal tersebut diungkapkan Tengku terkait adanya fenomena pembacaan Alquran dengan langgam Jawa.

Tengku menyarankan agar masyarakat mengikuti pakem yang telah ada ketika membaca Alquran. "Tidak usah nekat mencari-cari hal yang membuat resah masyarakat saja," ungkapnya pada Republika, Ahad (17/5). Sebaiknya, masyarakat mengasah kemampuan dan pengetahuan huruf dan tajwid Alquran hingga baik.

Terkait dengan keganjilan, Ia menerangkan nabi pernah berfirman terhadap hal tersebut. "Barang siapa yang ganjil, maka nanti masuk neraka. Karena neraka khusus untuk orang-orang yang ganjil," tambahnya.

Sepengetahuan Tengku, fenomena pembacaan Alquran dengan langgam Jawa ini baru terjadi. Dan menurutnya hal itu konyol.

"Karena presiden pertama Indonesia saja, Ir. Soekarno tidak pernah melakuakann hal itu. Dia justru bersusah-payah mendatangkan Syekh Usman Fattah dari Medan ke Istana Negara untuk membaca Alquran pada acara-acara Islam," tutur Tengku. (republika/pahamilah)
 Mengajar ngaji

Pahamilah.com - Seorang hafiz atau penghapal Alquran Deden M Makhyaruddin mengaku miris usai melihat video yang menayangkan bacaan Alquran dengan langgam Jawa di Istana Negara pada acara peringatan Isra dan Mikraj.

"Memang setelah mendengarkan rekamannya, saya langsung sedih, tak tega mendengar Alquran dibacakan seperti itu. Bahkan terbersit di pikiran saya, seandainya saya hadir, akan saya tinggalkan ruangan meski dianggap melecehkan acara kenegaraan. Itu lebih baik daripada melecehkan Alquran,"kata pengajar pondok pesantren Tahfidz Al Mustaqimiyah, Leuwisadeng, Bogor ini, Senin (18/5).

Deden menegaskan bahwa seharusnya bacaan Alquran tetap mengacu pada aturan tajwid, bukan pada langgam atau nadanya. Jangankan memakai langgam Jawa, ujarnya, memakai langgam Arab (naghm) pun masih banyak qari yang terpaksa merusak tajwid.

"Benar-benar tidak mudah. Dan memang saat saya mendengar rekaman bacaan qari dengan langgam Jawa itu, banyak huruf yang terbaca secara tawallud karena mengejar irama, terlebih qari-nya belum betul-betul profesional. Itu yang menjadikannya haram."

Ia mengungkapkan bahwa dirinya tetap heran dan tak tega Alquran dibacakan dengan langgam tersebut karena terasa tidak etis.

 "Apakah karena langgam itu biasa digunakan untuk lagu-lagu yang kental dengan kefasikan? Atau ada persoalan di adab tilawah? Entahlah. Dalam hati saya, rasanya bukan begitu caranya memperlakukan Alquran."

Dia pun membandingkannya dengan riwayat tentang desakan Umar bin Khattab kepada Abu Bakar agar mengumpulkan lembaran mushaf Alquran. Saat itu desakan Umar yang logis dan sebenarnya tak bertentangan dengan nilai Islam, tidak begitu saja diterima oleh Abu Bakar.

Bahkan, setelah kemudian Abu Bakar menerimanya, Zaid bin Tsabit sebagai ketua tim mushaf merasa sangat berat. Demikian pula ketika para tabi’in hendak menambahkan tanda baca, kemudian titik pada huruf-huruf tertentu dalam mushaf Alquran.

Para sahabat larut dalam musyawarah panjang. Alasannya, karena mereka takut menyalahi sunnah.

Mendengar kisah itu, kata Deden, adakah rasa takut yang sama saat panitia Isra dan Mi'raj Istana hendak menampilkan bacaan Alquran dengan langgam Jawa.

 "Hal itu hingga merasa perlu memusyawarahkannya terlebih dahulu dengan semua kaum muslimin? Saya tidak melihat itu,"katanya. (republika/pahamilah)

Alquran Dibaca dengan Langgam Jawa, Hafiz Ini Sedih

 Mengajar ngaji

Pahamilah.com - Seorang hafiz atau penghapal Alquran Deden M Makhyaruddin mengaku miris usai melihat video yang menayangkan bacaan Alquran dengan langgam Jawa di Istana Negara pada acara peringatan Isra dan Mikraj.

"Memang setelah mendengarkan rekamannya, saya langsung sedih, tak tega mendengar Alquran dibacakan seperti itu. Bahkan terbersit di pikiran saya, seandainya saya hadir, akan saya tinggalkan ruangan meski dianggap melecehkan acara kenegaraan. Itu lebih baik daripada melecehkan Alquran,"kata pengajar pondok pesantren Tahfidz Al Mustaqimiyah, Leuwisadeng, Bogor ini, Senin (18/5).

Deden menegaskan bahwa seharusnya bacaan Alquran tetap mengacu pada aturan tajwid, bukan pada langgam atau nadanya. Jangankan memakai langgam Jawa, ujarnya, memakai langgam Arab (naghm) pun masih banyak qari yang terpaksa merusak tajwid.

"Benar-benar tidak mudah. Dan memang saat saya mendengar rekaman bacaan qari dengan langgam Jawa itu, banyak huruf yang terbaca secara tawallud karena mengejar irama, terlebih qari-nya belum betul-betul profesional. Itu yang menjadikannya haram."

Ia mengungkapkan bahwa dirinya tetap heran dan tak tega Alquran dibacakan dengan langgam tersebut karena terasa tidak etis.

 "Apakah karena langgam itu biasa digunakan untuk lagu-lagu yang kental dengan kefasikan? Atau ada persoalan di adab tilawah? Entahlah. Dalam hati saya, rasanya bukan begitu caranya memperlakukan Alquran."

Dia pun membandingkannya dengan riwayat tentang desakan Umar bin Khattab kepada Abu Bakar agar mengumpulkan lembaran mushaf Alquran. Saat itu desakan Umar yang logis dan sebenarnya tak bertentangan dengan nilai Islam, tidak begitu saja diterima oleh Abu Bakar.

Bahkan, setelah kemudian Abu Bakar menerimanya, Zaid bin Tsabit sebagai ketua tim mushaf merasa sangat berat. Demikian pula ketika para tabi’in hendak menambahkan tanda baca, kemudian titik pada huruf-huruf tertentu dalam mushaf Alquran.

Para sahabat larut dalam musyawarah panjang. Alasannya, karena mereka takut menyalahi sunnah.

Mendengar kisah itu, kata Deden, adakah rasa takut yang sama saat panitia Isra dan Mi'raj Istana hendak menampilkan bacaan Alquran dengan langgam Jawa.

 "Hal itu hingga merasa perlu memusyawarahkannya terlebih dahulu dengan semua kaum muslimin? Saya tidak melihat itu,"katanya. (republika/pahamilah)
 Alquran

Oleh: Ustadz Mochamad Ihsan Ufiq

Tidak asing lagi didalam dunia Qur'an dengan yang namanya "8 maqamat qur'aniyyah" atau yang biasa dikenal dengan "Nagham Qur'an". Hampir seorang qari di seluruh dunia selalu menggunakan satu dari 8 nagham tersebut. Sehebat-hebatnya ia menciptakan "nagham" atau tidak ia tetap akan mengaji memakai satu nagham dari salah satunya. Apalagi ia terbiasa mendengarkan bacaan qari-qari timur tengan, sudah barang pasti ia akan mengikut salah satu dari 8 macam nagham tersebut.


Tidak ada hukum kesunnahan mempelajari 8 nagham lagu ini, akan tetapi dalam rangka kita menerapkan hadits Nabi Saw "Hiasilah Alqur'an dengan suaramu" maka sah-sah saja jika kita mengetahuinya dan menerapkannya pada bacaan kita sehari-hari, akan tetapi dengan satu syarat penting yaitu dengan tetap menjaga qaidah-qaidah bacaan alqur'an yang dijelaskan pada ilmu tajwid, karena membaca alquran dengan tawed adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim dan muslimah. Terlebih bagi seorang penghafal Alqur'an yang dimana ia adalah "ahlullah" yaitu orang yang akan selalu dalam petunjuk allah swt.

Nah, saya tidak akan berpanjang lebar, untuk mengisi wawasan Qur'ani kita, berikut ini akan saya sertakan nama-nama "8 Nagham" tersebut dengan cabang dan variasinya:

NAMA-NAMA NAGHAM/ IRAMA SENI TILAWATIL QUR`AN

Naghamat dalam seni baca Al-Qur`an dibagi menjadi dua bagian :

1. NAGHAM Pokok
Nagham pokok seluruhnya ada 8 (delapan) :

1. Bayyati (Husaini)
2. Shoba (Maya)
3. Hijazi (Hijaz)
4. Nahawand (Iraqi)
5. Sika
6. Rasta alan nawa
7. Jiharka
8. Banjaka (Rakbi)

2.Nagham Selingan
Nama nagham selingan/ cabang, dan juga termasuk nama fariasi adalah :

1.Syuri
2.Ajami (Al-Ajam)
3.Mahur (Muhur)
4.Bastanjar
5.Kard
6.Kard-Kard
7.Naqrisy
8.Kurd
9.Noqrosy
10.Murokkab
11. Misri
12.Turki
13.Romi
14.Uraq
15.Usyaq
16.Zanjiran (Zinjiron)
17.Syabir alarros
18.Kurdi

Adapun tingkat-tingkat suara pada setiap nagham adalah :

1.Qoror (dasar/renda)
2.Jawab (nawa) (menengah)
3.Jawabul Jawab (tinggi)

SUSUNAN NAGHAM TILAWATIL QUR`AN BESERTA CABANG-CABANGNYA

1. BAYYATI (HUSAINI)
Fungsi bacaan syair—syair ini sangat erat kaitannya dengan susunan lagu tilawatil Qur`an, disamping itu juga berguna untuk lebih mempermudah dalam penguasaan lagu-lagu tersebut, dan juga untuk selingan dalam pengajaran tilawatil Qur`an agar terkesan lebih berfariasi dan supaya tidak cepat jemu.

2. SHOBA (MAYA)
Lagu Shoba terdiri dari 5 bentuk dengan 3 fariasi yaitu ajami, mahur, dan Bastanjar, sedangkan untuk tingkatan suaranya ada 2 yaitu : jawab dan Jawabul Jawab.

3. HIJAZI (HIJAZ)
Lagu hijazi atau hija terdiri dari 7 bentuk adan 4 fariasi yaitu, Kard, Kard-Kurd- Naqrisy dan Kurd, sedangkan bentuk tingkatan suara ada tiga : Jawab, Jawabul Jawab dan Qoror.

4. NAHAWAND (IROQI)
Lagu Nahawand terdiri dari 5 bentuk dan dua fariasi/ selingan, yaitu: Nuqrosy dan Murokkab. Ciri-ciri fariasi Nuqrosy adalah bernada rendah (turun) sendangkan fariasi Murokkab bernada tinggi (naik). Adapun tingkat suaranya ada 2 yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab.

5. LAGU SIKA
Lagu Sika terdiri dari 6 bentuk dan 4 fariasi/selingan, yaitu: Misri, Turki, Roml dan Uroq. Sedangkan tingkat suaranya ada 3, Qoror, Jawab dan Jawabul Jawab.

6. LAGU ROST DAN ROSTA ALAN NAWA
Lagu Rost dan Rosta alan nawa pada bagian ini selalu berhubungan satu sama lainnya, artinya: kalau memulai dengan lagu rost maka mesti dilanjutkan (disambung) dengan Rosta Alan Nawa. Jadi lagu Rost dibagian ini hanya sebagai pembuka saja. Adapun lagu Rost dan Rosta alan nawa terdiri dari 7 bentuk dan 3 fariasi yaitu : Usyaq, Zanjiron, dan Syabir Alarros. Sedangkan tingkat suaranya ada 2 : Jawab dan Jawabul Jawab.

7. JIHARKA
Lagu Jiharka terdiri dari 4 bantuk dan 1 fariasi yaitu Kurdi. Sedangkan tingkatan suara ada 2 tingkatan suara yaitu Jawab dan Jawabul Jawab.

8. BANJAKA
Lagu Banjaka/ Rakbi hanya khusus untuk lagu-lagu dalam bacaan tartilul Qur`an dan lagu-lagu nyanyian (Qosidah) saja, dan jarang sekali bahkan hampir tidak pernah sama sekali diterapkan (dipakai) dalam bacaan tilawatil Qur`an. Kemungkinan besar karena lagu tersebut kurang begitu cocok bila dimasukan atau dipraktekan

9. BAYYATI (PENUTUP)
Setiap bentuk susunan Lagu Tilawatil Qur`an terutama yang bersifat formal. Selalu diakhiri dengan Lagu Bayyati penutup. Lagu Bayyati penutup terdiri dari 2 bantuk dan 2 tingkatan suara yaitu Jawab dan Jawabul Jawab. (muslimedianews/pahamilah)

Pahamilah Irama Seni Tilawatil Qur'an

 Alquran

Oleh: Ustadz Mochamad Ihsan Ufiq

Tidak asing lagi didalam dunia Qur'an dengan yang namanya "8 maqamat qur'aniyyah" atau yang biasa dikenal dengan "Nagham Qur'an". Hampir seorang qari di seluruh dunia selalu menggunakan satu dari 8 nagham tersebut. Sehebat-hebatnya ia menciptakan "nagham" atau tidak ia tetap akan mengaji memakai satu nagham dari salah satunya. Apalagi ia terbiasa mendengarkan bacaan qari-qari timur tengan, sudah barang pasti ia akan mengikut salah satu dari 8 macam nagham tersebut.


Tidak ada hukum kesunnahan mempelajari 8 nagham lagu ini, akan tetapi dalam rangka kita menerapkan hadits Nabi Saw "Hiasilah Alqur'an dengan suaramu" maka sah-sah saja jika kita mengetahuinya dan menerapkannya pada bacaan kita sehari-hari, akan tetapi dengan satu syarat penting yaitu dengan tetap menjaga qaidah-qaidah bacaan alqur'an yang dijelaskan pada ilmu tajwid, karena membaca alquran dengan tawed adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim dan muslimah. Terlebih bagi seorang penghafal Alqur'an yang dimana ia adalah "ahlullah" yaitu orang yang akan selalu dalam petunjuk allah swt.

Nah, saya tidak akan berpanjang lebar, untuk mengisi wawasan Qur'ani kita, berikut ini akan saya sertakan nama-nama "8 Nagham" tersebut dengan cabang dan variasinya:

NAMA-NAMA NAGHAM/ IRAMA SENI TILAWATIL QUR`AN

Naghamat dalam seni baca Al-Qur`an dibagi menjadi dua bagian :

1. NAGHAM Pokok
Nagham pokok seluruhnya ada 8 (delapan) :

1. Bayyati (Husaini)
2. Shoba (Maya)
3. Hijazi (Hijaz)
4. Nahawand (Iraqi)
5. Sika
6. Rasta alan nawa
7. Jiharka
8. Banjaka (Rakbi)

2.Nagham Selingan
Nama nagham selingan/ cabang, dan juga termasuk nama fariasi adalah :

1.Syuri
2.Ajami (Al-Ajam)
3.Mahur (Muhur)
4.Bastanjar
5.Kard
6.Kard-Kard
7.Naqrisy
8.Kurd
9.Noqrosy
10.Murokkab
11. Misri
12.Turki
13.Romi
14.Uraq
15.Usyaq
16.Zanjiran (Zinjiron)
17.Syabir alarros
18.Kurdi

Adapun tingkat-tingkat suara pada setiap nagham adalah :

1.Qoror (dasar/renda)
2.Jawab (nawa) (menengah)
3.Jawabul Jawab (tinggi)

SUSUNAN NAGHAM TILAWATIL QUR`AN BESERTA CABANG-CABANGNYA

1. BAYYATI (HUSAINI)
Fungsi bacaan syair—syair ini sangat erat kaitannya dengan susunan lagu tilawatil Qur`an, disamping itu juga berguna untuk lebih mempermudah dalam penguasaan lagu-lagu tersebut, dan juga untuk selingan dalam pengajaran tilawatil Qur`an agar terkesan lebih berfariasi dan supaya tidak cepat jemu.

2. SHOBA (MAYA)
Lagu Shoba terdiri dari 5 bentuk dengan 3 fariasi yaitu ajami, mahur, dan Bastanjar, sedangkan untuk tingkatan suaranya ada 2 yaitu : jawab dan Jawabul Jawab.

3. HIJAZI (HIJAZ)
Lagu hijazi atau hija terdiri dari 7 bentuk adan 4 fariasi yaitu, Kard, Kard-Kurd- Naqrisy dan Kurd, sedangkan bentuk tingkatan suara ada tiga : Jawab, Jawabul Jawab dan Qoror.

4. NAHAWAND (IROQI)
Lagu Nahawand terdiri dari 5 bentuk dan dua fariasi/ selingan, yaitu: Nuqrosy dan Murokkab. Ciri-ciri fariasi Nuqrosy adalah bernada rendah (turun) sendangkan fariasi Murokkab bernada tinggi (naik). Adapun tingkat suaranya ada 2 yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab.

5. LAGU SIKA
Lagu Sika terdiri dari 6 bentuk dan 4 fariasi/selingan, yaitu: Misri, Turki, Roml dan Uroq. Sedangkan tingkat suaranya ada 3, Qoror, Jawab dan Jawabul Jawab.

6. LAGU ROST DAN ROSTA ALAN NAWA
Lagu Rost dan Rosta alan nawa pada bagian ini selalu berhubungan satu sama lainnya, artinya: kalau memulai dengan lagu rost maka mesti dilanjutkan (disambung) dengan Rosta Alan Nawa. Jadi lagu Rost dibagian ini hanya sebagai pembuka saja. Adapun lagu Rost dan Rosta alan nawa terdiri dari 7 bentuk dan 3 fariasi yaitu : Usyaq, Zanjiron, dan Syabir Alarros. Sedangkan tingkat suaranya ada 2 : Jawab dan Jawabul Jawab.

7. JIHARKA
Lagu Jiharka terdiri dari 4 bantuk dan 1 fariasi yaitu Kurdi. Sedangkan tingkatan suara ada 2 tingkatan suara yaitu Jawab dan Jawabul Jawab.

8. BANJAKA
Lagu Banjaka/ Rakbi hanya khusus untuk lagu-lagu dalam bacaan tartilul Qur`an dan lagu-lagu nyanyian (Qosidah) saja, dan jarang sekali bahkan hampir tidak pernah sama sekali diterapkan (dipakai) dalam bacaan tilawatil Qur`an. Kemungkinan besar karena lagu tersebut kurang begitu cocok bila dimasukan atau dipraktekan

9. BAYYATI (PENUTUP)
Setiap bentuk susunan Lagu Tilawatil Qur`an terutama yang bersifat formal. Selalu diakhiri dengan Lagu Bayyati penutup. Lagu Bayyati penutup terdiri dari 2 bantuk dan 2 tingkatan suara yaitu Jawab dan Jawabul Jawab. (muslimedianews/pahamilah)