middle ad





Pahamilah.com - Ulama dan Da’i asal Papua Ustadz Fadlan Garamatan menghimbau kepada umat Islam untuk tidak tersulut emosi terhadap kejadian pembakaran masjid dan penyerangan saat Sholat Ied diwilayah Tolikara Papua pada Jum’at 1 Syawal 1436 H (17/7/2015).


“Umat Islam hendaknya menghadapi kasus pembakaran masjid ini dengan hati yang dingin, mereka yang membakar masjid karena ketidak tahuannya tentang Islam,” ujar Ustadz Fadlan Garamatan sebagaimana dikutip dari Page Facebook ODOJ.

Ustadz Fadlan sangat yakin orang aseli Papua baik-baik dan toleran, namun provokasi dari misionaris yang membuat tragedi pembakaran masjid terjadi.

“Biangkeroknya adalah misionaris dari luar negeri dan dlm negeri,” ujar peraih perhargaan Tokoh Perubahan versi Republika 2011 ini melalui akun twitternya @fadlannuuwaar (18/7).

Lebih lanjut pendiri Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) yang aktif bergerak di bidang dakwah dan sosial ini mengungkapkan bahwa bumi Papua itu ladang dakwah. Dengan sentuhan dakwah banyak warga Papua yang sebelumnya pernah memusuhinya berbalik menjadi pendukung dakwah Islam. Jalan dakwah yang ditempuh oleh Ustadz Fadlan atas izin Allah telah berhasil mengislamkan 200.000an warga Papua. (eramuslim/pahamilah)

Dai Papua: Orang Asli Papua Sangat Toleran, Provokatornya Adalah Penginjil Asing






Pahamilah.com - Ulama dan Da’i asal Papua Ustadz Fadlan Garamatan menghimbau kepada umat Islam untuk tidak tersulut emosi terhadap kejadian pembakaran masjid dan penyerangan saat Sholat Ied diwilayah Tolikara Papua pada Jum’at 1 Syawal 1436 H (17/7/2015).


“Umat Islam hendaknya menghadapi kasus pembakaran masjid ini dengan hati yang dingin, mereka yang membakar masjid karena ketidak tahuannya tentang Islam,” ujar Ustadz Fadlan Garamatan sebagaimana dikutip dari Page Facebook ODOJ.

Ustadz Fadlan sangat yakin orang aseli Papua baik-baik dan toleran, namun provokasi dari misionaris yang membuat tragedi pembakaran masjid terjadi.

“Biangkeroknya adalah misionaris dari luar negeri dan dlm negeri,” ujar peraih perhargaan Tokoh Perubahan versi Republika 2011 ini melalui akun twitternya @fadlannuuwaar (18/7).

Lebih lanjut pendiri Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) yang aktif bergerak di bidang dakwah dan sosial ini mengungkapkan bahwa bumi Papua itu ladang dakwah. Dengan sentuhan dakwah banyak warga Papua yang sebelumnya pernah memusuhinya berbalik menjadi pendukung dakwah Islam. Jalan dakwah yang ditempuh oleh Ustadz Fadlan atas izin Allah telah berhasil mengislamkan 200.000an warga Papua. (eramuslim/pahamilah)
 

Pahamilah.com - Benjamin Franklin merupakan salah seorang penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (4 Juli 1776). Dia lahir di Milk Street, Boston, pada tanggal 17 Januari 1706 dari ayahnya yaitu Josiah Franklin yang menikah dua kali. Benjamin anak bungsu dari 17 bersaudara. Benjamin sudah tidak bersekolah di usia sepuluh tahun. Dua tahun kemudian ia magang di penerbitan milik James, kakaknya sendiri, yang menerbitkan surat kabar New England Courant. Di tempatnya bekerja, Benjamin menjadi kontributor dan kemudian editor. Suatu hari Ben bertengkar dengan Jamer, akhirnya Benjamin kabur ke New York, lalu ke Philadelphia pada Oktober 1723.


Benjamin Franklin merupakan tokoh Freemasonry London, yang menjalin kontak sangat dekat dengan Rothschild, otak dari pihak Konspirasi Yahudi Internasional. Namun karena lama kelamaan, setelah melihat dengan mata kepala sendiri berbagai perkembangan yang tidak menguntungkan Amerika Serikat, sebuah negara yang ikut dibidaninya, terutama terkait perkembangan kaum Yahudinya serta penguasaan kaum ini atas sendi-sendi perekonomian, maka Franklin sadar bahwa selama ini dia telah berbuat salah. Kaum Yahudi yang dulu begitu dekat dengannya ternyata tidak ubahnya lintah darat yang mampu menghisap dengan amat rakus dan buas, segala sumber daya alam dan manusia Amerika Serikat. Franklin pun berlepas diri dari gerakan Freemasonry dan berusaha dengan gigih, tak kenal takut, untuk memperingatkan rakyat Amerika Serikat tentang Bahayanya orang-orang Yahudi di Amerika.

Salah satu upaya Benjamin Franklin yang fenomenal dan dicatat dalam sejarah Amerika sendiri adalah surat peringatannnya tentang Yahudi di Amerika, Inilah surat peringatan dari Benjamin Franklin:

“Di sana ada bahaya besar yang mengancam Amerika. Bahaya itu adalah orang-orang Yahudi. Di bumi manapun Yahudi itu berdiam, mereka selalu menurunkan tingkat moral, kejujuran dalam dunia komersial. Mereka hidup mengisolasi diri, dan berusaha mencekik leher keuangan pribumi, seperti yang terjadi di Portugal dan Spanyol.

Sejak lebih dari 1700 tahun, orang Yahudi mengeluhkan nasib yang mereka alami, karena mereka telah diusir dari bumi pertiwi. Perlu dikatahui wahai saudara sekalian, seandainya dunia berbudaya sekarang ini memberinya tanah Palestina, mereka segera mencari berbagai alasan untuk tidak kembali kesana. Mengapa? Mereka tidak lain adalah Vampir penghisap darah. Dan seekor vampire tidak akan bisa hidup dengan vampire lain. Orang Yahudi itu tidak bisa hidup dengan mereka sendiri. Mereka harus hidup dengan orang Kristen atau bangsa-bangsa yang bukan dari golongan mereka.
Jika orang Yahudi tidak disingkirkan dari Amerika dengan kekuatan Undang-Undang, maka dalam masa 100 tahun mendatang, mereka mereka akan menguasai dan menhancurkan kita dengan mengganti bentuk pemerintahan yang telah kita perjuangkan dengan pengorbanan darah, nyawa, harta dan kemerdekaan pribadi kita. Seandainya orang Yahudi itu tidak diusir dalam waktu 200 tahun mendatang, anak cucu kita nanti akan bekerja diladang-ladang untuk memberi makan orang-orang Yahudi itu. Sementara itu, orang Yahudi akan menghitung-hitung uang dengan tangan mereka di berbagai perusahaan keuangan.

Aku ingatkan anda sekalian. Kalau anda tidak menyingkirkan Yahudi untuk selamanya, maka anak cucu dan cicit kalian akan memanggil-manggil nama kalian dari atas liang kubur kalian kelak. Pikiran yang ada dibenak orang Yahudi tidak seperti yang ada pada orang Amerika. Meskipun mereka hidup bersama kita selama beberapa generasi, mereka tidak akan berubah sebagaimana macan tutul tidak bisa mengubah warna kulitnya. Mereka akan menghapus institusi kita. Oleh karena itu, mereka harus disingkirkan dengan konstitusi”

Surat ini ditulis oleh Benjamin Franklin berkenaan dengan Rencana Undang-Undang tahun 1789 dan dimuat dalam Charles Pinsky Journal, South Carolina. Teks aslinya sampai sekarang masih bisa dilihat di Franklin Institute Philadelphia, AS.

Sumber: William G. Carr, Gerakan Zionisme Menaklukan Dunia, Pustaka Al Kautsar dan  Eramuslim Digest Edisi 4

Surat Benjamin Franklin Tentang Bahayanya Kaum Yahudi di Amerika

 

Pahamilah.com - Benjamin Franklin merupakan salah seorang penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (4 Juli 1776). Dia lahir di Milk Street, Boston, pada tanggal 17 Januari 1706 dari ayahnya yaitu Josiah Franklin yang menikah dua kali. Benjamin anak bungsu dari 17 bersaudara. Benjamin sudah tidak bersekolah di usia sepuluh tahun. Dua tahun kemudian ia magang di penerbitan milik James, kakaknya sendiri, yang menerbitkan surat kabar New England Courant. Di tempatnya bekerja, Benjamin menjadi kontributor dan kemudian editor. Suatu hari Ben bertengkar dengan Jamer, akhirnya Benjamin kabur ke New York, lalu ke Philadelphia pada Oktober 1723.


Benjamin Franklin merupakan tokoh Freemasonry London, yang menjalin kontak sangat dekat dengan Rothschild, otak dari pihak Konspirasi Yahudi Internasional. Namun karena lama kelamaan, setelah melihat dengan mata kepala sendiri berbagai perkembangan yang tidak menguntungkan Amerika Serikat, sebuah negara yang ikut dibidaninya, terutama terkait perkembangan kaum Yahudinya serta penguasaan kaum ini atas sendi-sendi perekonomian, maka Franklin sadar bahwa selama ini dia telah berbuat salah. Kaum Yahudi yang dulu begitu dekat dengannya ternyata tidak ubahnya lintah darat yang mampu menghisap dengan amat rakus dan buas, segala sumber daya alam dan manusia Amerika Serikat. Franklin pun berlepas diri dari gerakan Freemasonry dan berusaha dengan gigih, tak kenal takut, untuk memperingatkan rakyat Amerika Serikat tentang Bahayanya orang-orang Yahudi di Amerika.

Salah satu upaya Benjamin Franklin yang fenomenal dan dicatat dalam sejarah Amerika sendiri adalah surat peringatannnya tentang Yahudi di Amerika, Inilah surat peringatan dari Benjamin Franklin:

“Di sana ada bahaya besar yang mengancam Amerika. Bahaya itu adalah orang-orang Yahudi. Di bumi manapun Yahudi itu berdiam, mereka selalu menurunkan tingkat moral, kejujuran dalam dunia komersial. Mereka hidup mengisolasi diri, dan berusaha mencekik leher keuangan pribumi, seperti yang terjadi di Portugal dan Spanyol.

Sejak lebih dari 1700 tahun, orang Yahudi mengeluhkan nasib yang mereka alami, karena mereka telah diusir dari bumi pertiwi. Perlu dikatahui wahai saudara sekalian, seandainya dunia berbudaya sekarang ini memberinya tanah Palestina, mereka segera mencari berbagai alasan untuk tidak kembali kesana. Mengapa? Mereka tidak lain adalah Vampir penghisap darah. Dan seekor vampire tidak akan bisa hidup dengan vampire lain. Orang Yahudi itu tidak bisa hidup dengan mereka sendiri. Mereka harus hidup dengan orang Kristen atau bangsa-bangsa yang bukan dari golongan mereka.
Jika orang Yahudi tidak disingkirkan dari Amerika dengan kekuatan Undang-Undang, maka dalam masa 100 tahun mendatang, mereka mereka akan menguasai dan menhancurkan kita dengan mengganti bentuk pemerintahan yang telah kita perjuangkan dengan pengorbanan darah, nyawa, harta dan kemerdekaan pribadi kita. Seandainya orang Yahudi itu tidak diusir dalam waktu 200 tahun mendatang, anak cucu kita nanti akan bekerja diladang-ladang untuk memberi makan orang-orang Yahudi itu. Sementara itu, orang Yahudi akan menghitung-hitung uang dengan tangan mereka di berbagai perusahaan keuangan.

Aku ingatkan anda sekalian. Kalau anda tidak menyingkirkan Yahudi untuk selamanya, maka anak cucu dan cicit kalian akan memanggil-manggil nama kalian dari atas liang kubur kalian kelak. Pikiran yang ada dibenak orang Yahudi tidak seperti yang ada pada orang Amerika. Meskipun mereka hidup bersama kita selama beberapa generasi, mereka tidak akan berubah sebagaimana macan tutul tidak bisa mengubah warna kulitnya. Mereka akan menghapus institusi kita. Oleh karena itu, mereka harus disingkirkan dengan konstitusi”

Surat ini ditulis oleh Benjamin Franklin berkenaan dengan Rencana Undang-Undang tahun 1789 dan dimuat dalam Charles Pinsky Journal, South Carolina. Teks aslinya sampai sekarang masih bisa dilihat di Franklin Institute Philadelphia, AS.

Sumber: William G. Carr, Gerakan Zionisme Menaklukan Dunia, Pustaka Al Kautsar dan  Eramuslim Digest Edisi 4

Pahamilah.com - Idul Fitri, secara turun temurun sudah membudaya di negeri ini. Namun bukan berarti menjadi suatu keharusan untuk dirayakan secara berlebihan. Padahal, Rasulullah saw telah memberikan beberapa contoh yang perlu diperhatikan.

Yang paling utama, sudahkah kita mengeluarkan zakat fitrah atau maal sebelum shalat Ied? Tujuannya, untuk berbagi kegembiraan dihari fitri ini dengan kaum dhuafa atau fakir miskin agar ikut merasakan kebahagiaan dihari itu. Namun apabila imam sudah mengumandangkan takbir untuk shalat Ied, maka sudak tidak lagi disebut zakat melainkan sedekah.

Lalu bagaimana Rasulullah merayakan Idul Fitri ? Janganlah merayakan dengan berlebihan, sangat istimewa bahkan terkesan ada yang dipaksaan hingga diluar kemampuan. Untuk itu Islam menganjurkan hendaknya menyambut dengan niat baik, dengan kondisi seadanya, meski sebaiknya berpakaian yang paling bagus, tapi tidak harus baru, karena semua ini merupakan salah satu bentuk syukur terhadap nikmat Allah.

Ketika menjelang berangkat sholat Ied, dianjurkan makan meski hanya sebutir kurma, karena ada hadist yang mengatakan :

“Rasulullah saw tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga beliau makan, sedangkan pada hari Raya Kurban beliau tidak makan hingga kembali (dari masjid) lalu beliau makan dari sembelihannya”. (HR Tirmidzi, Ahmad,).

Pada pelaksanaan Sholat Ied sangat dianjurkan agar para wanita dan anak-anak untuk ikut. Seandainya ada wanita yang sedang haid, diusahakan tetap menghadirinya, meskipun hanya dibelakang shaf atau diluar masjid, tujuannya agar semuanya bersama-sama merasakan dan merayakan kegembiraan.
Disunnahkan pada waktu ketempat shalat dengan berjalan kaki,:

“Termasuk sunnah untuk keluar menunaikan shalat Id dengan jalan kaki”.(HR Tirmidzi).
Disaat pulang dianjurkan untuk tidak melewati jalan yang dilalui ketika berangkat, karena ada hadist yang mengatakan :

“Rasulullah saw pada hari raya biasa mengambil jalan yang berlainan (ketika pergi dan ketika kembali)”(HR Bukhari)

Ketika dalam perjalanan, sebaiknya selalu mengumandangkan takbir hingga menjelang dimulainya sholat Id. Yang perlu diperhatikan, Rasulullah saw tidak mengerjakan shalat sesudah Subuh hingga sebelum shalat Ied dimulai, kecuali shalat Tahiyatul Masjid.

Pada saat sholat Ied, tidak ada azan maupun iqamah serta mendahulukan khutbah sebelum shalat.
“Aku menghadiri shalat Ied bersama Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar dan Ali, semua melakukan shalat sebelum khutbah” (HR Bukhari, Ahmad, Muslim).

Barulah setelah sholat Ied selesai, sampai dirumah dianjurkan untuk melakukan sholat sunnah dua rakaat, karena Rasul mengerjakan shalat sunnah dua rakaat sesampai dirumah.

Kemudian setelah itu menjalin tali silaturrahmi, saling memberi dan mengucapkan salam serta maaf, meskipun bermaaf-maafan tidak harus hari raya dan meninggalkan sesuatu perkara yang melampaui batas . (eramuslim/pahamilah)

Seperti Inilah Rasulullah SAW Merayakan Hari Raya Iedul Fitri


Pahamilah.com - Idul Fitri, secara turun temurun sudah membudaya di negeri ini. Namun bukan berarti menjadi suatu keharusan untuk dirayakan secara berlebihan. Padahal, Rasulullah saw telah memberikan beberapa contoh yang perlu diperhatikan.

Yang paling utama, sudahkah kita mengeluarkan zakat fitrah atau maal sebelum shalat Ied? Tujuannya, untuk berbagi kegembiraan dihari fitri ini dengan kaum dhuafa atau fakir miskin agar ikut merasakan kebahagiaan dihari itu. Namun apabila imam sudah mengumandangkan takbir untuk shalat Ied, maka sudak tidak lagi disebut zakat melainkan sedekah.

Lalu bagaimana Rasulullah merayakan Idul Fitri ? Janganlah merayakan dengan berlebihan, sangat istimewa bahkan terkesan ada yang dipaksaan hingga diluar kemampuan. Untuk itu Islam menganjurkan hendaknya menyambut dengan niat baik, dengan kondisi seadanya, meski sebaiknya berpakaian yang paling bagus, tapi tidak harus baru, karena semua ini merupakan salah satu bentuk syukur terhadap nikmat Allah.

Ketika menjelang berangkat sholat Ied, dianjurkan makan meski hanya sebutir kurma, karena ada hadist yang mengatakan :

“Rasulullah saw tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga beliau makan, sedangkan pada hari Raya Kurban beliau tidak makan hingga kembali (dari masjid) lalu beliau makan dari sembelihannya”. (HR Tirmidzi, Ahmad,).

Pada pelaksanaan Sholat Ied sangat dianjurkan agar para wanita dan anak-anak untuk ikut. Seandainya ada wanita yang sedang haid, diusahakan tetap menghadirinya, meskipun hanya dibelakang shaf atau diluar masjid, tujuannya agar semuanya bersama-sama merasakan dan merayakan kegembiraan.
Disunnahkan pada waktu ketempat shalat dengan berjalan kaki,:

“Termasuk sunnah untuk keluar menunaikan shalat Id dengan jalan kaki”.(HR Tirmidzi).
Disaat pulang dianjurkan untuk tidak melewati jalan yang dilalui ketika berangkat, karena ada hadist yang mengatakan :

“Rasulullah saw pada hari raya biasa mengambil jalan yang berlainan (ketika pergi dan ketika kembali)”(HR Bukhari)

Ketika dalam perjalanan, sebaiknya selalu mengumandangkan takbir hingga menjelang dimulainya sholat Id. Yang perlu diperhatikan, Rasulullah saw tidak mengerjakan shalat sesudah Subuh hingga sebelum shalat Ied dimulai, kecuali shalat Tahiyatul Masjid.

Pada saat sholat Ied, tidak ada azan maupun iqamah serta mendahulukan khutbah sebelum shalat.
“Aku menghadiri shalat Ied bersama Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar dan Ali, semua melakukan shalat sebelum khutbah” (HR Bukhari, Ahmad, Muslim).

Barulah setelah sholat Ied selesai, sampai dirumah dianjurkan untuk melakukan sholat sunnah dua rakaat, karena Rasul mengerjakan shalat sunnah dua rakaat sesampai dirumah.

Kemudian setelah itu menjalin tali silaturrahmi, saling memberi dan mengucapkan salam serta maaf, meskipun bermaaf-maafan tidak harus hari raya dan meninggalkan sesuatu perkara yang melampaui batas . (eramuslim/pahamilah)
 

Pahamilah.com -  Umat Islam menjadi sasaran brutal sekelompok massa Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) ketika sedang menunaikan shalat Id malah dibubarkan sekelompok orang. Hal itu juga diikuti dengan pembakaran mushala di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (18/7). Sebelum kejadian itu, pihak GIDI melarang umat Islam untuk menunaikan Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah.

Dilansir dari laman Pusatgidi.org, organisasi tersebut terdaftar secara resmi di Kemenag. GIDI memiliki visi 'Umat GIDI Masuk Sorga (The Community of GIDI Enter Heaven)'. Adapun, misinya ada empat, yaitu Penginjilan, Pemuridan, Pembaptisan, dan Pengutusan.

Dalam laman tersebut, dapat diketahui sejarah singkat berdirinya GIDI. GIDI pertama kali dirintis oleh tiga orang dari Badan Misi UFM dan APCM yaitu Hans Veldhuis, Fred Dawson, Russel Bond. Setelah merintis pos di Senggi termasuk membuka lapangan terbang pertama Senggi (1951-1954), pada tanggal 20 Januari 1955 ketiga misionaris beserta 7 orang pemuda dari Senggi terbang dari Sentani tiba di Lembah Baliem di Hitigima menggunakan pesawat amphibi 'Sealander'.

Kemudian mereka melanjutkan misi dengan berjalan kaki dari Lembah Baliem ke arah Barat pegunungan Jayawijaya melalui dusun Piramid. Dari Piramid bertolak menyeberangi sungai Baliem dan menyusuri sungai Wodlo dan tiba di Ilugwa. Setelah mereka beristirahat lanjutkan perjalanan ke arah muara sungai Ka'liga (Hablifura) dan akhirnya tiba di danau Archbol pada tanggal 21 Februari 1955.

Di area danau Acrhbold disilah pertama kali mereka mendirikan Camp Injili dan meletakkan dasar teritorial penginjilan dengan dasar visi: 'menyaksikan Kasih Kristus Kepada segala Suku Nieuw Guinea'. Dari laman tersebut, terungkap pula bahwa GIDI memiliki program kerjasama dengan Israel. Kerjasama tersebut disepakati pada 20 November 2006.

Pembakar Rumah Ibadah di Papua Miliki Program Kerjasama dengan Israel

 

Pahamilah.com -  Umat Islam menjadi sasaran brutal sekelompok massa Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) ketika sedang menunaikan shalat Id malah dibubarkan sekelompok orang. Hal itu juga diikuti dengan pembakaran mushala di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (18/7). Sebelum kejadian itu, pihak GIDI melarang umat Islam untuk menunaikan Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah.

Dilansir dari laman Pusatgidi.org, organisasi tersebut terdaftar secara resmi di Kemenag. GIDI memiliki visi 'Umat GIDI Masuk Sorga (The Community of GIDI Enter Heaven)'. Adapun, misinya ada empat, yaitu Penginjilan, Pemuridan, Pembaptisan, dan Pengutusan.

Dalam laman tersebut, dapat diketahui sejarah singkat berdirinya GIDI. GIDI pertama kali dirintis oleh tiga orang dari Badan Misi UFM dan APCM yaitu Hans Veldhuis, Fred Dawson, Russel Bond. Setelah merintis pos di Senggi termasuk membuka lapangan terbang pertama Senggi (1951-1954), pada tanggal 20 Januari 1955 ketiga misionaris beserta 7 orang pemuda dari Senggi terbang dari Sentani tiba di Lembah Baliem di Hitigima menggunakan pesawat amphibi 'Sealander'.

Kemudian mereka melanjutkan misi dengan berjalan kaki dari Lembah Baliem ke arah Barat pegunungan Jayawijaya melalui dusun Piramid. Dari Piramid bertolak menyeberangi sungai Baliem dan menyusuri sungai Wodlo dan tiba di Ilugwa. Setelah mereka beristirahat lanjutkan perjalanan ke arah muara sungai Ka'liga (Hablifura) dan akhirnya tiba di danau Archbol pada tanggal 21 Februari 1955.

Di area danau Acrhbold disilah pertama kali mereka mendirikan Camp Injili dan meletakkan dasar teritorial penginjilan dengan dasar visi: 'menyaksikan Kasih Kristus Kepada segala Suku Nieuw Guinea'. Dari laman tersebut, terungkap pula bahwa GIDI memiliki program kerjasama dengan Israel. Kerjasama tersebut disepakati pada 20 November 2006.


 (dari kiri) Habib Muhsin Alatas Sekretaris Majelis Syura DPP FPI,Perwakilan PBNU Shohibul Faroji Azmatkhan, Moderator Masyur Icardi, Perwakilan PP. Muhammadiyah Amirsyah Tambunan dan Ketua Wahdah Islamiyyah M. Zaitun Rasmin menjadi raeasumber dalam diskusi

Pahamilah.com - Sebanyak 33 ulama yang tergabung dalam presidium Aliansi Alim Ulama Indonesia (AAUI) mengutuk penyerangan dan pembakaran masjid di Tolikara, Papua saat umat Islam hendak melaksanakan shalat Idul Fitri. Sejumlah ulama ini pun mengambil delapan sikap penting dalam masalah itu.

Pertama, AAUI dengan sangat dalam menyesalkan insiden Tolikara tersebut. Sebab, peristiwa itu telah meretakkan kerukunan Umat Beragama di Indonesia.

Kedua, AAUI mengutuk keras kelompok penyerang yang telah melanggar hukum dan prinsip-prinsip toleransi di negeri ini. Apalagi setelah semakin besarnya toleransi yang diberikan oleh kaum Muslim kepada mereka.

Ketiga, mendesak aparat keamanan (Polri) segera menangkap para pelaku penyerangan. Mereka harus diproses secara hukum dengan secepat-cepatnya.

Keempat, menghimbau para tokoh Muslim agar menenangkan dan mengontrol umat dan anggotanya untuk tidak melakukan tindakan pembalasan.

Kelima, mendesak majelis agama dan para tokoh kristen agar serius mendidik umatnya untuk menghargai hukum dan toleransi yang diberikan oleh kaum Muslimin. Muslim adalah mayoritas mutlak di negeri ini.

Keenam, menghimbau semua pihak agar mewaspadai pihak-pihak yang bermain, mengadu domba antar umat beragama dan menjadikan sentimen agama sebagai komoditas politik. Sebab, hal itu akan merusak stabilitas nasional.

Ketujuh, meminta Dewan Gereja Indonesia memanggil pengurus GIDI untuk dimintai pertanggung jawaban atas surat larangan Shalat Ied dan berjilbab. Dewan Gereja juga harus memberi sanksi tegas terhadap oknum pengurus GIDI dan menyerahkan mereka ke pihak yang berwajib.

Delapan, menghimbau kepada tokoh-tokoh Islam, Kristen, dan agama-agama lain, agar mengedepankan kerukunan antar umat beragama dan menjaga toleransi beragama. Hal itu guna menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang beradab dan berkemanusiaan.

"Demikian, pernyataan sikap kami, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih," kata Ketua Presidium AAUI, KH Shohibul Faroji Azmatkhan seperti dalam pesan yang diterima Republika, Jumat (17/7). AAUI juga meminta sikap presidium itu bisa disebarkan untuk menjaga perdamaian dan kerukunan dalam beragama. (republika/pahamilah)

Ini 8 Sikap Aliansi Alim Ulama Indonesia Soal Pembakaran Masjid



 (dari kiri) Habib Muhsin Alatas Sekretaris Majelis Syura DPP FPI,Perwakilan PBNU Shohibul Faroji Azmatkhan, Moderator Masyur Icardi, Perwakilan PP. Muhammadiyah Amirsyah Tambunan dan Ketua Wahdah Islamiyyah M. Zaitun Rasmin menjadi raeasumber dalam diskusi

Pahamilah.com - Sebanyak 33 ulama yang tergabung dalam presidium Aliansi Alim Ulama Indonesia (AAUI) mengutuk penyerangan dan pembakaran masjid di Tolikara, Papua saat umat Islam hendak melaksanakan shalat Idul Fitri. Sejumlah ulama ini pun mengambil delapan sikap penting dalam masalah itu.

Pertama, AAUI dengan sangat dalam menyesalkan insiden Tolikara tersebut. Sebab, peristiwa itu telah meretakkan kerukunan Umat Beragama di Indonesia.

Kedua, AAUI mengutuk keras kelompok penyerang yang telah melanggar hukum dan prinsip-prinsip toleransi di negeri ini. Apalagi setelah semakin besarnya toleransi yang diberikan oleh kaum Muslim kepada mereka.

Ketiga, mendesak aparat keamanan (Polri) segera menangkap para pelaku penyerangan. Mereka harus diproses secara hukum dengan secepat-cepatnya.

Keempat, menghimbau para tokoh Muslim agar menenangkan dan mengontrol umat dan anggotanya untuk tidak melakukan tindakan pembalasan.

Kelima, mendesak majelis agama dan para tokoh kristen agar serius mendidik umatnya untuk menghargai hukum dan toleransi yang diberikan oleh kaum Muslimin. Muslim adalah mayoritas mutlak di negeri ini.

Keenam, menghimbau semua pihak agar mewaspadai pihak-pihak yang bermain, mengadu domba antar umat beragama dan menjadikan sentimen agama sebagai komoditas politik. Sebab, hal itu akan merusak stabilitas nasional.

Ketujuh, meminta Dewan Gereja Indonesia memanggil pengurus GIDI untuk dimintai pertanggung jawaban atas surat larangan Shalat Ied dan berjilbab. Dewan Gereja juga harus memberi sanksi tegas terhadap oknum pengurus GIDI dan menyerahkan mereka ke pihak yang berwajib.

Delapan, menghimbau kepada tokoh-tokoh Islam, Kristen, dan agama-agama lain, agar mengedepankan kerukunan antar umat beragama dan menjaga toleransi beragama. Hal itu guna menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang beradab dan berkemanusiaan.

"Demikian, pernyataan sikap kami, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih," kata Ketua Presidium AAUI, KH Shohibul Faroji Azmatkhan seperti dalam pesan yang diterima Republika, Jumat (17/7). AAUI juga meminta sikap presidium itu bisa disebarkan untuk menjaga perdamaian dan kerukunan dalam beragama. (republika/pahamilah)