middle ad

Teruntuk Seorang Istri

Oleh: Sri Wahyuni

Pernah saya baca sebuah buku karangan Asma Nadia, berjudul “Catatan Hati Seorang Istri”. Buku yang berisi kumpulan kisah nyata, menceritakan bagaimana setiap permasalahan dapat mendera rumah tangga. Menguji iman dan kesabaran. Menuntut sangat sebuah kesetiaan. Menggambarkan betapa mulianya hati seorang istri ketika sang suami melakukan hal yang tidak hanya sekedar menyakitkan hati, tapi meluluhlantahkan jiwa raga hingga dunia pun terasa telah menghimpitnya.

Seorang suami yang pergi bekerja di negeri nan jauh dari mata. Kerelaan hati seorang istri dituntut agar ikhlas melepas sang suami yang pergi bekerja. Mencari nafkah untuk sesuap nasi dan tabungan untuk bekal keluarga.

Di kala sang suami jauh, doa tak pernah putus-putusnya ia panjatkan kepada ilahi agar sang suami selalu dalam keadaan yang baik-baik saja. Tak henti-hentinya seorang istri ini meminta kepada yang kuasa agar Dia selalu menjaga suaminya. Meminta kepada sang pemilik bumi agar sang suami bisa pulang dan berkumpul bersama lagi.

Seiring berjalannya waktu, cinta seorang istri ini tidak seperti baju yang bisa pudar. Meski jarak memisahkan dan banyak godaan yang datang, dia selalu menjaga teguh cinta yang dia miliki hanya untuk suami. Untuk seorang lelaki yang telah dia pilih menjadi ayah dari anak-anaknya.

Di saat seorang istri ini bertahan dalam penantian, terdengarlah kabar sang suami beristrikan lagi dengan wanita lain. Sebagai istri yang baik  yang percaya dengan suami, tentu dia tidak akan langsung mengiyakan kabar itu. Tentang hitam putihnya kabar itu ingin diketahuinya langsung dari penjelasan sang suami. Ingin di dengar langsung dari mulut laki-laki yang telah memiliki seluruh hatinya itu.

Ketika lelaki itu pulang, senyum itu telah dia ukir di wajahnya. Berpura-pura tidak tahu tentang apa yang dia ketahui. Menunggu hingga sang suami telah selesai melepas penatnya. Setelah semua keadaan memungkinkan, akhirnya dengan keberanian yang dia kumpulkan, perihal yang mengganggu otaknya selama inipun ia sampaikan.

Ternyata berita itu betul. Suaminya mengaku bahwa dia telah beristri lagi dengan seorang wanita yang berasal dari daerah tempat ia bekerja. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang istri ini. Cintanya telah jelas-jelas dikhianati oleh sang suami.

Apakah dia meminta cerai kepada suaminya? Tidak.

Dia mencoba menerima semua yang terjadi ini dengan lapang dada. Dia berprasangka baik kepada Tuhannya. Dia sangat sadar bahwa dia pernah berdoa agar Tuhan selalu menjaga suaminya. Dan dia menganggap tuhan mengabulkan doanya. Sang suami dijaga melalui tangan wanita lain.

Tidak terbayangkan betapa kuatnya wanita ini.  Tidak terkirakan betapa mulianya hati wanita ini. Di saat dia telah jelas-jelas dikhianati, dia masih berpikir positif tentang semua yang terjadi.

Karena keikhlasan dan kesabaran yang dia punya, akhirnya sang suami betah di rumah dan tak lagi melanjutkan bekerja di tempat yang lama. Alhasil, suaminya pun lama tak kembali ke rumah istri kedua.

Alam seolah mengetahui keikhlasan wanita ini. tanpa di sangka-sangka, ternyata istri kedua meminta cerai karena laki-laki ini karena telah lama tak kembali pulang. Dan perceraian itu terjadi.

Wanita yang tadinya di madu ini mengucapkan puji dan syukur kepada Ilahi karena suaminya telah menjadi miliknya lagi seutuhnya. Dia tak perlu lagi berbagi suami dengan wanita lain.  Keikhlasan dan kesabarannya tidak sia-sia.

Dari sepenggal cerita tadi, pasti kita setuju sekali dengan sepenggal kalimat ini, Man shabaran zhafira. Siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung.  Memang setelah kejadian ini terlewati, sang suami dengan jelas dapat melihat ketulusan dan keikhlasan istrinya. Hingga akhirnya, sang suami menjadi lebih mencintai dan menghargai wanita ini.

Perlu dipahami oleh seorang istri, apapun yang terjadi di dalam rumah tangga, itu adalah ujian untuk mengetahui sejauh mana kita mampu untuk mempertahankannya. Jika tak kuat kita menghadapi cobaan itu, maka kehancuran rumah tangga sudah pasti ada di depan mata. Namun jika ternyata kita sebagai seorang istri bisa sabar mengatasinya, maka cobaan ini akan lebih memuliakan kita di hadapan manusia dan Tuhan kita. (dakwatuna/pahamilah)



Footenote_________________________________
* Sri Wahyuni adalah Pengamat pendidikan dan Guru Muda SGI DD (Sekolah Guru Indonesia) yang menginspirasi di pelosok Indonesia. Saat ini penulis ditempatkan di Kubu Raya, Kalimantan Barat.





Similar Videos

0 comments: