middle ad
Tampilkan postingan dengan label Celoteh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Celoteh. Tampilkan semua postingan
Oleh : Teuku Muhammad Lintar

Ketika aku duduk santai di beranda rumah, datanglah seorang yang berpakaian rapi turun dari mobil mewah. " Assallammualaikum." dia menyapaku. " Wa alaikumsallam." kubalas salamnya sambil mempersilahkan duduk.

Sesaat kemudian dia mulai membuka pembicaraan. " Saya dengar dari orang-orang bahkan dari pegawai saya bahwa anda bisa meramal. Tujuan saya kemari, ingin mengetahui bagaimana nasib saya untuk kedepannya dan apa yang harus saya lakukan untuk saat ini hingga kedepannya?" mendengar itu aku sangat terkejut dengan pertanyaan yang dia lontarkan.

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya, sambil menghisap sebatang rokok kemudian aku menerangkan padanya. " Saya ini bukan peramal tapi saya ini hanya bisa membaca karakter orang dan itu semua karena Allah SWT, kenapa saya katakan demikian? oleh sebab satu detik kedepan adalah rahasia Allah, tidak ada seorang pun tahu akan ketentuan-NYA, contoh kecil akan saya berikan; Anda pasti tahu malam akan tiba tapi apakah anda tahu ketika malam itu akan turun hujan? tentu anda tidak akan tahu, karena itu adalah Rahasia Allah.

Nah, saya tidak melihat masa depan tapi saya melihat karakter seseorang, contohnya; mungkin ada yang terlupakan bagi anda sekarang ini, bisa jadi usaha anda saat ini menurun karena satu alasan dan itu terkadang juga bisa jadi teguran dari Allah SWT.

Dalam hal ini saya melihat ke sisi belakang, kenapa usaha anda menurun? bisa jadi karena anda lupa akan sebuah niat yang dulu pernah di ikrarkan apabila anda berhasil dalam usaha ini maka mengundang anak yatim-piatu, namun faktanya anda tidak melaksanakannya, itulah sebabnya usaha anda menurun.

Allah Swt telah menegur hati anda agar ingat akan janji pada-NYA melalui saya." Setelah aku menerangkan. Dia bertanya lagi, " Apakah MERAMAL itu ada hukumnya dalam agama?"

Kali ini kami bersama-sama meneguk kopi buatan ibuku. " Dalam Al-Qur'an (QS. An-Naml : 65) Allah berfirman, " Tidak ada seorang pun dilangit dan dibumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah dan mereka tidak mengetahui bila mereka dibangkit," Sudah jelas bagi kita semua bahwa meramal itu dilarang oleh Allah SWT, Akhirnya dia pergi dengan senyuman yang mengisyaratkan pengertian akan penjelasanku.


Perihal hukum meramal HARAM adalah:

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka Shalatnya selama 40 hari tidak akan diterima”

Barangsiapa membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap telah meng Kufuri Al-Qur'an yang menyatakan hanya disisi Allah pengetahuan Ilmu Ghoib.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam Bersabda : “Barangsiapa yang mendatangi Dukun atau tukang ramal lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah Kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Rasullullah.

Hukum Meramal..........?

Oleh : Teuku Muhammad Lintar

Ketika aku duduk santai di beranda rumah, datanglah seorang yang berpakaian rapi turun dari mobil mewah. " Assallammualaikum." dia menyapaku. " Wa alaikumsallam." kubalas salamnya sambil mempersilahkan duduk.

Sesaat kemudian dia mulai membuka pembicaraan. " Saya dengar dari orang-orang bahkan dari pegawai saya bahwa anda bisa meramal. Tujuan saya kemari, ingin mengetahui bagaimana nasib saya untuk kedepannya dan apa yang harus saya lakukan untuk saat ini hingga kedepannya?" mendengar itu aku sangat terkejut dengan pertanyaan yang dia lontarkan.

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya, sambil menghisap sebatang rokok kemudian aku menerangkan padanya. " Saya ini bukan peramal tapi saya ini hanya bisa membaca karakter orang dan itu semua karena Allah SWT, kenapa saya katakan demikian? oleh sebab satu detik kedepan adalah rahasia Allah, tidak ada seorang pun tahu akan ketentuan-NYA, contoh kecil akan saya berikan; Anda pasti tahu malam akan tiba tapi apakah anda tahu ketika malam itu akan turun hujan? tentu anda tidak akan tahu, karena itu adalah Rahasia Allah.

Nah, saya tidak melihat masa depan tapi saya melihat karakter seseorang, contohnya; mungkin ada yang terlupakan bagi anda sekarang ini, bisa jadi usaha anda saat ini menurun karena satu alasan dan itu terkadang juga bisa jadi teguran dari Allah SWT.

Dalam hal ini saya melihat ke sisi belakang, kenapa usaha anda menurun? bisa jadi karena anda lupa akan sebuah niat yang dulu pernah di ikrarkan apabila anda berhasil dalam usaha ini maka mengundang anak yatim-piatu, namun faktanya anda tidak melaksanakannya, itulah sebabnya usaha anda menurun.

Allah Swt telah menegur hati anda agar ingat akan janji pada-NYA melalui saya." Setelah aku menerangkan. Dia bertanya lagi, " Apakah MERAMAL itu ada hukumnya dalam agama?"

Kali ini kami bersama-sama meneguk kopi buatan ibuku. " Dalam Al-Qur'an (QS. An-Naml : 65) Allah berfirman, " Tidak ada seorang pun dilangit dan dibumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah dan mereka tidak mengetahui bila mereka dibangkit," Sudah jelas bagi kita semua bahwa meramal itu dilarang oleh Allah SWT, Akhirnya dia pergi dengan senyuman yang mengisyaratkan pengertian akan penjelasanku.


Perihal hukum meramal HARAM adalah:

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka Shalatnya selama 40 hari tidak akan diterima”

Barangsiapa membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap telah meng Kufuri Al-Qur'an yang menyatakan hanya disisi Allah pengetahuan Ilmu Ghoib.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam Bersabda : “Barangsiapa yang mendatangi Dukun atau tukang ramal lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah Kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Rasullullah.

EMPAT tahun bukanlah waktu sedikit untuk belajar mengenal teori keadilan dalam pasal dan undang-udang, setiap hari kami bercengkerama dengan aturan, setiap waktu kami menulis makalah dalam bentuk tinjauan maupun intisari peraturan, demi ke-sohihan-nya pun tak jarang kami harus berburu resensi TEBAL ratusan halaman di perpustakaan atau menelusuri jejak-jejak di dunia maya dengan berbekal mesin pencari (google, dsb) dan menggantungkan diri pada tiga huruf hebat "WWW" (http/https) sebagai "jimat" yang kesaktiannya melebihi dukun atau paranormal di muka bumi.

Memang sangat indah dan menyenangkan menimba ilmu tentang keadilan di bangku perkuliahan, sebab yang kami kaji adalah ideliasme kebenaran, disana antara hitam dan putih mudah sekali dibedakan, antara yang bengkok dan lurus sangat tegas tidak boleh dicampur adukkan.

Setelah kami disyahkan dihadapan Majelis dalam seremonial yang disebut dengan istilah wisuda, kami mencoba untuk mengamalkan apa yang telah kami timba, namun ternyata dunia ini begitu SANGAT HITAM yang pekatnya melebihi jelaga, hingga pelita kecil yang kami bawa tiada mampu menerangi sebagaimana mestinya, bahkan untuk tapak kecil kami sendiri dalam melangkah pun cahaya itu seakan tidak bisa membuat jalan yang kami telusuri menjadi terang.

Memang dulu sewaktu menimba idealisme keadilan itu kami juga dikenalkan dengan realita melalui praktek dan belajar menangani suatu kasus, tapi sekarang fakta yang kami hadapi ternyata lebih kejam dan tidak berkeperimanusiaan serta jauh dari nilai moralitas, hukum telah menjadi ROBOT - dikendalikan demi kepentingan pribadi semata, digerakkan oleh oknum manusia-manusia bermoral rendah yang hanya menyukai STANDART HARGA yang terkenal dengan istilah WANI PIRO, jujur dengan berat hati saya enggan memakai istilah OKNUM sebab pada kenyataannya mereka itu lebih banyak daripada manusia yang masih menjunjung moralitas dan kebenaran yang sejujurnya.

Mungkin "kebanyakan" oknum-oknum tersebut akan membantah dengan menggunakan alasan ini dan itu, namun alasan tetap sebuah alasan demi pembenaran terhadap yang mereka kerjakan. (oknum kok banyak? - jadi berasa aneh pada tulisanku sendiri)

Empat tahunku seakan sia-sia belaka, sebab ternyata aku tidak bisa bermain dalam suatu lobi abu-abu yang sarat dengan berbagai macam kepentingan, hati nuraniku tidak sanggup untuk menjadi sosok dalam dua muka, yang disatu sisi harus makan dari hasil tetes keringat yang diperoleh dari mempermainkan keadilan namun di sisi yang lain berdalih bahwa semua ini demi "membela" suatu keadilan yang pada hakikatnya kebenaran itu sendiri masih dipertanyakan.

Aku pernah mengalami suatu ketidakadilan dimana KEPALSUAN itu disyahkan sebagai juara ketika palu hakim berbunyi membentur meja - aku kalah, lalu dimanakah keadilan itu ada? yang kuketahui keadilan yang sebenarnya itu hanya ada dialam sana, dimana ketika mulut dikunci rapat dan hanya anggota tubuh saja yang diperkenankan untuk bicara.


__________________..
NB: tulisan ini aku persembahkan kepada diriku sendiri dan juga untuk sahabat yang kejujurannya tiada berharga dan kebenaran yang diungkapkannya hanya dipandang sebelah mata. 



Keadilan Wani Piro


EMPAT tahun bukanlah waktu sedikit untuk belajar mengenal teori keadilan dalam pasal dan undang-udang, setiap hari kami bercengkerama dengan aturan, setiap waktu kami menulis makalah dalam bentuk tinjauan maupun intisari peraturan, demi ke-sohihan-nya pun tak jarang kami harus berburu resensi TEBAL ratusan halaman di perpustakaan atau menelusuri jejak-jejak di dunia maya dengan berbekal mesin pencari (google, dsb) dan menggantungkan diri pada tiga huruf hebat "WWW" (http/https) sebagai "jimat" yang kesaktiannya melebihi dukun atau paranormal di muka bumi.

Memang sangat indah dan menyenangkan menimba ilmu tentang keadilan di bangku perkuliahan, sebab yang kami kaji adalah ideliasme kebenaran, disana antara hitam dan putih mudah sekali dibedakan, antara yang bengkok dan lurus sangat tegas tidak boleh dicampur adukkan.

Setelah kami disyahkan dihadapan Majelis dalam seremonial yang disebut dengan istilah wisuda, kami mencoba untuk mengamalkan apa yang telah kami timba, namun ternyata dunia ini begitu SANGAT HITAM yang pekatnya melebihi jelaga, hingga pelita kecil yang kami bawa tiada mampu menerangi sebagaimana mestinya, bahkan untuk tapak kecil kami sendiri dalam melangkah pun cahaya itu seakan tidak bisa membuat jalan yang kami telusuri menjadi terang.

Memang dulu sewaktu menimba idealisme keadilan itu kami juga dikenalkan dengan realita melalui praktek dan belajar menangani suatu kasus, tapi sekarang fakta yang kami hadapi ternyata lebih kejam dan tidak berkeperimanusiaan serta jauh dari nilai moralitas, hukum telah menjadi ROBOT - dikendalikan demi kepentingan pribadi semata, digerakkan oleh oknum manusia-manusia bermoral rendah yang hanya menyukai STANDART HARGA yang terkenal dengan istilah WANI PIRO, jujur dengan berat hati saya enggan memakai istilah OKNUM sebab pada kenyataannya mereka itu lebih banyak daripada manusia yang masih menjunjung moralitas dan kebenaran yang sejujurnya.

Mungkin "kebanyakan" oknum-oknum tersebut akan membantah dengan menggunakan alasan ini dan itu, namun alasan tetap sebuah alasan demi pembenaran terhadap yang mereka kerjakan. (oknum kok banyak? - jadi berasa aneh pada tulisanku sendiri)

Empat tahunku seakan sia-sia belaka, sebab ternyata aku tidak bisa bermain dalam suatu lobi abu-abu yang sarat dengan berbagai macam kepentingan, hati nuraniku tidak sanggup untuk menjadi sosok dalam dua muka, yang disatu sisi harus makan dari hasil tetes keringat yang diperoleh dari mempermainkan keadilan namun di sisi yang lain berdalih bahwa semua ini demi "membela" suatu keadilan yang pada hakikatnya kebenaran itu sendiri masih dipertanyakan.

Aku pernah mengalami suatu ketidakadilan dimana KEPALSUAN itu disyahkan sebagai juara ketika palu hakim berbunyi membentur meja - aku kalah, lalu dimanakah keadilan itu ada? yang kuketahui keadilan yang sebenarnya itu hanya ada dialam sana, dimana ketika mulut dikunci rapat dan hanya anggota tubuh saja yang diperkenankan untuk bicara.


__________________..
NB: tulisan ini aku persembahkan kepada diriku sendiri dan juga untuk sahabat yang kejujurannya tiada berharga dan kebenaran yang diungkapkannya hanya dipandang sebelah mata.