middle ad
Tampilkan postingan dengan label Hegemoni Global AS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hegemoni Global AS. Tampilkan semua postingan
washingtonpost

Pahamilah.com - Liberian Daily Observer, yang merupakan surat kabar terbesar di Liberia, baru saja menerbitkan sebuah artikel di halaman depannya dengan judul, “Ebola, AIDS Manufactured By Western Pharmaceuticals, US DoD?” (Ebola, AIDS yang Diproduksi Farmasi Barat, DoD AS?" Artikel tersebut menuduh AS menciptakan wabah Ebola dalam skema tertentu untuk menggunakan Afrika sebagai ajang pengujian senjata bilogi (bioweapons).

Berikut kuitipan artikel tersebut:

"Situs-situs di seluruh Afrika,dan di Afrika Barat, telah bertahun-tahun bersiap-siap menguji kemunculan sejumlah penyakit, khususnya Ebola."

"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa badan PBB lainnya telah terlibat dalam memilih dan membujuk negara-negara Afrika untuk ikut berpartisipasi dalam acara pengujian, mempromosikan vaksinasi, namun mengupayakan berbagai resimen pengujian. Artikel yang terbit pada 2 Agustus 2014, "West Africa: What are US Biological Warfare Researchers Doing in the Ebola Zone?" (Afrika Barat: Apa yang Dilakukan Para Peneliti Perang Biologi AS di Zona Ebola) oleh Jon Rappoport dari Global Research menekankan masalah yang dihadapi pemerintah Afrika."

"Jelas, dalam laporan ini dan lainnya, [dikatakan] antara lain,

(a) US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases (USAMRIID), pusat terkenal untuk penelitian perang biologi, yang terletak di Fort Detrick, Maryland;

(b) Tulane University, di New Orleans, Amerika Serikat, yang terbesar dalam memberikan hibah penelitian, termasuk hibah sebesar lebih dari 7.000.000 dolar AS kepada National Institute of Health (NIH) untuk mendanai penelitian demam berdarah virus Lassa;

(c) Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC)."

Inilah jenis propaganda yang sedang dihadapi para pekerja sukarela di Liberia dan Afrika Barat. (islamtimes/pahamilah)

Berikut Video yang memuat laporan tentangnya




Koran Terbesar Liberia Tuduh AS Ciptakan Virus Ebola

washingtonpost

Pahamilah.com - Liberian Daily Observer, yang merupakan surat kabar terbesar di Liberia, baru saja menerbitkan sebuah artikel di halaman depannya dengan judul, “Ebola, AIDS Manufactured By Western Pharmaceuticals, US DoD?” (Ebola, AIDS yang Diproduksi Farmasi Barat, DoD AS?" Artikel tersebut menuduh AS menciptakan wabah Ebola dalam skema tertentu untuk menggunakan Afrika sebagai ajang pengujian senjata bilogi (bioweapons).

Berikut kuitipan artikel tersebut:

"Situs-situs di seluruh Afrika,dan di Afrika Barat, telah bertahun-tahun bersiap-siap menguji kemunculan sejumlah penyakit, khususnya Ebola."

"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa badan PBB lainnya telah terlibat dalam memilih dan membujuk negara-negara Afrika untuk ikut berpartisipasi dalam acara pengujian, mempromosikan vaksinasi, namun mengupayakan berbagai resimen pengujian. Artikel yang terbit pada 2 Agustus 2014, "West Africa: What are US Biological Warfare Researchers Doing in the Ebola Zone?" (Afrika Barat: Apa yang Dilakukan Para Peneliti Perang Biologi AS di Zona Ebola) oleh Jon Rappoport dari Global Research menekankan masalah yang dihadapi pemerintah Afrika."

"Jelas, dalam laporan ini dan lainnya, [dikatakan] antara lain,

(a) US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases (USAMRIID), pusat terkenal untuk penelitian perang biologi, yang terletak di Fort Detrick, Maryland;

(b) Tulane University, di New Orleans, Amerika Serikat, yang terbesar dalam memberikan hibah penelitian, termasuk hibah sebesar lebih dari 7.000.000 dolar AS kepada National Institute of Health (NIH) untuk mendanai penelitian demam berdarah virus Lassa;

(c) Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC)."

Inilah jenis propaganda yang sedang dihadapi para pekerja sukarela di Liberia dan Afrika Barat. (islamtimes/pahamilah)

Berikut Video yang memuat laporan tentangnya




Jend. Wesley Clark

Pahamilah.com - Jenderal (Purn.) Wesley Clark Mengungkapkan bahwa ia diberitahu, beberapa hari setelah peristiwa 11 September 2001, bahwa Departemen Pertahanan berencana mengobarkan perang dengan Irak, Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan, dan Iran.

Clark dianggap sebagai komandan terpandang selama berdinas dalam militer sejak 1966 hingga 2000, dan meraih pangkat jendral bintang-4. Ia membicarakan hal itu dalam sebuah wawancara dengan Amy Goodman dalam acara Democracy Now pada 2 Maret 2007.

Berikut adalah transkrip pembicaraan Jend. Clark,

"Sekitar 10 hari setelah 9/11, saya pergi ke Pentagon, dan melihat Sekretaris [Pertahanan] [Donald] Rumsfeld dan Wakil Sekretaris [Paul] Wolfowitz. Saya turun untuk menyapa beberapa orang di staf gabungan yang dulunya bekerja untuk saya."

"Salah seorang jenderal menelepon saya dan berkata, 'Pak, Anda harus kemari dan berbicara dengan saya.' Saya berkata, 'Pak, Anda kan sangat sibuk.' Dan ia berkata, 'Tidak, tidak! Kami telah membuat keputusan--kita akan perang dengan Irak.' Ini terjadi pada atau sekitar tanggal 28 September! Saya bilang, 'Kita akan berperang dengan Irak? Mengapa!?' Ia berkata, 'Saya tidak tahu!' Ia berkata, 'Saya kira mereka tak tahu harus berbuat apa lagi.' Lalu saya berkata, 'Apakah mereka mendapatkan sejumlah informasi yang menghubungkan Saddam dengan al-Qaeda?' Ia berkata, 'Tidak, tidak, tidak ada yang baru seperti itu. Mereka hanya membuat keputusan untuk berperang dengan Irak.' Ia [juga] berkata, 'Saya kira, sepertinya kita tak tahu apa yang harus dilakukan dengan para teroris, tapi kita punya militer yang baik dan kita bisa menjatuhkan pemerintah [Irak].'"

"Kemudian saya datang kembali untuk menemuinya beberapa minggu kemudian, dan saat itu, kami mengebom Afghanistan. Dan saya berkata, 'Apakah kita masih akan berperang dengan Irak?' Dan ia berkata, 'Oh, malah lebih buruk dari itu.' Ia berkata sambil mengulurkan tangannya di atas meja dan mengambil secarik kertas, 'Saya baru saja menerima ini dari lantai atas,' yang berarti kantor Sekretaris Pertahanan. Dan ia berkata, 'Ini adalah sebuah memo yang menjelaskan tentang bagaimana kita akan mencaplok tujuh negara dalam lima tahun. Dimulai dengan Irak, kemudian Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan, dan akhirnya Iran.'"

Pertanyaannya: mengapa rencana invasi tujuh negara ini dimasukkan dalam memo resmi hanya beberapa minggu setelah serangan 11 September 2001? Negara-negara itu jelas tidak ada hubungannya dengan pembajakan. Namun, para jenderal Amerika justru dibriefing seputar rencana serius untuk menyerang mereka. Mengapa?

Rencana yang diusulkan jelas-jelas tidak berjalan sama persis dengan apa yang tertulis dalam memo itu. Tapi, semua itu memungkinkan siapapun untuk melihat agenda beberapa pembuat kebijakan yang sangat haus darah, karena berupaya mengeksploitasi kesedhan yang dirasakan menyusul runtuhnya Menara Kembar World Trade Center.

Tak ada jaminan bahwa "rencana" itu tidak lagi dicanangkan. Toh Pentagon terus mempertahankan alur stabil dari intervensi luar negerinya yang agresif, baik selama pemerintahan Bush maupun Obama. Seperti yang dapat disaksikan, banyak dari apa yang diungkapkan Jend. Clark pada akhirnya bergerak maju, meskipun dengan linimasa yang dimodifikasi.

Pemerintah Irak digulingkan AS selama invasi besar-besaran berdarah pada 2003. Pasukan komando AS beroperasi secara diam-diam di Sudan setidaknya sejak 2005. AS beroperasi di Somalia sejak 2007 secara sembunyi-sembunyi dan melalui serangan rudal. Pemerintah Libya digulingkan dengan bantuan dukungan rudal AS pada 2009. AS memulai kampanye pengeboman di Suriah pada 2014. Nasib Iran masih belum ditentukan, tapi sering menjadi sasaran retorika pro-perang dalam siklus pemilunya. (islamtimes/pahamilah)

Jend. Wesley Clark: "Sejak 2001, AS Berencana Caplok 7 Negara"

Jend. Wesley Clark

Pahamilah.com - Jenderal (Purn.) Wesley Clark Mengungkapkan bahwa ia diberitahu, beberapa hari setelah peristiwa 11 September 2001, bahwa Departemen Pertahanan berencana mengobarkan perang dengan Irak, Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan, dan Iran.

Clark dianggap sebagai komandan terpandang selama berdinas dalam militer sejak 1966 hingga 2000, dan meraih pangkat jendral bintang-4. Ia membicarakan hal itu dalam sebuah wawancara dengan Amy Goodman dalam acara Democracy Now pada 2 Maret 2007.

Berikut adalah transkrip pembicaraan Jend. Clark,

"Sekitar 10 hari setelah 9/11, saya pergi ke Pentagon, dan melihat Sekretaris [Pertahanan] [Donald] Rumsfeld dan Wakil Sekretaris [Paul] Wolfowitz. Saya turun untuk menyapa beberapa orang di staf gabungan yang dulunya bekerja untuk saya."

"Salah seorang jenderal menelepon saya dan berkata, 'Pak, Anda harus kemari dan berbicara dengan saya.' Saya berkata, 'Pak, Anda kan sangat sibuk.' Dan ia berkata, 'Tidak, tidak! Kami telah membuat keputusan--kita akan perang dengan Irak.' Ini terjadi pada atau sekitar tanggal 28 September! Saya bilang, 'Kita akan berperang dengan Irak? Mengapa!?' Ia berkata, 'Saya tidak tahu!' Ia berkata, 'Saya kira mereka tak tahu harus berbuat apa lagi.' Lalu saya berkata, 'Apakah mereka mendapatkan sejumlah informasi yang menghubungkan Saddam dengan al-Qaeda?' Ia berkata, 'Tidak, tidak, tidak ada yang baru seperti itu. Mereka hanya membuat keputusan untuk berperang dengan Irak.' Ia [juga] berkata, 'Saya kira, sepertinya kita tak tahu apa yang harus dilakukan dengan para teroris, tapi kita punya militer yang baik dan kita bisa menjatuhkan pemerintah [Irak].'"

"Kemudian saya datang kembali untuk menemuinya beberapa minggu kemudian, dan saat itu, kami mengebom Afghanistan. Dan saya berkata, 'Apakah kita masih akan berperang dengan Irak?' Dan ia berkata, 'Oh, malah lebih buruk dari itu.' Ia berkata sambil mengulurkan tangannya di atas meja dan mengambil secarik kertas, 'Saya baru saja menerima ini dari lantai atas,' yang berarti kantor Sekretaris Pertahanan. Dan ia berkata, 'Ini adalah sebuah memo yang menjelaskan tentang bagaimana kita akan mencaplok tujuh negara dalam lima tahun. Dimulai dengan Irak, kemudian Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan, dan akhirnya Iran.'"

Pertanyaannya: mengapa rencana invasi tujuh negara ini dimasukkan dalam memo resmi hanya beberapa minggu setelah serangan 11 September 2001? Negara-negara itu jelas tidak ada hubungannya dengan pembajakan. Namun, para jenderal Amerika justru dibriefing seputar rencana serius untuk menyerang mereka. Mengapa?

Rencana yang diusulkan jelas-jelas tidak berjalan sama persis dengan apa yang tertulis dalam memo itu. Tapi, semua itu memungkinkan siapapun untuk melihat agenda beberapa pembuat kebijakan yang sangat haus darah, karena berupaya mengeksploitasi kesedhan yang dirasakan menyusul runtuhnya Menara Kembar World Trade Center.

Tak ada jaminan bahwa "rencana" itu tidak lagi dicanangkan. Toh Pentagon terus mempertahankan alur stabil dari intervensi luar negerinya yang agresif, baik selama pemerintahan Bush maupun Obama. Seperti yang dapat disaksikan, banyak dari apa yang diungkapkan Jend. Clark pada akhirnya bergerak maju, meskipun dengan linimasa yang dimodifikasi.

Pemerintah Irak digulingkan AS selama invasi besar-besaran berdarah pada 2003. Pasukan komando AS beroperasi secara diam-diam di Sudan setidaknya sejak 2005. AS beroperasi di Somalia sejak 2007 secara sembunyi-sembunyi dan melalui serangan rudal. Pemerintah Libya digulingkan dengan bantuan dukungan rudal AS pada 2009. AS memulai kampanye pengeboman di Suriah pada 2014. Nasib Iran masih belum ditentukan, tapi sering menjadi sasaran retorika pro-perang dalam siklus pemilunya. (islamtimes/pahamilah)