middle ad
Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan


Pahamilah.com - Warga minoritas Muslim Rohingya dibunuh oleh ekstrimis Buddha di Myanmar. Para ekstrimis Budda terus melancarkan serangan sistematis terhadap umat Islam di wilayah Myanmar. Ribuan muslim dibunuh dengan berbagai cara dan lebih dari 120.000 orang digusur dari tanah mereka sendiri.

Namun di Nepal, saat terjadinya gempa dahsyat yang meluluhlantakan dan menimbulkan korban ribuan jiwa pada 25 April lalu, Umat Islam Nepal membantu warga Buddha dan Hindu (penduduk mayoritas Nepa) yang jadi korban.

Seperti diberitakan merdeka.com yang meliput langsung ke Nepal, seorang anggota takmir Masjid Jami Nepal Mohammad Rizwan mengatakan masjid-masjid yang selamat dari gempat menjadi pusat pengiriman bantuan untuk korban gempa.

Mohammad Rizwan menyatakan setelah gempa 7,8 skala richter melanda pada 25 April lalu, takmir seluruh masjid langsung berkumpul. Mereka mencari info adakah warga muslim yang jadi korban. Ternyata di seputar Kathmandu hanya ada dua warga tewas dan belasan cedera. Tapi mayoritas keluarga muslim selamat.

Oleh sebab itu, kini Masjid Jami menjadi pusat pengiriman bantuan logistik untuk korban gempa. Mayoritas adalah beras, air bersih, dan makanan siap saji. Tiga truk hilir mudik mengangkut logistik sepanjang kunjungan merdeka.com.

"Ini bantuan yang datang dari komunitas muslim Nepal. Kami mengirim ke manapun warga membutuhkan," kata Rizwan.

Tidaklah heran jika masjid-masjid di Nepal tidaklah runtuh oleh goncangan gempa, kokoh sekokoh Pemiliknya dan Ummatnya yang senantiasa menjadi bagian tangan di atas. (pkypiyungan/pahamilah)

Pahamilah Islam, Buddha Bantai Muslim di Myanmar, Muslim Bantu Buddha di Nepal



Pahamilah.com - Warga minoritas Muslim Rohingya dibunuh oleh ekstrimis Buddha di Myanmar. Para ekstrimis Budda terus melancarkan serangan sistematis terhadap umat Islam di wilayah Myanmar. Ribuan muslim dibunuh dengan berbagai cara dan lebih dari 120.000 orang digusur dari tanah mereka sendiri.

Namun di Nepal, saat terjadinya gempa dahsyat yang meluluhlantakan dan menimbulkan korban ribuan jiwa pada 25 April lalu, Umat Islam Nepal membantu warga Buddha dan Hindu (penduduk mayoritas Nepa) yang jadi korban.

Seperti diberitakan merdeka.com yang meliput langsung ke Nepal, seorang anggota takmir Masjid Jami Nepal Mohammad Rizwan mengatakan masjid-masjid yang selamat dari gempat menjadi pusat pengiriman bantuan untuk korban gempa.

Mohammad Rizwan menyatakan setelah gempa 7,8 skala richter melanda pada 25 April lalu, takmir seluruh masjid langsung berkumpul. Mereka mencari info adakah warga muslim yang jadi korban. Ternyata di seputar Kathmandu hanya ada dua warga tewas dan belasan cedera. Tapi mayoritas keluarga muslim selamat.

Oleh sebab itu, kini Masjid Jami menjadi pusat pengiriman bantuan logistik untuk korban gempa. Mayoritas adalah beras, air bersih, dan makanan siap saji. Tiga truk hilir mudik mengangkut logistik sepanjang kunjungan merdeka.com.

"Ini bantuan yang datang dari komunitas muslim Nepal. Kami mengirim ke manapun warga membutuhkan," kata Rizwan.

Tidaklah heran jika masjid-masjid di Nepal tidaklah runtuh oleh goncangan gempa, kokoh sekokoh Pemiliknya dan Ummatnya yang senantiasa menjadi bagian tangan di atas. (pkypiyungan/pahamilah)
Meliah Md Diah bersama si bungsu Abdul Rahmad Saud. 

Pahamilah.com - Kisah dari Kuala Nerang, Malaysia, menjadi bukti cinta dan pengorbanan dari seorang ibu. Meski pikun telah merayapi di usia senjanya, Meliah Md Diah (101 tahun) tak pernah lupa sedetik pun merawat si bungsu Abdul Rahman Saud (63 tahun) yang mengalami disabilitas.

Meliah bertekad akan mengurus Abdul Rahman sepanjang hidupnya. Meliah akan memberikan yang terbaik untuk Abdul Rahman yang tidak bisa bicara, berjalan atau menjalani hidup normal semenjak lahir.

''Anak saya sama sekali tidak pernah menjadi beban. Sejak ia masih bayi, saya yang memandikannya, menyuapinya dan mengenakannya pakaian,'' kata Meliah kepada Bernama seperti dikutip Thestar.

''Saya akan merawatnya sepanjang hidup saya,'' kata Meliah. ''Saya mencintainya, saya hanya ingin bersamanya.''

Meliah tidak pernah menyesal memiliki anak seperti Abdul Rahman yang memiliki keterbatasan fisik. Dia berdoa semoga diberi kesehatan dan panjang umur agar bisa merawat si bungsu Abdul Rahman.

Keponakan Meliah, Siti Jaleha Yunus (59), mengakui kisah hidup Meliah menjadi bukti pengorbanan seorang ibu. Meskipun daya ingatnya sudah mulai memburuk akibat penuaan, kata Siti, Meliah tidak pernah lupa dengan nama si bungsu dan tugas merawat si bungsu.

''Dia (Meliah) akan memanggil nama anaknya ketika tiba waktunya untuk makan atau mandi,'' kata Siti.

Siti bersama kerabatnya bergiliran memeriksa keadaan Meliah dan membantunya memasak. Kerabat juga ikut membantu Meliah mengurus Abdul Rahman.

Suami Meliah, Saud, telah meninggal sekitar 20 tahun lalu. Kakak-kakak Abdul Rahman --dua laki-laki dan satu perempuan-- meninggal di usia muda.

Kini tinggal Meliah bersama si bungsu Abdul Rahman. Di usianya yang semakin senja, Meliah yang mengandalkan dana bantuan pemerintah sebesar Rp 2,7 juta per bulan ini hanya punya satu keinginan: melihat si bungsu selalu tersenyum. (republika/pahamilah)

Subhanallah Dalam Usia 101 Tahun, Ibu Tetap Merawat Anaknya (63 Tahun) yang Disabilitas

Meliah Md Diah bersama si bungsu Abdul Rahmad Saud. 

Pahamilah.com - Kisah dari Kuala Nerang, Malaysia, menjadi bukti cinta dan pengorbanan dari seorang ibu. Meski pikun telah merayapi di usia senjanya, Meliah Md Diah (101 tahun) tak pernah lupa sedetik pun merawat si bungsu Abdul Rahman Saud (63 tahun) yang mengalami disabilitas.

Meliah bertekad akan mengurus Abdul Rahman sepanjang hidupnya. Meliah akan memberikan yang terbaik untuk Abdul Rahman yang tidak bisa bicara, berjalan atau menjalani hidup normal semenjak lahir.

''Anak saya sama sekali tidak pernah menjadi beban. Sejak ia masih bayi, saya yang memandikannya, menyuapinya dan mengenakannya pakaian,'' kata Meliah kepada Bernama seperti dikutip Thestar.

''Saya akan merawatnya sepanjang hidup saya,'' kata Meliah. ''Saya mencintainya, saya hanya ingin bersamanya.''

Meliah tidak pernah menyesal memiliki anak seperti Abdul Rahman yang memiliki keterbatasan fisik. Dia berdoa semoga diberi kesehatan dan panjang umur agar bisa merawat si bungsu Abdul Rahman.

Keponakan Meliah, Siti Jaleha Yunus (59), mengakui kisah hidup Meliah menjadi bukti pengorbanan seorang ibu. Meskipun daya ingatnya sudah mulai memburuk akibat penuaan, kata Siti, Meliah tidak pernah lupa dengan nama si bungsu dan tugas merawat si bungsu.

''Dia (Meliah) akan memanggil nama anaknya ketika tiba waktunya untuk makan atau mandi,'' kata Siti.

Siti bersama kerabatnya bergiliran memeriksa keadaan Meliah dan membantunya memasak. Kerabat juga ikut membantu Meliah mengurus Abdul Rahman.

Suami Meliah, Saud, telah meninggal sekitar 20 tahun lalu. Kakak-kakak Abdul Rahman --dua laki-laki dan satu perempuan-- meninggal di usia muda.

Kini tinggal Meliah bersama si bungsu Abdul Rahman. Di usianya yang semakin senja, Meliah yang mengandalkan dana bantuan pemerintah sebesar Rp 2,7 juta per bulan ini hanya punya satu keinginan: melihat si bungsu selalu tersenyum. (republika/pahamilah)

Pahamilah.com - Amerika Serikat pernah begitu bangga mengumumkan kepada dunia, bahwa mereka akhirnya bisa membunuh teroris paling licin di dunia, yakni Osama bin Laden.

Tapi, jurnalis AS, Seymour Hersh, baru-baru ini mengklaim Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, telah membohongi masyarakat dunia, soal kronologis pembunuhan Osama.

Menurut Seymour, pasukan Amerika sebenarnya tidak berperan banyak dalam aksi penyergapan pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, pada 2 Mei 2011 silam.

Seymour, yang pernah memenangkan penghargaan tertinggi di dunia jurnalistik, yakni Pulitzer ini, menyebut, pasukan AS hanya numpang tenar, karena sebenarnya, pasukan Pakistan yang paling berperan dalam penyergapan Osama tersebut.

Menurut Seymour Hersh, yang pernah bekerja di New York Times,orang-orang Pakistan sebenarnya sudah menangkap Osama bin Laden selama bertahun-tahun.

CIA, kata Seymour, juga berbohong soal operasi penyerangan Osama.

Menurut Seymour, CIA mengetahui lokasi Osama bukan dari hasil interogasi tahanan-tahanan Al Qaeda, melainkan dari informan asal Pakistan, yang berharap kecipratan hadiah 25 juta dolar AS, untuk reward penangkapan Osama.

Yang mengejutkan, Seymour juga menuding, pejabat AS, sudah melakukan 'deal' dengan pemerintahan Pakistan, agar nanti mereka bisa mengklaim bahwa Amerika-lah yang membunuh Osama.

Dan, Seymour menyebut, sebenarnya tidak ada kontak senjata antara pasukan Navi SEALS dengan anggota Al Qaeda selama penyergapan ini.

Osama, tewas dibunuh dengan satu tembakan saja. Dan, ketika itu, Osama tidak membawa senjata.

Hingga Seymour menulis kronologi pembunuhan ini, pihak Gedung Putih belum memberikan konfirmasi. (suryamalang.tribunnews/pahamilah)

Terbongkar, Kebohongan Amerika Tentang Penyergapan Osama bin Laden!


Pahamilah.com - Amerika Serikat pernah begitu bangga mengumumkan kepada dunia, bahwa mereka akhirnya bisa membunuh teroris paling licin di dunia, yakni Osama bin Laden.

Tapi, jurnalis AS, Seymour Hersh, baru-baru ini mengklaim Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, telah membohongi masyarakat dunia, soal kronologis pembunuhan Osama.

Menurut Seymour, pasukan Amerika sebenarnya tidak berperan banyak dalam aksi penyergapan pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, pada 2 Mei 2011 silam.

Seymour, yang pernah memenangkan penghargaan tertinggi di dunia jurnalistik, yakni Pulitzer ini, menyebut, pasukan AS hanya numpang tenar, karena sebenarnya, pasukan Pakistan yang paling berperan dalam penyergapan Osama tersebut.

Menurut Seymour Hersh, yang pernah bekerja di New York Times,orang-orang Pakistan sebenarnya sudah menangkap Osama bin Laden selama bertahun-tahun.

CIA, kata Seymour, juga berbohong soal operasi penyerangan Osama.

Menurut Seymour, CIA mengetahui lokasi Osama bukan dari hasil interogasi tahanan-tahanan Al Qaeda, melainkan dari informan asal Pakistan, yang berharap kecipratan hadiah 25 juta dolar AS, untuk reward penangkapan Osama.

Yang mengejutkan, Seymour juga menuding, pejabat AS, sudah melakukan 'deal' dengan pemerintahan Pakistan, agar nanti mereka bisa mengklaim bahwa Amerika-lah yang membunuh Osama.

Dan, Seymour menyebut, sebenarnya tidak ada kontak senjata antara pasukan Navi SEALS dengan anggota Al Qaeda selama penyergapan ini.

Osama, tewas dibunuh dengan satu tembakan saja. Dan, ketika itu, Osama tidak membawa senjata.

Hingga Seymour menulis kronologi pembunuhan ini, pihak Gedung Putih belum memberikan konfirmasi. (suryamalang.tribunnews/pahamilah)
Sarah, diusir dari kelas karena jilbab dan rok panjangnya

PARIS -- Seorang remaja pelajar di Prancis diusir dari kelas karena mengenakan rok dan jilbab. Pakaian itu dituding oleh sang guru, sebagai simbol terang-terangan agama Islam. Prancis masih memiliki ruang bias antara lembaga publik yang sekuler dengan populasi Muslim yang besar di sana.

Seorang guru di kota timur laut Charleville-Mezieres mengusir Muslim 15 tahun, Sarah, karena rok panjangnya, Rabu (29/4). Kendati demikian, sang murid membantah.

"Tidak ada yang istimewa dengan rok itu, itu sangat sederhana, tidak ada yang mencolok. Tidak ada tanda agama apapun," kata Sarah kepada surat kabar lokal L'Ardennais, dilansir France24.

Hukum Perancis melarang penggunaan simbol-simbol keagamaan seperti jilbab, serta kippa Yahudi dan salib. Sekolah-sekolah di Paris menyesuaikan nilai-nilai sekuler yang memisahkan antara agama dan negara.

Dinas pendidikan daerah setempat membenarkan peristiwa pengusiran tersebut. Mereka mengatakan bahwa mengenakan pakaian tertentu bisa menjadi bagian dari 'provokasi' agama.

Patrice Dutot, kepada Dinas pendidikan setempat berkilah, Sarah sebenarnya belum dikeluarkan dari kelas, tapi diminta untuk datang kembali dengan pakaian netral. Hanya saja, sang ayah tidak ingin anaknya itu kembali ke sekolah dengan kebijakan demikian. (republika/pahamilah)

karena Jilbab dan Rok Panjang Pelajar Muslim di Prancis Diusir dari Kelas

Sarah, diusir dari kelas karena jilbab dan rok panjangnya

PARIS -- Seorang remaja pelajar di Prancis diusir dari kelas karena mengenakan rok dan jilbab. Pakaian itu dituding oleh sang guru, sebagai simbol terang-terangan agama Islam. Prancis masih memiliki ruang bias antara lembaga publik yang sekuler dengan populasi Muslim yang besar di sana.

Seorang guru di kota timur laut Charleville-Mezieres mengusir Muslim 15 tahun, Sarah, karena rok panjangnya, Rabu (29/4). Kendati demikian, sang murid membantah.

"Tidak ada yang istimewa dengan rok itu, itu sangat sederhana, tidak ada yang mencolok. Tidak ada tanda agama apapun," kata Sarah kepada surat kabar lokal L'Ardennais, dilansir France24.

Hukum Perancis melarang penggunaan simbol-simbol keagamaan seperti jilbab, serta kippa Yahudi dan salib. Sekolah-sekolah di Paris menyesuaikan nilai-nilai sekuler yang memisahkan antara agama dan negara.

Dinas pendidikan daerah setempat membenarkan peristiwa pengusiran tersebut. Mereka mengatakan bahwa mengenakan pakaian tertentu bisa menjadi bagian dari 'provokasi' agama.

Patrice Dutot, kepada Dinas pendidikan setempat berkilah, Sarah sebenarnya belum dikeluarkan dari kelas, tapi diminta untuk datang kembali dengan pakaian netral. Hanya saja, sang ayah tidak ingin anaknya itu kembali ke sekolah dengan kebijakan demikian. (republika/pahamilah)