middle ad
Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan
Muslimah Australia 

Pahamilah.com - Komisioner diskriminasi ras Tim Soutphommasane menentang keputusan tersebut kebijakan parlemen yang memberlakukan tidak adil Muslimah Australia. Dia menekankan setiap Muslim harus mendapatkan hak yang sama.

"Muslim Australia harus diperlakukan adil dan diperlukan setara seperti masyarakat lainnya. Jika terdapat kekhawatiran atas keselamatan atau keamanan publik, setiap pengunjung harus diwajibkan melalui pemeriksaan saat akan memasuki parlemen," ujar dia.

Komisioner hak asasi manusia Tim Wilson mengecam pengaturan keamanan baru tersebut karena memperlakukan sejumlah warga Australia secara berbeda. Dia mengatakan tidak ada pembenaran atas keputusan itu. Dia menambahkan memisahkan warga yang mengenakan penutup wajah di parlemen sangat tidak tepat dan tidak perlu.

Tidak lama setelah aturan baru itu beredar, pemimpin Partai Hijau Christine Milne mengatakan dalam akun Twitter-nya keputusan tersebut tidak bijaksana. "Baru saja tahu perempuan Muslim yang mengenai penutup wajah akan diarahkan ke bagian galeri untuk anak sekolah yang gaduh," kicaunya.

Pemimpin Partai Hijau pada Kamis pagi menulis surat kepada juru bicara parlemen Bronwyn Bishop dan senator Parry yang mendesak mereka menolak larangan burqa di Gedung Parlemen. Menurut mereka, hal tersebut merupakan penghinaan terhadap nilai-nilai multikultural yang akan mengobarkan pemisahan kultural.

Milne menulis parlemen harus memimpin dengan mencontohkan dan menyatukan seluruh masyarakat. Australia tidak akan menjadi tempat yang lebih aman dengan memarjinalkan dan menyerang warga.

Dia melanjutkan, pemindaian keamanan telah diterapkan kepada semua orang yang memasuki Gedung Parlemen. Di bandara dan pengadilan protokol pemeriksaan keamanan telah dilakukan.

Dalam proses tersebut, Muslimah harus melepas sementara burqa yang dipakainya demi kepentingan identifikasi. Namun, dia menambahkan, kebijakan saat ini berusaha untuk secara permanen melarang burqa di Gedung Parlemen. "Hal itu benar-benar bertentangan dengan masyarakat multikultural dan kebebasan," ujar Milne. (republika/pahamilah)



Parlemen Australia Anggap Muslimah 'Bocah Nakal' Karena Bercadar

Muslimah Australia 

Pahamilah.com - Komisioner diskriminasi ras Tim Soutphommasane menentang keputusan tersebut kebijakan parlemen yang memberlakukan tidak adil Muslimah Australia. Dia menekankan setiap Muslim harus mendapatkan hak yang sama.

"Muslim Australia harus diperlakukan adil dan diperlukan setara seperti masyarakat lainnya. Jika terdapat kekhawatiran atas keselamatan atau keamanan publik, setiap pengunjung harus diwajibkan melalui pemeriksaan saat akan memasuki parlemen," ujar dia.

Komisioner hak asasi manusia Tim Wilson mengecam pengaturan keamanan baru tersebut karena memperlakukan sejumlah warga Australia secara berbeda. Dia mengatakan tidak ada pembenaran atas keputusan itu. Dia menambahkan memisahkan warga yang mengenakan penutup wajah di parlemen sangat tidak tepat dan tidak perlu.

Tidak lama setelah aturan baru itu beredar, pemimpin Partai Hijau Christine Milne mengatakan dalam akun Twitter-nya keputusan tersebut tidak bijaksana. "Baru saja tahu perempuan Muslim yang mengenai penutup wajah akan diarahkan ke bagian galeri untuk anak sekolah yang gaduh," kicaunya.

Pemimpin Partai Hijau pada Kamis pagi menulis surat kepada juru bicara parlemen Bronwyn Bishop dan senator Parry yang mendesak mereka menolak larangan burqa di Gedung Parlemen. Menurut mereka, hal tersebut merupakan penghinaan terhadap nilai-nilai multikultural yang akan mengobarkan pemisahan kultural.

Milne menulis parlemen harus memimpin dengan mencontohkan dan menyatukan seluruh masyarakat. Australia tidak akan menjadi tempat yang lebih aman dengan memarjinalkan dan menyerang warga.

Dia melanjutkan, pemindaian keamanan telah diterapkan kepada semua orang yang memasuki Gedung Parlemen. Di bandara dan pengadilan protokol pemeriksaan keamanan telah dilakukan.

Dalam proses tersebut, Muslimah harus melepas sementara burqa yang dipakainya demi kepentingan identifikasi. Namun, dia menambahkan, kebijakan saat ini berusaha untuk secara permanen melarang burqa di Gedung Parlemen. "Hal itu benar-benar bertentangan dengan masyarakat multikultural dan kebebasan," ujar Milne. (republika/pahamilah)



 Kate Leaney

Pahamilah.com - Sebuah kampanye di media sosial muncul setelah peningkatan tindakan diskriminasi terhadap perempuan Muslim di Australia. Gerakan bernama Women in Solidarity (with) hijab mengajak seluruh perempuan, baik muslim maupun non-Muslim untuk mengenakan hijab.

Salah satu pendukung utama gerakan ini adalah aktivis pro kaum migran, Kate Laeny. Ia sendiri adalah seorang non-Muslim yang mengelola Welcome Centre di Adelaide. Lembaga ini adalah rumah bagi pengungsi, pencari suaka dan pendatang baru.

Ia menyatakan perempuan Muslim yang mengenakan hijab kini hidup dalam ketakutan. Karena mengenakan hijab sama dengan memperlihatkan keislamannya.

Ia pun tak hanya ikut gerakan WISH dan mengirimkan foto di twitter, tapi juga mengenakan hijab selama sepekan. Ternyata reaksinya sangat mengejutkan.

Seperti yang ia rasakan ketika berada di sebuah stasiun pengisian bahan bakar. Seseorang menanyakan apakah ia Muslim, ia kemudian mengatakan hanya menggunakan hijab. "Responsnya pun langsung mengatakan, apa yang kamu lakukan? Kamu terlihat seperti mereka (Muslim)."

Namun, ia mengakui respons paling agresif terlihat di media daring, seperti Twitter dan Facebook. Hanya karena mengenakan hijab ia pun langsung dituduh terkait teroris.

Aksi Leaney pun mendorong sebagian perempuan non-Muslim Australia melakukan hal yang sama. "Saya pikir semua warga Australia harus bersatu dan melakukan sesuatu untuk menunjukkan cinta yang bisa mengalahkan ketakutan," tutur dia, dikutip dari abc.net.au, Kamis (2/10) (republika/pahamilah)


Sepekan Kenakan Hijab, Ini Perasaan Non-Muslim Australia

 Kate Leaney

Pahamilah.com - Sebuah kampanye di media sosial muncul setelah peningkatan tindakan diskriminasi terhadap perempuan Muslim di Australia. Gerakan bernama Women in Solidarity (with) hijab mengajak seluruh perempuan, baik muslim maupun non-Muslim untuk mengenakan hijab.

Salah satu pendukung utama gerakan ini adalah aktivis pro kaum migran, Kate Laeny. Ia sendiri adalah seorang non-Muslim yang mengelola Welcome Centre di Adelaide. Lembaga ini adalah rumah bagi pengungsi, pencari suaka dan pendatang baru.

Ia menyatakan perempuan Muslim yang mengenakan hijab kini hidup dalam ketakutan. Karena mengenakan hijab sama dengan memperlihatkan keislamannya.

Ia pun tak hanya ikut gerakan WISH dan mengirimkan foto di twitter, tapi juga mengenakan hijab selama sepekan. Ternyata reaksinya sangat mengejutkan.

Seperti yang ia rasakan ketika berada di sebuah stasiun pengisian bahan bakar. Seseorang menanyakan apakah ia Muslim, ia kemudian mengatakan hanya menggunakan hijab. "Responsnya pun langsung mengatakan, apa yang kamu lakukan? Kamu terlihat seperti mereka (Muslim)."

Namun, ia mengakui respons paling agresif terlihat di media daring, seperti Twitter dan Facebook. Hanya karena mengenakan hijab ia pun langsung dituduh terkait teroris.

Aksi Leaney pun mendorong sebagian perempuan non-Muslim Australia melakukan hal yang sama. "Saya pikir semua warga Australia harus bersatu dan melakukan sesuatu untuk menunjukkan cinta yang bisa mengalahkan ketakutan," tutur dia, dikutip dari abc.net.au, Kamis (2/10) (republika/pahamilah)


Nadine Morano 

Pahamilah.com - Mantan Menteri Urusan Keluarga Prancis, Nadine Morano, mengatakan sudah menjadi kewajiban wanita Perancis untuk memakai bikini di pantai. Oleh karena itu ia meminta agar budaya itu dihormati.

Media The Independent mengutip pernyataan Morano yang mengatakan, ia melihat seorang wanita muslim duduk di kursi pinggir pantai dengan mengenakan jilbab, baju lengan panjang, serta celana panjang. Ia menganggap hal itu tidak sesuai dengan budaya Prancis.

"Ketika Anda memilih datang ke negara sekuler seperti Prancis, Anda punya kewajiban menghormati budaya kami dan kebebasan para wanita. Atau Anda pergi saja," tulis Morano di akun Facebook dia.

Dia mempublikasikan gambar buram seorang wanita berjilbab duduk di pantai ketika dia berlibur akhir pekan. Ia juga mempublikasikan sebuah foto yang diambil tahun 1950-an dan 1960-an yang menunjukkan simbol seksual Brigitte Bardot mengenakan bikini.

Postingan ini mendapat komentar dari seorang blogger, Fouzia Rakza Bouzaoui. Ia mengatakan, Morano sebaiknya lebih mengkhawatirkan 20.000 kasus kekerasan seksual yang terjadi tiap tahun ketimbang berbicara tentang wanita yang mungkin tidak ia kenal, yang mungkin telah menentukan pilihan hidupnya sendiri. (republika/pahamilah)

Muslimah Prancis Diwajibkan Pakai Bikini Kalau di Pantai

Nadine Morano 

Pahamilah.com - Mantan Menteri Urusan Keluarga Prancis, Nadine Morano, mengatakan sudah menjadi kewajiban wanita Perancis untuk memakai bikini di pantai. Oleh karena itu ia meminta agar budaya itu dihormati.

Media The Independent mengutip pernyataan Morano yang mengatakan, ia melihat seorang wanita muslim duduk di kursi pinggir pantai dengan mengenakan jilbab, baju lengan panjang, serta celana panjang. Ia menganggap hal itu tidak sesuai dengan budaya Prancis.

"Ketika Anda memilih datang ke negara sekuler seperti Prancis, Anda punya kewajiban menghormati budaya kami dan kebebasan para wanita. Atau Anda pergi saja," tulis Morano di akun Facebook dia.

Dia mempublikasikan gambar buram seorang wanita berjilbab duduk di pantai ketika dia berlibur akhir pekan. Ia juga mempublikasikan sebuah foto yang diambil tahun 1950-an dan 1960-an yang menunjukkan simbol seksual Brigitte Bardot mengenakan bikini.

Postingan ini mendapat komentar dari seorang blogger, Fouzia Rakza Bouzaoui. Ia mengatakan, Morano sebaiknya lebih mengkhawatirkan 20.000 kasus kekerasan seksual yang terjadi tiap tahun ketimbang berbicara tentang wanita yang mungkin tidak ia kenal, yang mungkin telah menentukan pilihan hidupnya sendiri. (republika/pahamilah)

Israel-AS

Pahamilah.com - Sebanyak 313 Yahudi korban selamat serta keturunan korban selamat dan tewas dari genosida Nazi ikut menandatangani surat berikut yang ditulis untuk menanggapi manipulasi Elie Wiesel tentang "Genosida Nazi" untuk membenarkan serangan zionis "Israel" terhadap Gaza:

"Sebagai korban Yahudi yang selamat serta keturunan korban selamat dan tewas genosida Nazi, kita secara tegas mengutuk pembantaian warga Palestina di Gaza dan pendudukan berkelanjutan dan kolonisasi historis Palestina. Kami mengutuk Amerika Serikat karena memberi dana 'Israel' untuk melancarkan serangan, dan negara-negara Barat pada umumnya karena menggunakan otot diplomatik untuk melindungi 'Israel' dari jerata hukum. Genosida bermula di tengah kebungkaman dunia."

"Kami kuatir dengan dehumanisasi ekstrim, rasis dari warga Palestina di tengah kawanan 'Israel', yang telah mencapai demam puncak. Di 'Israel' (wilayah pendudukan Palestina), politisi dan pakar di The Times of Israel dan The Jerusalem Post telah menyerukan secara terbuka untuk melakukan genosida warga Palestina dan sayap kanan 'Israel' yang mengadopsi lencana Neo-Nazi."

"Selain itu, kami muak dan marah terhadap penyalahgunaan Elie Wiesel terhadap sejarah kami di halaman-halaman [tulisannya] untuk mempromosikan kebohongan terang-terangan yang digunakan untuk membenarkan yang tidak dapat dibenarkan: upaya habis-habisan 'Israel' untuk menghancurkan Gaza dan pembunuhan hampir 2000 warga Palestina, termasuk ratusan anak-anak. Tidak ada yang dapat membenarkan pengeboman tempat penampungan PBB, rumah tinggal, rumah sakit, dan universitas. Tidak ada yang dapat membenarkan merampas listrik dan air dari orang-orang."

"Kita harus meningkatkan suara kolektif dan menggunakan kekuatan kolektif untuk mengakhiri semua bentuk rasisme, termasuk genosida rakyat Palestina. Kami menyerukan segera diakhirinya pengepungan dan blokade terhadap Gaza. Kami menyerukan boikot ekonomi, budaya, dan akademis penuh terhadap 'Israel'."

"Jangan pernah lagi" harus berarti "JANGAN PERNAH LAGI BAGI SIAPAPUN!"

Berikut adalah link yang memuat nama-nama warga Yahudi di seantero dunia (yang pernah menjadi korban kekejaman rezim fasis Nazi Jerman) yang menandatangani surat kutukan tersebut:
http://uprootedpalestinians.wordpress.com/2014/08/17/over-300-survivors-and-descendants-of-survivors-of-victims-of-the-nazi-genocide-condemn-israels-assault-on-gaza/  (islamtimes.pahamilah)

313 Yahudi Korban Nazi Kutuk Pendudukan & Agresi Zionis

Israel-AS

Pahamilah.com - Sebanyak 313 Yahudi korban selamat serta keturunan korban selamat dan tewas dari genosida Nazi ikut menandatangani surat berikut yang ditulis untuk menanggapi manipulasi Elie Wiesel tentang "Genosida Nazi" untuk membenarkan serangan zionis "Israel" terhadap Gaza:

"Sebagai korban Yahudi yang selamat serta keturunan korban selamat dan tewas genosida Nazi, kita secara tegas mengutuk pembantaian warga Palestina di Gaza dan pendudukan berkelanjutan dan kolonisasi historis Palestina. Kami mengutuk Amerika Serikat karena memberi dana 'Israel' untuk melancarkan serangan, dan negara-negara Barat pada umumnya karena menggunakan otot diplomatik untuk melindungi 'Israel' dari jerata hukum. Genosida bermula di tengah kebungkaman dunia."

"Kami kuatir dengan dehumanisasi ekstrim, rasis dari warga Palestina di tengah kawanan 'Israel', yang telah mencapai demam puncak. Di 'Israel' (wilayah pendudukan Palestina), politisi dan pakar di The Times of Israel dan The Jerusalem Post telah menyerukan secara terbuka untuk melakukan genosida warga Palestina dan sayap kanan 'Israel' yang mengadopsi lencana Neo-Nazi."

"Selain itu, kami muak dan marah terhadap penyalahgunaan Elie Wiesel terhadap sejarah kami di halaman-halaman [tulisannya] untuk mempromosikan kebohongan terang-terangan yang digunakan untuk membenarkan yang tidak dapat dibenarkan: upaya habis-habisan 'Israel' untuk menghancurkan Gaza dan pembunuhan hampir 2000 warga Palestina, termasuk ratusan anak-anak. Tidak ada yang dapat membenarkan pengeboman tempat penampungan PBB, rumah tinggal, rumah sakit, dan universitas. Tidak ada yang dapat membenarkan merampas listrik dan air dari orang-orang."

"Kita harus meningkatkan suara kolektif dan menggunakan kekuatan kolektif untuk mengakhiri semua bentuk rasisme, termasuk genosida rakyat Palestina. Kami menyerukan segera diakhirinya pengepungan dan blokade terhadap Gaza. Kami menyerukan boikot ekonomi, budaya, dan akademis penuh terhadap 'Israel'."

"Jangan pernah lagi" harus berarti "JANGAN PERNAH LAGI BAGI SIAPAPUN!"

Berikut adalah link yang memuat nama-nama warga Yahudi di seantero dunia (yang pernah menjadi korban kekejaman rezim fasis Nazi Jerman) yang menandatangani surat kutukan tersebut:
http://uprootedpalestinians.wordpress.com/2014/08/17/over-300-survivors-and-descendants-of-survivors-of-victims-of-the-nazi-genocide-condemn-israels-assault-on-gaza/  (islamtimes.pahamilah)