middle ad
Tampilkan postingan dengan label Kristologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kristologi. Tampilkan semua postingan
Suasana hadirin sedang mendengarkan dengan tertib dan tekun 
berlangsungnya dialog, antara lain Kyai Achmad Zainudding (alm), 
Kyai Achmad Marzuki (alm)dan Kyai Raden Abdussalam (alm). (Sumenep, 1970)


-----------------------------------------------------
Kisah Nyata Sembilan Hari
Mencari Tuhan
Malam Ketujuh
-----------------------------------------------------


MALAM KETUJUH - MENGAKUI NABI MUHAMMAD SAW UTUSAN ALLAH
 
Bahaudin : Sesudah saya terangkan pada saudara tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang proses asal kejadian manusia yang saudara tanyakan ayat-ayatnya kemarin malam itu, apakah terdapat pertentangan? Apakah Nabi Muhammad ada kekeliruan menyampaikan sebagaimana saudara sangka semula?

Antonius : Tidak ada, Bapak telah menerangkan dari segi Ilmiah yang seharusnya secara jujur saya mempercayainya.

Bahaudin : Jadi Nabi Muhammad Benar, tidak kelirukah penyampaiannya.

Antonius : Tidak keliru, malah benar.

Bahaudin : Jadi saudara mengakui bahwa Nabi Muhammad benar sebagai Rasul Allah.

Antonius : Saya mengakui, karena beliau benar.

Bahaudin : Terima kasih, Saudara-saudara yang hadir menyaksikan sendiri pengakuan saudara Antonius sendiri atas ke Rasulannya Nabi Muhammad SAW, tanpa paksaan, melainkan dengan kesadarannya sendiri setelah berlangsung dengan diskusi. Betulkah saudara mengakui kerasulannya Nabi Muhammad dan mengakui Nabi Muhammad itu utusan Allah.

Antonius : Betul, dengan saksi Tuhan saya mengakuinya.

Bahaudin : Alhamdulillah, saudara Antonius sudah 50% Islam. Saya katakan 50% Islam oleh karena hanya mengerti dan mempercayai atas kerasulan Nabi Muhammad, jadi masih tinggal 50% lagi, oleh karena Saudara belum meyakinkan atas ke Esaan Tuhan yang Maha Tunggal.

Antonius : Ya, betul begitu. Keyakinan saya terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus) masih belum lenyap sama sekali, walaupun Bapak telah menerangkan Kitab Bibel yang tak dapat saya membantahnya. Akan tetapi dengan keterangan-keterangan bapak saya mulai ragu-ragu terhadap Trinitas itu. Sungguhpun begitu, apakah bapak masih bersedia lagi memberikan keterangan-keterangan (alasan-alasan) dalam kitab Bibel yang menyebutkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan.

Bahaudin : Sebetulnya pada pertemuan kita yang pertama telah saya sebutkan berdasarkan kitab Injil sendiri bahwa Yesus bukan Tuhan seperti telah Saudara Periksa sendiri dalam Matius pasal 1 ayat 16; Markus pasal 13 ayat 32; Ulangan pasal 4 ayat 33; Ulangan pasal 6 ayat 4; Markus pasal 12 ayat 29. Kesemuanya itu telah kita baca. Tetapi demi untuk memenuhi pengharapan saudara agar lebih meyakinkan, saya lanjutkan lagi. Silahkan baca Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2.

Antonius : Baik, di sini disebutkan: “Maka Yesuspun penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa Dia ke padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai Iblis. Selama itu suatu apapun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu ia merasa lapar.”

Bahaudin : 1. Di ayat ini menyebutkan bahwa Rohul Kudus membawa Yesus ke padang belantara. Kalau Yesus itu tuhan, mustahil akan dapat dibawa oleh siapapun juga.

2. Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dicobai oleh Iblis atau wajarkah Iblis berani mencobai Tuhan.

3. Di ayat inipun ada menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar. Wajarkah Tuhan itu lapar?

Kalau begitu sifat-sifat Yesus itu sama saja dengan sifat manusia biasa; bisa dibawa, bisa dicobai iblis dan merasa lapar. Periksa lagi Matius pasal 4 ayat 5.

Antonius : Baik, di situ menyebutkan: “Kemudian dari pada itu Iblis itupun membawa Yesus ke negeri suci, lalu ditaruhnya Dia di atas bumbung bait Allah.”

Bahaudin : Di ayat ini ada menyebutkan bahwa Yesus dibawa oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis. Wajarkah Tuhan tunduk kepada kemauan Iblis sehingga dibawa kemana-mana, kesuatu tempat. pantaskah Iblis begitu berani kepada Tuhan. Periksa lagi Matius pasal 27 ayat 1 dan 2.

Antonius : Baik, di situ menyebutkan: “Setelah hari siang, maka segala kepala Imam dan orang tua-tua kaum pun berundinglah atas hal Yesus supaya dibunuhkan Dia. Maka diikatnya Dia serta dibawa pergi, lalu diserahkan kepada Pilatus, yaitu wakil pemerintah.”

Bahaudin : Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus diikat; pantaskah Tuhan dapat diikat oleh manusia. Kalau begitu dimanakah kekuatan Tuhan, sehingga dengan rela menyerahkan dirinya kepada manusia? Periksa lagi Lukas pasal 2 ayat 21.

Antonius : Baik, di situ menyebutkan: “Apabila genap delapan hari, Ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus.”

Bahaudin : Wajarkah Tuhan itu disunat? Perlu apakah Tuhan itu disunat?

Antonius : Apakah ada keterangan yang lebih tegas bahwa Yesus itu benar-benar anak manusia bukan anak Tuhan?.

Bahaudin : Silahkan buka Matius pasal 26 ayat 2.

Antonius : Baik, disitu menyebutkan bahwa: “Anak manusia akan diserahkan supayadisalibkan.”

Bahaudin : Yang dimaksud anak manusia di situ Yesus. Jadi jelaslah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia. Silahkan periksa di Matius pasal 5 ayat 45.

Antonius : Baik, di situ menyebutkan bahwa: Supaya kamu menjadi anak Bapamu: … dan seterusnya.

Bahaudin : Di sini menyebutkan bahwa orang-orang yang taat kepada Tuhan, menurut Yesus akan menjadi anak Tuhan. Jadi bukan saya yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan yang Tunggal, melainkan anak-anak tuhan itu akan bertambah lagi jumlahnya, berdasarkan kitab Bibel sendiri di Matius pasal 5 ayat 45 yang kita baca tadi ialah: “Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu…” Silahkan buka Matius pasal 7 ayat 21.

Antonius : Disitu menyebutkan: “Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru aku Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan sorga, hanyalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga.”

Bahaudin : Di Bibel sendiri jelas, bahwa Yesus menyangkal malah menolak kepada orang yang menyerukan: “Tuhan, Tuhan” kepadanya, malah orang itu tidak dapat masuk ke dalam kerajaan sorga. Apakah belum cukup bukti-bukti yang telah saya tunjukkan kepada saudara.

Antonius : Sudah Cukup. Terima kasih; tetapi kalau masih ada, saya minta, demi kepuasan saya

Bahaudin : Minta yang mana lagi yang saudara maksudkan.

Antonius : Yang menyebutkan di kitab Injil bahwa Yesus anak manusia “bukan anak Tuhan.”

Bahaudin : Baik, akan saya penuhi harapan saudara, silahkan saudara periksa di Matius pasal 16 ayat 27.

Antonius : Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan: “Karena anak manusia datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap-tiap orang menurut perbuatannya.”

Bahaudin : Di ayat ini ada menyebutkan anak manusia, menurut tafsiran saudara, siapakah yang dimaksudkan dengan anak manusia di ayat ini.

Antonius : Ya, tentu Yesus.

Bahaudin : Jadi di kitab Injil sendiri ada menyebutkan bahwa Yesus itu adalah “anak manusia”; bukan anak Tuhan, betulkah atau tidak.

Antonius : Ya, betul.

Bahaudin : Nah, kalau betul, mengapa saudara menyebutkan Yesus anak Tuhan?

Antonius : Yesus itu Tuhan tapi diserupakan dengan manusia.

Bahaudin : Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa diperanakkan oleh manusia (Maria). Yesus berupa manusia karena diperanakkan oleh manusia (Maria). Terlalu janggal kalau manusia (Maria) memperanakkan Tuhan. Bisakah ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu pengetahuan bathin (Kerohanian) menerima bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia? Bisakah ilmu pengetahuan exact maupun yang abstract (Exact abstract Wetenschap) menerimanya?

Antonius : Ya, memang mustahil ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia.

Bahaudin : Bukan itu saja, malah di kitab Injil saudara Yesus sendiri yang berkata bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan Utusan Tuhan. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayatnya pada pertemuan kita yang lalu.

Antonius : Betul, telah bapak sebutkan. Tetapi saya minta di ulangi lagi ayatnya, oleh karena saya agak lupa susunannya.

Bahaudin : Silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 30.

Antonius : Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Suatupun tiada aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri, melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana aku dengar, dan hukuman itu adil adanya; karenanya bukannya aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan aku.”

Bahaudin : Ayat ini tegas sekali, jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan. Di ayat ini Yesus memberitahukan bahwa ia tidak berbuat menurut kehendak Tuhan, maka wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat sekehendaknya, dan pantaskah ada Tuhan disuruh (diutus) menjadi utusan.

Antonius : Ya, saya mengaku; Yesus sendiri mengaku bukan anak Tuhan.

Bahaudin : Demi kepuasan saudara silahkan periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat 13.

Antonius : Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Seorangpun tidak naik ke surga, kecuali Ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia.”

Bahaudin : Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang saya tunjukkan dan saudara sendiri yang memeriksa dan membacanya itu, maka sekali lagi saya bertanya: “Anak manusiakah Yesus itu atau anak tuhan”?.

Antonius : Ya, berdasarkan ayat-ayat tersebut saya berkata: “Yesus adalah anak manusia.”

Bahaudin : Di ayat yang saudara baca tapi, Matius pasal 16 ayat 27, selain menyebutkan bahwa Yesus itu anak manusia, juga menyebutkan bahwa akan membalas tiap-tiap orang menurut perbuatannya. Betulkah begitu? silahkan periksa kembali.

Antonius : Ya, betul di ayat itu ada menyebutkan.

Bahaudin : Menurut susunan ayat tersebut, jelas: “Menolak adanya dosa waris,” berdasarkan ayat tersebut setiap orang akan dibalas menurut perbuatannya masing-masing, jadi tidak ada penebus dosa.

Antonius : Ya, tentang dosa waris telah selesai kita bicarakan dan memang saya telah mengakui “tidak ada dosa waris.”

Bahaudin : Betul, sudah kita bicarakan, saya hanya menambah saja, untuk lebih menguatkan lagi keterangan yang lalu.

Antonius : Sudah cukup jelas keterangan Bapak.

Bahaudin : Jelas bagaimana?

Antonius : Berdasarkan ayat-ayat Injil sendiri bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan melainkan anak manusia. Dan berdasarkan kitab Injil menyebutkan bahwa Yesus sendiri mengakui ia bukan anak Tuhan, melainkan “pesuruh (Utusan) Tuhan”

Bahaudin : Syukurlah kalau begitu. Jadi bagaimanakah kepercayaan saudara sekarang terhadap “Trinitas” (Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus).

Antonius : Dengan sendirinya kepercayaan saya terhadap Trinitas terhapus.

Bahaudin : Alhamdulillah, jadi saudara mengakui bahwa Tuhan itu TUNGGAL.

Antonius : Sebelum itu saya ingin menyampaikan pertanyaan.

Bahaudin : Baik, tetapi saudara telah mengakui pada pertemuan yang lalu dan saudara-saudara yang hadir juga telah ikut menyaksikan bahwa:

Pertama, Saudara telah membenarkan kitab Al-Qur’an. Beberapa ayat Al-Qur’an yang saudara kemukakan yang pada mulanya oleh saudara dianggap berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, setelah saya terangkan dan saya tafsirkan, lalu saudara akui bahwa ayat-ayat tersebut pada hakikatnya tidak ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain. Bukankah begitu pengakuan saudara.

Antonius : Ya, betul begitu.

Bahaudin : Kedua, Pada pertemuan yang lalu saudara telah mengakui kebenaran nabi Muhammad SAW selaku Utusan Tuhan, betulkah demikian?

Antonius : Ya, betul saya telah mengakuinya.

Bahaudin : Ketiga, Saudara telah membenarkan bahwa ayat-ayat di kitab Injil (Bibel) terdapat beberapa ayat yang berselisih antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayat-ayatnya pada pertemuan yang lalu, benarkah pengakuan saudara itu.

Antonius : Ya, saya mengakui. Akan tetapi saya masih memerlukan bukti-bukti yang lain tentang ayat-ayat Injil yang ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain, demi kepuasan bagi saya, walaupun sebenarnya keterangan bapak saya pandang cukup memuaskan. Tetapi mungkin ada lagi ayat-ayat yang lain untuk meresapnya ke perasaan saya.

Bahaudin : Baiklah, saya penuhi pengharapan saudara, silahkan saudara periksa kitab Yahya pasal 8 ayat 14.

Antonius : Baik, dipasal dan ayat ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksian itu.”

Bahaudin : Silahkan periksa lagi Yahya 5 ayat 31.

Antonius : Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku tidak benar.”

Bahaudin : Nah, saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini. Di satu ayat menyebutkan: “Kesaksianku benar,” sedangkan di ayat lain menyebutkan “Kesaksianku tidak benar.” Dua ayat yang berselisih itu, tersebut di kitab suci. Dan yang berbicara adalah seorang. Manakah yang benar antara dua ayat ini. Wajarkah di dalam kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain.

Antonius : Ya, saya akui memang tidak cocok.

Bahaudin : Bukan saja tidak cocok, tetapi adalah satu selisih yang menyolok.

Antonius : Tetapi mungkin salah satu dari ayat tersebut salah cetak.

Bahaudin : Sekiranya salah cetak, tentunya ada ralat; tetapi di kitab ini tidak disebutkan apa-apa.

Antonius : Bibel ini berbahasa Indonesia, permisi sebentar, saya akan memeriksa Bibel yang berbahasa Inggris.

Bahaudin : Itu lebih baik, sayakah yang akan memeriksa ataukah saudara?

Antonius : Oleh karena bapak banyak hafal ayat-ayat Bibel maka saya serahkan agar bapak saja memeriksanya, supaya lebih cepat.

Bahaudin : Baiklah; harap saudara memperhatikan juga saudara-saudara yang hadir, kitab yang saya pegang ini adalah Bibel berbahasa Inggris ialah “The Holy Bible,” “Containing the Old and New Testaments (American Bible Society).” Saya serahkan kitab ini kepada saudara Antonius dan saya akan menunjukkan pasal dan ayatnya untuk diteliti bersama.

Antonius : Baik, saya terima kitab Bibel yang berbahasa Inggris.

Bahaudin : Silahkan saudara periksa di Yahya pasal 8 ayat 14 pada halaman 104.

Antonius : Baik, dihalaman 104 kitab Yahya pasal 8 ayat 14 disini ada menyebutkan: “THOUGH I BEAR RECORD OF MY SELF, YET MY RECORD IS TRUE.”

Bahaudin : Kalau susunan ayat ini kita salin kedalam bahasa Indonesia, adalah demikian: “Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksianku itu.” Betulkah begitu artinya?

Antonius : Ya, betul begitu.

Bahaudin : Jadi sama artinya dengan Injil yang berbahasa Indonesia di Yahya pasal 8 ayat 14, harap saudara cocokkan dulu.

Antonius : Betul, artinya sama kuatnya

Bahaudin : Sekarang silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 31.

Antonius : Disini menyebutkan: “IF BEAR WITNES OF MYSELF, MY WITNES IS NOT TRUE.”

Bahaudin : Ayat ini kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia akan demikian: “Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku itu tiada benar.” Betulkah begitu?.

Antonius : Ya, benar

Bahaudin : Silahkan saudara periksa lebih teliti lagi di kitab Bibel yang berbahasa Inggris ini. Di satu ayat menyebutkan “IS TRUE,” adalah benar, sedangkan di ayat lain menyebutkan “IS NOT TRUE,” adalah tidak benar.

Antonius : Ya, memang berbeda

Bahaudin : Kalau begitu, di Injil yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris tidak ada perbedaan arti dan maksudnya?

Antonius : Betul Demikian.

Bahaudin : Jadi tidak salah cetak, yang salah ialah yang mengisi kitab suci itu. Kalau betul kitab suci (Injil) itu wahyu dari Tuhan, mustahil ayat-ayatnya akan berselisih antara yang satu dengan yang lain. Jadi kitab itu telah dicampuri oleh tangan manusia.

Antonius : Menurut pendapat saya, dua ayat itu bukan berlawanan, mungkin ayat yang satu dicabut, lalu kemudian diganti dengan ayat yang lain. Jelasnya, ayat yang satu di hapus diganti dengan ayat yang lain (yang baru). Setahu saya dalam ayat-ayat Al-Qur’an terdapat apa yang disebut “Nasich dan Mansuch” ialah satu ayat terhapus hukumnya, lalu diganti dengan ayat yang lain (hukum yang baru).

Bahaudin : Di dalam Al-Qur’an terdapat “Nasich dan Mansuch” ada disebutkan ayatnya tetapi di kitab Injil sama sekali tidak disebutkan.

Antonius : Dimanakah di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan ayat tentang Nasich dan Mansuch itu

Bahaudin : Sebetulnya sayalah yang harus bertanya kepada saudara, oleh karena dari saudaralah timbulnya ucapan Nasich-Mansuch itu. Akan tetapi sekalipun demikian saya tunjukkan, ialah di surat Al Baqarah ayat 106. Susunan ayat itu ada ulama yang menafsirkan tentang adanya “Nasich dan Mansuch.” Sebagian lagi ada yang menafsirkan bahwa susunan ayat tersebut tidak menunjukkan adanya Nasich-Mansuch. Kalau saudara memerlukan, akan saya terangkan tafsirnya ayat tersebut.

Antonius : Hal itu, baiklah kita tangguhkan dulu. Tetapi sehubungan dengan dua ayat di Bibel yang tadi, saya berpendapat bukan berlawanan, melainkan satu ayat digantikan dengan ayat lain, sehingga nampaknya ada berlawanan. Bolehkah saya berikan misal.

Bahaudin : Silahkan, saudara berhak penuh berbicara dengan saya dalam pertemuan kita ini.

Antonius : Saya sebutkan misal: Dikeluarkan suatu peraturan, setiap pengendara sepeda diwaktu malam diharuskan memakai lampu. Kemudian datang lagi peraturan tidak boleh pakai lampu, karena ada peperangan misalnya. Disini ada dua peraturan, yang pertama: “Diharuskan memakai lampu.” sedang yang kedua “Dilarang.” Dua perintah itu, yang terpakai adalah yang kemudian. Demikian juga dua ayat di Bibel tadi tidak berlawanan, melainkan salah satu diantaranya sudah tidak berlaku lagi (dicabut). Ini menurut pendapat saya.

Bahaudin : Baiklah, tetapi tentunya saudara mengerti, apabila suatu peraturan yang diganti, mestinya harus diikuti penjelasan, bahwa artikel nomer sekian ayat sekian, tahun sekian dicabut, diganti dengan artikel nomer sekian dan selanjutnya. Akan tetapi dua ayat di Bibel itu, tidak ada sebutan ayat yang satu diganti, dengan lain kata dua ayat tetap berlawanan antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada penjelasan bahwa salah satu telah dicabut, atau diganti.


-----------------------------------------------------------------
Dibawah ini merupakan Link dialog Antara KH Bahaudin Mudhary dan Antonius Widuri

MALAM PERTAMA - Persetujuan Bersama. klik disini

MALAM KEDUA -
Tentang Injil (Bible) klik disini

MALAM KETIGA -
Masalah Ketuhanan Yesus. klik disini

MALAM KEEMPAT -
Yesus Penebus Dosa. klik disini

MALAM KELIMA -
Tentang Dosa Waris. klik disini

MALAM KEENAM -
Kitab Al Quran dan Kitab Bibel. klik disini

MALAM KETUJUH -
Mengakui Nabi SAW Utusan Allah. klik disini

MALAM KEDELAPAN -
Perselisihan Ayat-ayay dalam Bibel. klik disini

MALAM KESEMBILAN -
Masuk Islam. klik disini



Footenote___________________________________________
Judul Buku : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Oleh : KH. Bahaudin Mudhary
Penerbit :  Pustaka Da'i
Cetakan: Delapan, Juli 2008

LATANZA

Ponorogo: 19 Mei 2014
Saya persembahkan kajian ini untuk seseorang yang berada nun jauh disana - Amerika - semoga bermanfaat.

Malam ketujuh Mengakui Nabi Muhammad SAW Utusan Allah

Suasana hadirin sedang mendengarkan dengan tertib dan tekun 
berlangsungnya dialog, antara lain Kyai Achmad Zainudding (alm), 
Kyai Achmad Marzuki (alm)dan Kyai Raden Abdussalam (alm). (Sumenep, 1970)


-----------------------------------------------------
Kisah Nyata Sembilan Hari
Mencari Tuhan
Malam Ketujuh
-----------------------------------------------------


MALAM KETUJUH - MENGAKUI NABI MUHAMMAD SAW UTUSAN ALLAH
 
Bahaudin : Sesudah saya terangkan pada saudara tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang proses asal kejadian manusia yang saudara tanyakan ayat-ayatnya kemarin malam itu, apakah terdapat pertentangan? Apakah Nabi Muhammad ada kekeliruan menyampaikan sebagaimana saudara sangka semula?

Antonius : Tidak ada, Bapak telah menerangkan dari segi Ilmiah yang seharusnya secara jujur saya mempercayainya.

Bahaudin : Jadi Nabi Muhammad Benar, tidak kelirukah penyampaiannya.

Antonius : Tidak keliru, malah benar.

Bahaudin : Jadi saudara mengakui bahwa Nabi Muhammad benar sebagai Rasul Allah.

Antonius : Saya mengakui, karena beliau benar.

Bahaudin : Terima kasih, Saudara-saudara yang hadir menyaksikan sendiri pengakuan saudara Antonius sendiri atas ke Rasulannya Nabi Muhammad SAW, tanpa paksaan, melainkan dengan kesadarannya sendiri setelah berlangsung dengan diskusi. Betulkah saudara mengakui kerasulannya Nabi Muhammad dan mengakui Nabi Muhammad itu utusan Allah.

Antonius : Betul, dengan saksi Tuhan saya mengakuinya.

Bahaudin : Alhamdulillah, saudara Antonius sudah 50% Islam. Saya katakan 50% Islam oleh karena hanya mengerti dan mempercayai atas kerasulan Nabi Muhammad, jadi masih tinggal 50% lagi, oleh karena Saudara belum meyakinkan atas ke Esaan Tuhan yang Maha Tunggal.

Antonius : Ya, betul begitu. Keyakinan saya terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus) masih belum lenyap sama sekali, walaupun Bapak telah menerangkan Kitab Bibel yang tak dapat saya membantahnya. Akan tetapi dengan keterangan-keterangan bapak saya mulai ragu-ragu terhadap Trinitas itu. Sungguhpun begitu, apakah bapak masih bersedia lagi memberikan keterangan-keterangan (alasan-alasan) dalam kitab Bibel yang menyebutkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan.

Bahaudin : Sebetulnya pada pertemuan kita yang pertama telah saya sebutkan berdasarkan kitab Injil sendiri bahwa Yesus bukan Tuhan seperti telah Saudara Periksa sendiri dalam Matius pasal 1 ayat 16; Markus pasal 13 ayat 32; Ulangan pasal 4 ayat 33; Ulangan pasal 6 ayat 4; Markus pasal 12 ayat 29. Kesemuanya itu telah kita baca. Tetapi demi untuk memenuhi pengharapan saudara agar lebih meyakinkan, saya lanjutkan lagi. Silahkan baca Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2.

Antonius : Baik, di sini disebutkan: “Maka Yesuspun penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden, lalu Roh itu membawa Dia ke padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai Iblis. Selama itu suatu apapun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu ia merasa lapar.”

Bahaudin : 1. Di ayat ini menyebutkan bahwa Rohul Kudus membawa Yesus ke padang belantara. Kalau Yesus itu tuhan, mustahil akan dapat dibawa oleh siapapun juga.

2. Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dicobai oleh Iblis atau wajarkah Iblis berani mencobai Tuhan.

3. Di ayat inipun ada menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar. Wajarkah Tuhan itu lapar?

Kalau begitu sifat-sifat Yesus itu sama saja dengan sifat manusia biasa; bisa dibawa, bisa dicobai iblis dan merasa lapar. Periksa lagi Matius pasal 4 ayat 5.

Antonius : Baik, di situ menyebutkan: “Kemudian dari pada itu Iblis itupun membawa Yesus ke negeri suci, lalu ditaruhnya Dia di atas bumbung bait Allah.”

Bahaudin : Di ayat ini ada menyebutkan bahwa Yesus dibawa oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis. Wajarkah Tuhan tunduk kepada kemauan Iblis sehingga dibawa kemana-mana, kesuatu tempat. pantaskah Iblis begitu berani kepada Tuhan. Periksa lagi Matius pasal 27 ayat 1 dan 2.

Antonius : Baik, di situ menyebutkan: “Setelah hari siang, maka segala kepala Imam dan orang tua-tua kaum pun berundinglah atas hal Yesus supaya dibunuhkan Dia. Maka diikatnya Dia serta dibawa pergi, lalu diserahkan kepada Pilatus, yaitu wakil pemerintah.”

Bahaudin : Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus diikat; pantaskah Tuhan dapat diikat oleh manusia. Kalau begitu dimanakah kekuatan Tuhan, sehingga dengan rela menyerahkan dirinya kepada manusia? Periksa lagi Lukas pasal 2 ayat 21.

Antonius : Baik, di situ menyebutkan: “Apabila genap delapan hari, Ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus.”

Bahaudin : Wajarkah Tuhan itu disunat? Perlu apakah Tuhan itu disunat?

Antonius : Apakah ada keterangan yang lebih tegas bahwa Yesus itu benar-benar anak manusia bukan anak Tuhan?.

Bahaudin : Silahkan buka Matius pasal 26 ayat 2.

Antonius : Baik, disitu menyebutkan bahwa: “Anak manusia akan diserahkan supayadisalibkan.”

Bahaudin : Yang dimaksud anak manusia di situ Yesus. Jadi jelaslah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia. Silahkan periksa di Matius pasal 5 ayat 45.

Antonius : Baik, di situ menyebutkan bahwa: Supaya kamu menjadi anak Bapamu: … dan seterusnya.

Bahaudin : Di sini menyebutkan bahwa orang-orang yang taat kepada Tuhan, menurut Yesus akan menjadi anak Tuhan. Jadi bukan saya yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan yang Tunggal, melainkan anak-anak tuhan itu akan bertambah lagi jumlahnya, berdasarkan kitab Bibel sendiri di Matius pasal 5 ayat 45 yang kita baca tadi ialah: “Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu…” Silahkan buka Matius pasal 7 ayat 21.

Antonius : Disitu menyebutkan: “Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru aku Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan sorga, hanyalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga.”

Bahaudin : Di Bibel sendiri jelas, bahwa Yesus menyangkal malah menolak kepada orang yang menyerukan: “Tuhan, Tuhan” kepadanya, malah orang itu tidak dapat masuk ke dalam kerajaan sorga. Apakah belum cukup bukti-bukti yang telah saya tunjukkan kepada saudara.

Antonius : Sudah Cukup. Terima kasih; tetapi kalau masih ada, saya minta, demi kepuasan saya

Bahaudin : Minta yang mana lagi yang saudara maksudkan.

Antonius : Yang menyebutkan di kitab Injil bahwa Yesus anak manusia “bukan anak Tuhan.”

Bahaudin : Baik, akan saya penuhi harapan saudara, silahkan saudara periksa di Matius pasal 16 ayat 27.

Antonius : Di pasal dan ayat ini ada menyebutkan: “Karena anak manusia datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap-tiap orang menurut perbuatannya.”

Bahaudin : Di ayat ini ada menyebutkan anak manusia, menurut tafsiran saudara, siapakah yang dimaksudkan dengan anak manusia di ayat ini.

Antonius : Ya, tentu Yesus.

Bahaudin : Jadi di kitab Injil sendiri ada menyebutkan bahwa Yesus itu adalah “anak manusia”; bukan anak Tuhan, betulkah atau tidak.

Antonius : Ya, betul.

Bahaudin : Nah, kalau betul, mengapa saudara menyebutkan Yesus anak Tuhan?

Antonius : Yesus itu Tuhan tapi diserupakan dengan manusia.

Bahaudin : Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa diperanakkan oleh manusia (Maria). Yesus berupa manusia karena diperanakkan oleh manusia (Maria). Terlalu janggal kalau manusia (Maria) memperanakkan Tuhan. Bisakah ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu pengetahuan bathin (Kerohanian) menerima bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia? Bisakah ilmu pengetahuan exact maupun yang abstract (Exact abstract Wetenschap) menerimanya?

Antonius : Ya, memang mustahil ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia.

Bahaudin : Bukan itu saja, malah di kitab Injil saudara Yesus sendiri yang berkata bahwa ia bukan anak Tuhan, melainkan Utusan Tuhan. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayatnya pada pertemuan kita yang lalu.

Antonius : Betul, telah bapak sebutkan. Tetapi saya minta di ulangi lagi ayatnya, oleh karena saya agak lupa susunannya.

Bahaudin : Silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 30.

Antonius : Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Suatupun tiada aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri, melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana aku dengar, dan hukuman itu adil adanya; karenanya bukannya aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan aku.”

Bahaudin : Ayat ini tegas sekali, jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan. Di ayat ini Yesus memberitahukan bahwa ia tidak berbuat menurut kehendak Tuhan, maka wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat sekehendaknya, dan pantaskah ada Tuhan disuruh (diutus) menjadi utusan.

Antonius : Ya, saya mengaku; Yesus sendiri mengaku bukan anak Tuhan.

Bahaudin : Demi kepuasan saudara silahkan periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat 13.

Antonius : Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Seorangpun tidak naik ke surga, kecuali Ia yang sudah turun dari surga, yaitu anak manusia.”

Bahaudin : Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang saya tunjukkan dan saudara sendiri yang memeriksa dan membacanya itu, maka sekali lagi saya bertanya: “Anak manusiakah Yesus itu atau anak tuhan”?.

Antonius : Ya, berdasarkan ayat-ayat tersebut saya berkata: “Yesus adalah anak manusia.”

Bahaudin : Di ayat yang saudara baca tapi, Matius pasal 16 ayat 27, selain menyebutkan bahwa Yesus itu anak manusia, juga menyebutkan bahwa akan membalas tiap-tiap orang menurut perbuatannya. Betulkah begitu? silahkan periksa kembali.

Antonius : Ya, betul di ayat itu ada menyebutkan.

Bahaudin : Menurut susunan ayat tersebut, jelas: “Menolak adanya dosa waris,” berdasarkan ayat tersebut setiap orang akan dibalas menurut perbuatannya masing-masing, jadi tidak ada penebus dosa.

Antonius : Ya, tentang dosa waris telah selesai kita bicarakan dan memang saya telah mengakui “tidak ada dosa waris.”

Bahaudin : Betul, sudah kita bicarakan, saya hanya menambah saja, untuk lebih menguatkan lagi keterangan yang lalu.

Antonius : Sudah cukup jelas keterangan Bapak.

Bahaudin : Jelas bagaimana?

Antonius : Berdasarkan ayat-ayat Injil sendiri bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan melainkan anak manusia. Dan berdasarkan kitab Injil menyebutkan bahwa Yesus sendiri mengakui ia bukan anak Tuhan, melainkan “pesuruh (Utusan) Tuhan”

Bahaudin : Syukurlah kalau begitu. Jadi bagaimanakah kepercayaan saudara sekarang terhadap “Trinitas” (Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus).

Antonius : Dengan sendirinya kepercayaan saya terhadap Trinitas terhapus.

Bahaudin : Alhamdulillah, jadi saudara mengakui bahwa Tuhan itu TUNGGAL.

Antonius : Sebelum itu saya ingin menyampaikan pertanyaan.

Bahaudin : Baik, tetapi saudara telah mengakui pada pertemuan yang lalu dan saudara-saudara yang hadir juga telah ikut menyaksikan bahwa:

Pertama, Saudara telah membenarkan kitab Al-Qur’an. Beberapa ayat Al-Qur’an yang saudara kemukakan yang pada mulanya oleh saudara dianggap berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, setelah saya terangkan dan saya tafsirkan, lalu saudara akui bahwa ayat-ayat tersebut pada hakikatnya tidak ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain. Bukankah begitu pengakuan saudara.

Antonius : Ya, betul begitu.

Bahaudin : Kedua, Pada pertemuan yang lalu saudara telah mengakui kebenaran nabi Muhammad SAW selaku Utusan Tuhan, betulkah demikian?

Antonius : Ya, betul saya telah mengakuinya.

Bahaudin : Ketiga, Saudara telah membenarkan bahwa ayat-ayat di kitab Injil (Bibel) terdapat beberapa ayat yang berselisih antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayat-ayatnya pada pertemuan yang lalu, benarkah pengakuan saudara itu.

Antonius : Ya, saya mengakui. Akan tetapi saya masih memerlukan bukti-bukti yang lain tentang ayat-ayat Injil yang ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain, demi kepuasan bagi saya, walaupun sebenarnya keterangan bapak saya pandang cukup memuaskan. Tetapi mungkin ada lagi ayat-ayat yang lain untuk meresapnya ke perasaan saya.

Bahaudin : Baiklah, saya penuhi pengharapan saudara, silahkan saudara periksa kitab Yahya pasal 8 ayat 14.

Antonius : Baik, dipasal dan ayat ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksian itu.”

Bahaudin : Silahkan periksa lagi Yahya 5 ayat 31.

Antonius : Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku tidak benar.”

Bahaudin : Nah, saudara membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini. Di satu ayat menyebutkan: “Kesaksianku benar,” sedangkan di ayat lain menyebutkan “Kesaksianku tidak benar.” Dua ayat yang berselisih itu, tersebut di kitab suci. Dan yang berbicara adalah seorang. Manakah yang benar antara dua ayat ini. Wajarkah di dalam kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain.

Antonius : Ya, saya akui memang tidak cocok.

Bahaudin : Bukan saja tidak cocok, tetapi adalah satu selisih yang menyolok.

Antonius : Tetapi mungkin salah satu dari ayat tersebut salah cetak.

Bahaudin : Sekiranya salah cetak, tentunya ada ralat; tetapi di kitab ini tidak disebutkan apa-apa.

Antonius : Bibel ini berbahasa Indonesia, permisi sebentar, saya akan memeriksa Bibel yang berbahasa Inggris.

Bahaudin : Itu lebih baik, sayakah yang akan memeriksa ataukah saudara?

Antonius : Oleh karena bapak banyak hafal ayat-ayat Bibel maka saya serahkan agar bapak saja memeriksanya, supaya lebih cepat.

Bahaudin : Baiklah; harap saudara memperhatikan juga saudara-saudara yang hadir, kitab yang saya pegang ini adalah Bibel berbahasa Inggris ialah “The Holy Bible,” “Containing the Old and New Testaments (American Bible Society).” Saya serahkan kitab ini kepada saudara Antonius dan saya akan menunjukkan pasal dan ayatnya untuk diteliti bersama.

Antonius : Baik, saya terima kitab Bibel yang berbahasa Inggris.

Bahaudin : Silahkan saudara periksa di Yahya pasal 8 ayat 14 pada halaman 104.

Antonius : Baik, dihalaman 104 kitab Yahya pasal 8 ayat 14 disini ada menyebutkan: “THOUGH I BEAR RECORD OF MY SELF, YET MY RECORD IS TRUE.”

Bahaudin : Kalau susunan ayat ini kita salin kedalam bahasa Indonesia, adalah demikian: “Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksianku itu.” Betulkah begitu artinya?

Antonius : Ya, betul begitu.

Bahaudin : Jadi sama artinya dengan Injil yang berbahasa Indonesia di Yahya pasal 8 ayat 14, harap saudara cocokkan dulu.

Antonius : Betul, artinya sama kuatnya

Bahaudin : Sekarang silahkan periksa di Yahya pasal 5 ayat 31.

Antonius : Disini menyebutkan: “IF BEAR WITNES OF MYSELF, MY WITNES IS NOT TRUE.”

Bahaudin : Ayat ini kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia akan demikian: “Jikalau aku menyaksikan dari hal diriku, maka kesaksianku itu tiada benar.” Betulkah begitu?.

Antonius : Ya, benar

Bahaudin : Silahkan saudara periksa lebih teliti lagi di kitab Bibel yang berbahasa Inggris ini. Di satu ayat menyebutkan “IS TRUE,” adalah benar, sedangkan di ayat lain menyebutkan “IS NOT TRUE,” adalah tidak benar.

Antonius : Ya, memang berbeda

Bahaudin : Kalau begitu, di Injil yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris tidak ada perbedaan arti dan maksudnya?

Antonius : Betul Demikian.

Bahaudin : Jadi tidak salah cetak, yang salah ialah yang mengisi kitab suci itu. Kalau betul kitab suci (Injil) itu wahyu dari Tuhan, mustahil ayat-ayatnya akan berselisih antara yang satu dengan yang lain. Jadi kitab itu telah dicampuri oleh tangan manusia.

Antonius : Menurut pendapat saya, dua ayat itu bukan berlawanan, mungkin ayat yang satu dicabut, lalu kemudian diganti dengan ayat yang lain. Jelasnya, ayat yang satu di hapus diganti dengan ayat yang lain (yang baru). Setahu saya dalam ayat-ayat Al-Qur’an terdapat apa yang disebut “Nasich dan Mansuch” ialah satu ayat terhapus hukumnya, lalu diganti dengan ayat yang lain (hukum yang baru).

Bahaudin : Di dalam Al-Qur’an terdapat “Nasich dan Mansuch” ada disebutkan ayatnya tetapi di kitab Injil sama sekali tidak disebutkan.

Antonius : Dimanakah di dalam Al-Qur’an yang menyebutkan ayat tentang Nasich dan Mansuch itu

Bahaudin : Sebetulnya sayalah yang harus bertanya kepada saudara, oleh karena dari saudaralah timbulnya ucapan Nasich-Mansuch itu. Akan tetapi sekalipun demikian saya tunjukkan, ialah di surat Al Baqarah ayat 106. Susunan ayat itu ada ulama yang menafsirkan tentang adanya “Nasich dan Mansuch.” Sebagian lagi ada yang menafsirkan bahwa susunan ayat tersebut tidak menunjukkan adanya Nasich-Mansuch. Kalau saudara memerlukan, akan saya terangkan tafsirnya ayat tersebut.

Antonius : Hal itu, baiklah kita tangguhkan dulu. Tetapi sehubungan dengan dua ayat di Bibel yang tadi, saya berpendapat bukan berlawanan, melainkan satu ayat digantikan dengan ayat lain, sehingga nampaknya ada berlawanan. Bolehkah saya berikan misal.

Bahaudin : Silahkan, saudara berhak penuh berbicara dengan saya dalam pertemuan kita ini.

Antonius : Saya sebutkan misal: Dikeluarkan suatu peraturan, setiap pengendara sepeda diwaktu malam diharuskan memakai lampu. Kemudian datang lagi peraturan tidak boleh pakai lampu, karena ada peperangan misalnya. Disini ada dua peraturan, yang pertama: “Diharuskan memakai lampu.” sedang yang kedua “Dilarang.” Dua perintah itu, yang terpakai adalah yang kemudian. Demikian juga dua ayat di Bibel tadi tidak berlawanan, melainkan salah satu diantaranya sudah tidak berlaku lagi (dicabut). Ini menurut pendapat saya.

Bahaudin : Baiklah, tetapi tentunya saudara mengerti, apabila suatu peraturan yang diganti, mestinya harus diikuti penjelasan, bahwa artikel nomer sekian ayat sekian, tahun sekian dicabut, diganti dengan artikel nomer sekian dan selanjutnya. Akan tetapi dua ayat di Bibel itu, tidak ada sebutan ayat yang satu diganti, dengan lain kata dua ayat tetap berlawanan antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada penjelasan bahwa salah satu telah dicabut, atau diganti.


-----------------------------------------------------------------
Dibawah ini merupakan Link dialog Antara KH Bahaudin Mudhary dan Antonius Widuri

MALAM PERTAMA - Persetujuan Bersama. klik disini

MALAM KEDUA -
Tentang Injil (Bible) klik disini

MALAM KETIGA -
Masalah Ketuhanan Yesus. klik disini

MALAM KEEMPAT -
Yesus Penebus Dosa. klik disini

MALAM KELIMA -
Tentang Dosa Waris. klik disini

MALAM KEENAM -
Kitab Al Quran dan Kitab Bibel. klik disini

MALAM KETUJUH -
Mengakui Nabi SAW Utusan Allah. klik disini

MALAM KEDELAPAN -
Perselisihan Ayat-ayay dalam Bibel. klik disini

MALAM KESEMBILAN -
Masuk Islam. klik disini



Footenote___________________________________________
Judul Buku : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Oleh : KH. Bahaudin Mudhary
Penerbit :  Pustaka Da'i
Cetakan: Delapan, Juli 2008

LATANZA

Ponorogo: 19 Mei 2014
Saya persembahkan kajian ini untuk seseorang yang berada nun jauh disana - Amerika - semoga bermanfaat.
 Dari kiri kekanan: Antonius Widuri, Markan

-----------------------------------------------------
Kisah Nyata Sembilan Hari
Mencari Tuhan
Malam Ke Enam
-----------------------------------------------------


MALAM KE ENAM MENGENAI KITAB AL QURAN DAN KITAB BIBLE

Bahaudin : Pembicaraan kita yang berkenaan dengan dosa waris, saya rasa telah cukup.

Antonius : Sudah cukup jelas uraian bapak pada pertemuan yang terdahulu. Dan saya telah mencocokkan ayat-ayat Al-Qur’an yang disebutkan bapak kemarin malam lalu dengan kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia kepunyaan saya, semuanya cocok baik tentang surat-suratnya maupun ayat-ayatnya. Semua yang Bapak sebutkan cocok dan tepat serta kami pikir-pikir di rumah tentang ayat Bibel dan Al-Qur’an yang bapak tunjukkan ayat-ayatnya ternyata dosa waris dan oper pahala dan oper dosa itu tidak mungkin ada malah tidak masuk di akal.

Bahaudin : Syukur kalau saudara telah mengakuinya, sekarang kita bicarakan soal-soal lainnya, dan saya serahkan kepada saudara saja mengenai acaranya. Terserah saudara soal yang akan diajukan.

Antonius : Baiklah kami mulai; kami pernah membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang tampaknya pada kami ada juga perselisihan antara satu ayat dengan ayat lainnya, sehinga menimbulkan keragu-raguan; apakah mungkin Nabi Muhammad sendiri yang keliru menyampaikan wahyu dari Allah. Kalau betul beliau seorang Nabi, tentu tidak mungkin beliau salah menerimanya atau menyampaikannya, ataukah memang ayat-ayat Al-Qur’an nya yang berselisihan.

Bahaudin : Baiklah saudara terangkan saja ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu.

Antonius : Kami telah membaca ayat-ayat Al-Qur’an mengenai asal kejadian manusia dalam kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia, dalam sebuah surat yang nampaknya antara satu ayat dengan ayat yang lain ada berselisihan sehingga timbul dalam pikiran saya bukan Bibel saja yang berselisih ayat-ayatnya, tetapi kitab Al-Qur’an demikian juga.

Bahaudin : Silahkan saudara sebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang akan ditanyakan, Insya Allah yang diragukan oleh saudara itu akan terhapus.

Antonius : Baiklah, Saya mencatat ayat-ayatnya, saya akan baca. Dikitab Al-Qur’an:

1. Surat Ar-Rahman ayat 14 menyebutkan bahwa Allah menjadikan manusia berasal dari tanah yang dibakar.

2. Di surat Al Hijr ayat 28 menyebutkan: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).”

3. Disurat As Sajadah ayat 7 menyebutkan: “dan Tuhan menciptakan manusia dari Tanah.”

4. Di Surat Ash Shafaat ayat 11 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku (Allah) menciptakan manusia berasal dari tanah liat.”

5. Disurat Ali Imran ayat 59 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia daripada tanah.”
Lima ayat yang saya sebutkan ini antara satu dengan ayat yang lain terdapat perselisihan. Cobalah kita teliti. Di ayat ketiga menyebutkan dari “tanah,”di ayat ke empat menyebutkan daripada “tanah liat.” Di ayat kelima menyebutkan dari pada “tanah.” Bukankah ayat-ayat Al-Qur’an nyata-nyata berselisihan antara yang satu dengan yang lain.

Bahaudin : Ya, nampaknya memang demikian. Saya tidak akan mengecewakan saudara. Teruskan pertanyaan saudara.

Antonius : Kami ingin bertanya; yang manakah yang benar tentang asal kejadian manusia itu. Apakah dari tanah yang dibakar, apakah dari tanah kering dan lumpur, atau dari pada tanah biasa, atau dari tanah liatkah?. Jadi menurut pendapat saya, ayat-ayat Al-Qur’an terdapat perselisihan antara satu ayat dengan ayat yang lain. Bukan ayat-ayat Injil atau di Bibel saja terdapat perselisihan. Kiranya Bapak bisa menerangkan dengan jelas dan tepat.

Bahaudin : Baiklah, saya terangkan:
Di kitab Al-Qur’an ada menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam kejadian. Agar diketahui juga oleh saudara-saudara yang hadir disini, saya sebutkan susunan ayat-ayatnya satu demi satu, sebagaimana yang saudara bacakan artinya tadi.

Pertama : Di Surat Ar Rahman ayat 14:  
“Dia (Allah) menjadikan manusia seperti tembikar, (tanah yang dibakar).” Yang dimaksudkan dengan kata “Shal-shal” di ayat ini ialah: Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.

Kedua : Di ayat itu disebutkan juga kata “Fakhkhar,” yang maksudnya ialah “Zat Arang” atau Carbonium.

Ketiga : Di surat Al Hijr, ayat 28: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).” . Di ayat ini. Tersebut juga “shal-shal,” telah saya terangkan, sedangkan kata “Hamaa-in” di ayat tersebut ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.

Keempat : Di surat As Sajadah ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia berasal dari pada ‘tanah’.” Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogenium.

Kelima : Di Surat Ash Shaffaat ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari pada Tanah Liat.” Yang dimaksud dengan kata “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.

Keenam : Di Surat Ali Imran ayat 59: “Dia (Allah) menjadikan Adam dari tanah kemudian Allah berfirman kepadanya ‘jadilah engkau,’ lalu berbentuk manusia.” Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis.”

ketujuh : Di surat Al Hijr ayat 28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya (Ruh daripada-Ku).”

Ketujuh ayat Al-Qur’an yang saya baca ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani). Sebagaimana disebutkan pada ayat yang keenam tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat didalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat Anorganis ini baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan antara “Fakhkhar” yakni Carbonium (zat arang) dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat pembakar) dan “hamaa-in” yaitu Nitrogenium (zat lemas) dan Thien yakni Hidrogenium (Zat air).

Jelasnya adalah persenyawaan antara:
1. Fachchar (Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman ayat 14.
2. Shalshal (Oksigenium = zat pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat 14.
3. Hamaa-in (Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28.
4. Thien (Hidrogenium = Zat Air) dalam surat As Sajadah, ayat 7. Kemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan Mangaan, yang disebut “laazib” (zat-zat anorganis) dalam surat As Shafaat ayat 11. Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran ayat 59. Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat Kalium,” yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya “Proteinisasi,” menjelmakan “proses penggantian” yang disebut “Substitusi.” Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud” atau Causa Formatis. Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu Metafisika.

Cukup jelas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara sangka berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam hal kejadian manusia (Adam), pada hakikatnya bukanlah berselisih, melainkan menunjukkan proses asal kejadian tubuh jasmani Adam (visible), hingga pada badan halusnya (invisible), sampai berujud manusia. Apakah belum jelas penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang saya sampaikan pada saudara? Kalau ada waktu saya akan terangkan juga proses asal kejadian tubuh rohani dari segi ilmu metafisika.

Antonius : Sangat jelas, malah betul-betul ilmiah dan saya tidak mengira sekali bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu mengandung ilmu pengetahuan yang tinggi. Mengenai kesanggupan bapak yang akan menerangkan atau menguraikan proses asal kejadian tubuh rohani manusia itu, betul-betul menarik. Tetapi saya mohon diberi waktu yang khusus.

Bahaudin : Baiklah sekarang kita lanjutkan: Tentunya saudara pernah membaca biografi Nabi Muhammad. Beliau tidak tahu tulis baca, tidak pernah belajar ilmu kepada siapapun, tidak pernah berguru dan belum pernah sama sekali bergaul dengan orang pandai.

Antonius : Ya, saya pernah membaca biografi Nabi Muhammad. Nah, kalau Nabi Muhammad seorang yang buta huruf, tidak pernah belajar ilmu, maka dari siapakah atau dari manakah beliau mengetahui tentang kejadian manusia secara ilmiah yang pada zaman ini dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad SAW menerangkan tentang asal kejadian manusia dari segi ilmu urai (Anatomi), Ilmu Kimia, Ilmu hayat (biologi), dan dari segi ilmu alam sampai kepada rohaniahnya.

Bahaudin : Maka dari manakah beliau belajar ilmu urai, kepada siapakah beliau belajar ilmu kimia, ilmu hayat, ilmu alam dan soal-soal kerohanian, kalau bukan wahyu dari tuhan Allah SWT. Dan tidak mungkin beliau menerima wahyu dari Allah sekiranya beliau bukan seorang Nabi dan Rasul.

Antonius : Tetapi ada juga orang yang tidak pernah belajar dan bersekolah, buta huruf, tetapi menjadi orang-orang besar.

Bahaudin : Coba saudara sebutkan nama-nama orang yang tidak pernah belajar (buta huruf), lalu mengaku jadi Nabi dan menerima wahyu, dan berhasil membentuk suatu masyarakat dan negara yang mengagumkan para ahli sejarah dan mempunyai pengikut beratus juta manusia setiap masa dan zaman. Sebutkan nama orang yang saudara maksudkan itu.

Antonius : Ya, tidak ada.

Bahaudin : Memang tidak ada, baiklah saya tanyakan, kalau saudara berpegang dengan keterangan saudara bahwa Nabi Muhammad itu bukan Nabi dan Rasul, karena ada juga orang yang buta huruf menjadi orang besar, maka kalau Yesus itu anak Tuhan, karena dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati, dilahirkan tanpa Ayah dan dipenuhi juga dengan ruhul kudus, maka selain Yesus terdapat juga orang lahir tanpa Bapak, dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati sebagaimana tersebut dalam kitab Injil. Kisah Rasul pasal 6 ayat 5, pasal 5 ayat 31; Kitab Raja-raja kedua pasal 13 ayat 21; Matius pasal 5 ayat 9; Kitab Raja-raja kedua pasal 5 ayat 10 mengapa mereka itu tidak Tuhan juga, mengapa kepada Nabi Muhammad saudara berkeberatan untuk mengakui beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul, sedangkan kepada Yesus saudara tidak Berkeberatan mengakuinya sebagai Tuhan, padahal kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh Yesus, orang lain dapat juga melakukannya.

Antonius : Baiklah kalau begitu.

Bahaudin : Baik yang bagaimana yang saudara maksudkan.

Antonius : Keterangan-keterangan bapak adalah baik dan memuaskan saya dan saya diberi waktu untuk menentukan keputusan saya sampai besok malam atau malam pertemuan berikutnya.

Bahaudin : Baiklah saya serahkan sepenuhnya atas pertimbangan saudara, Kami tidak berhak memaksa saudara, atau mempengaruhi saudara. Kita hanya bermusyawarah dan bersoal jawab tentang hasilnya terserah atas pertimbangan masing-masing.

Antonius : Baiklah kita lanjutkan Besok Malam.


-----------------------------------------------------------------
Dibawah ini merupakan Link dialog Antara KH Bahaudin Mudhary dan Antonius Widuri

MALAM PERTAMA - Persetujuan Bersama. klik disini

MALAM KEDUA -
Tentang Injil (Bible) klik disini

MALAM KETIGA -
Masalah Ketuhanan Yesus. klik disini

MALAM KEEMPAT -
Yesus Penebus Dosa. klik disini

MALAM KELIMA -
Tentang Dosa Waris. klik disini

MALAM KEENAM -
Kitab Al Quran dan Kitab Bibel. klik disini

MALAM KETUJUH -
Mengakui Nabi SAW Utusan Allah. klik disini

MALAM KEDELAPAN -
Perselisihan Ayat-ayay dalam Bibel. klik disini

MALAM KESEMBILAN -
Masuk Islam. klik disini



Footenote___________________________________________
Judul Buku : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Oleh : KH. Bahaudin Mudhary
Penerbit :  Pustaka Da'i
Cetakan: Delapan, Juli 2008

LATANZA

Ponorogo: 19 Mei 2014
Saya persembahkan kajian ini untuk seseorang yang berada nun jauh disana - Amerika - semoga bermanfaat.



Malam Ke Enam Mengenai Kitab Al Quran dan Kitab Bible

 Dari kiri kekanan: Antonius Widuri, Markan

-----------------------------------------------------
Kisah Nyata Sembilan Hari
Mencari Tuhan
Malam Ke Enam
-----------------------------------------------------


MALAM KE ENAM MENGENAI KITAB AL QURAN DAN KITAB BIBLE

Bahaudin : Pembicaraan kita yang berkenaan dengan dosa waris, saya rasa telah cukup.

Antonius : Sudah cukup jelas uraian bapak pada pertemuan yang terdahulu. Dan saya telah mencocokkan ayat-ayat Al-Qur’an yang disebutkan bapak kemarin malam lalu dengan kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia kepunyaan saya, semuanya cocok baik tentang surat-suratnya maupun ayat-ayatnya. Semua yang Bapak sebutkan cocok dan tepat serta kami pikir-pikir di rumah tentang ayat Bibel dan Al-Qur’an yang bapak tunjukkan ayat-ayatnya ternyata dosa waris dan oper pahala dan oper dosa itu tidak mungkin ada malah tidak masuk di akal.

Bahaudin : Syukur kalau saudara telah mengakuinya, sekarang kita bicarakan soal-soal lainnya, dan saya serahkan kepada saudara saja mengenai acaranya. Terserah saudara soal yang akan diajukan.

Antonius : Baiklah kami mulai; kami pernah membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang tampaknya pada kami ada juga perselisihan antara satu ayat dengan ayat lainnya, sehinga menimbulkan keragu-raguan; apakah mungkin Nabi Muhammad sendiri yang keliru menyampaikan wahyu dari Allah. Kalau betul beliau seorang Nabi, tentu tidak mungkin beliau salah menerimanya atau menyampaikannya, ataukah memang ayat-ayat Al-Qur’an nya yang berselisihan.

Bahaudin : Baiklah saudara terangkan saja ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu.

Antonius : Kami telah membaca ayat-ayat Al-Qur’an mengenai asal kejadian manusia dalam kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia, dalam sebuah surat yang nampaknya antara satu ayat dengan ayat yang lain ada berselisihan sehingga timbul dalam pikiran saya bukan Bibel saja yang berselisih ayat-ayatnya, tetapi kitab Al-Qur’an demikian juga.

Bahaudin : Silahkan saudara sebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang akan ditanyakan, Insya Allah yang diragukan oleh saudara itu akan terhapus.

Antonius : Baiklah, Saya mencatat ayat-ayatnya, saya akan baca. Dikitab Al-Qur’an:

1. Surat Ar-Rahman ayat 14 menyebutkan bahwa Allah menjadikan manusia berasal dari tanah yang dibakar.

2. Di surat Al Hijr ayat 28 menyebutkan: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).”

3. Disurat As Sajadah ayat 7 menyebutkan: “dan Tuhan menciptakan manusia dari Tanah.”

4. Di Surat Ash Shafaat ayat 11 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku (Allah) menciptakan manusia berasal dari tanah liat.”

5. Disurat Ali Imran ayat 59 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia daripada tanah.”
Lima ayat yang saya sebutkan ini antara satu dengan ayat yang lain terdapat perselisihan. Cobalah kita teliti. Di ayat ketiga menyebutkan dari “tanah,”di ayat ke empat menyebutkan daripada “tanah liat.” Di ayat kelima menyebutkan dari pada “tanah.” Bukankah ayat-ayat Al-Qur’an nyata-nyata berselisihan antara yang satu dengan yang lain.

Bahaudin : Ya, nampaknya memang demikian. Saya tidak akan mengecewakan saudara. Teruskan pertanyaan saudara.

Antonius : Kami ingin bertanya; yang manakah yang benar tentang asal kejadian manusia itu. Apakah dari tanah yang dibakar, apakah dari tanah kering dan lumpur, atau dari pada tanah biasa, atau dari tanah liatkah?. Jadi menurut pendapat saya, ayat-ayat Al-Qur’an terdapat perselisihan antara satu ayat dengan ayat yang lain. Bukan ayat-ayat Injil atau di Bibel saja terdapat perselisihan. Kiranya Bapak bisa menerangkan dengan jelas dan tepat.

Bahaudin : Baiklah, saya terangkan:
Di kitab Al-Qur’an ada menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam kejadian. Agar diketahui juga oleh saudara-saudara yang hadir disini, saya sebutkan susunan ayat-ayatnya satu demi satu, sebagaimana yang saudara bacakan artinya tadi.

Pertama : Di Surat Ar Rahman ayat 14:  
“Dia (Allah) menjadikan manusia seperti tembikar, (tanah yang dibakar).” Yang dimaksudkan dengan kata “Shal-shal” di ayat ini ialah: Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat pembakar” atau Oksigen.

Kedua : Di ayat itu disebutkan juga kata “Fakhkhar,” yang maksudnya ialah “Zat Arang” atau Carbonium.

Ketiga : Di surat Al Hijr, ayat 28: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).” . Di ayat ini. Tersebut juga “shal-shal,” telah saya terangkan, sedangkan kata “Hamaa-in” di ayat tersebut ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.

Keempat : Di surat As Sajadah ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia berasal dari pada ‘tanah’.” Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogenium.

Kelima : Di Surat Ash Shaffaat ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah) menjadikan manusia dari pada Tanah Liat.” Yang dimaksud dengan kata “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.

Keenam : Di Surat Ali Imran ayat 59: “Dia (Allah) menjadikan Adam dari tanah kemudian Allah berfirman kepadanya ‘jadilah engkau,’ lalu berbentuk manusia.” Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis.”

ketujuh : Di surat Al Hijr ayat 28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan (bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya (Ruh daripada-Ku).”

Ketujuh ayat Al-Qur’an yang saya baca ini Allah telah menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani). Sebagaimana disebutkan pada ayat yang keenam tentang kata “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat didalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat Anorganis ini baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan antara “Fakhkhar” yakni Carbonium (zat arang) dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat pembakar) dan “hamaa-in” yaitu Nitrogenium (zat lemas) dan Thien yakni Hidrogenium (Zat air).

Jelasnya adalah persenyawaan antara:
1. Fachchar (Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman ayat 14.
2. Shalshal (Oksigenium = zat pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat 14.
3. Hamaa-in (Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28.
4. Thien (Hidrogenium = Zat Air) dalam surat As Sajadah, ayat 7. Kemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan Mangaan, yang disebut “laazib” (zat-zat anorganis) dalam surat As Shafaat ayat 11. Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran ayat 59. Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat Kalium,” yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya “Proteinisasi,” menjelmakan “proses penggantian” yang disebut “Substitusi.” Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud” atau Causa Formatis. Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu Metafisika.

Cukup jelas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara sangka berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam hal kejadian manusia (Adam), pada hakikatnya bukanlah berselisih, melainkan menunjukkan proses asal kejadian tubuh jasmani Adam (visible), hingga pada badan halusnya (invisible), sampai berujud manusia. Apakah belum jelas penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang saya sampaikan pada saudara? Kalau ada waktu saya akan terangkan juga proses asal kejadian tubuh rohani dari segi ilmu metafisika.

Antonius : Sangat jelas, malah betul-betul ilmiah dan saya tidak mengira sekali bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu mengandung ilmu pengetahuan yang tinggi. Mengenai kesanggupan bapak yang akan menerangkan atau menguraikan proses asal kejadian tubuh rohani manusia itu, betul-betul menarik. Tetapi saya mohon diberi waktu yang khusus.

Bahaudin : Baiklah sekarang kita lanjutkan: Tentunya saudara pernah membaca biografi Nabi Muhammad. Beliau tidak tahu tulis baca, tidak pernah belajar ilmu kepada siapapun, tidak pernah berguru dan belum pernah sama sekali bergaul dengan orang pandai.

Antonius : Ya, saya pernah membaca biografi Nabi Muhammad. Nah, kalau Nabi Muhammad seorang yang buta huruf, tidak pernah belajar ilmu, maka dari siapakah atau dari manakah beliau mengetahui tentang kejadian manusia secara ilmiah yang pada zaman ini dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad SAW menerangkan tentang asal kejadian manusia dari segi ilmu urai (Anatomi), Ilmu Kimia, Ilmu hayat (biologi), dan dari segi ilmu alam sampai kepada rohaniahnya.

Bahaudin : Maka dari manakah beliau belajar ilmu urai, kepada siapakah beliau belajar ilmu kimia, ilmu hayat, ilmu alam dan soal-soal kerohanian, kalau bukan wahyu dari tuhan Allah SWT. Dan tidak mungkin beliau menerima wahyu dari Allah sekiranya beliau bukan seorang Nabi dan Rasul.

Antonius : Tetapi ada juga orang yang tidak pernah belajar dan bersekolah, buta huruf, tetapi menjadi orang-orang besar.

Bahaudin : Coba saudara sebutkan nama-nama orang yang tidak pernah belajar (buta huruf), lalu mengaku jadi Nabi dan menerima wahyu, dan berhasil membentuk suatu masyarakat dan negara yang mengagumkan para ahli sejarah dan mempunyai pengikut beratus juta manusia setiap masa dan zaman. Sebutkan nama orang yang saudara maksudkan itu.

Antonius : Ya, tidak ada.

Bahaudin : Memang tidak ada, baiklah saya tanyakan, kalau saudara berpegang dengan keterangan saudara bahwa Nabi Muhammad itu bukan Nabi dan Rasul, karena ada juga orang yang buta huruf menjadi orang besar, maka kalau Yesus itu anak Tuhan, karena dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati, dilahirkan tanpa Ayah dan dipenuhi juga dengan ruhul kudus, maka selain Yesus terdapat juga orang lahir tanpa Bapak, dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati sebagaimana tersebut dalam kitab Injil. Kisah Rasul pasal 6 ayat 5, pasal 5 ayat 31; Kitab Raja-raja kedua pasal 13 ayat 21; Matius pasal 5 ayat 9; Kitab Raja-raja kedua pasal 5 ayat 10 mengapa mereka itu tidak Tuhan juga, mengapa kepada Nabi Muhammad saudara berkeberatan untuk mengakui beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul, sedangkan kepada Yesus saudara tidak Berkeberatan mengakuinya sebagai Tuhan, padahal kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh Yesus, orang lain dapat juga melakukannya.

Antonius : Baiklah kalau begitu.

Bahaudin : Baik yang bagaimana yang saudara maksudkan.

Antonius : Keterangan-keterangan bapak adalah baik dan memuaskan saya dan saya diberi waktu untuk menentukan keputusan saya sampai besok malam atau malam pertemuan berikutnya.

Bahaudin : Baiklah saya serahkan sepenuhnya atas pertimbangan saudara, Kami tidak berhak memaksa saudara, atau mempengaruhi saudara. Kita hanya bermusyawarah dan bersoal jawab tentang hasilnya terserah atas pertimbangan masing-masing.

Antonius : Baiklah kita lanjutkan Besok Malam.


-----------------------------------------------------------------
Dibawah ini merupakan Link dialog Antara KH Bahaudin Mudhary dan Antonius Widuri

MALAM PERTAMA - Persetujuan Bersama. klik disini

MALAM KEDUA -
Tentang Injil (Bible) klik disini

MALAM KETIGA -
Masalah Ketuhanan Yesus. klik disini

MALAM KEEMPAT -
Yesus Penebus Dosa. klik disini

MALAM KELIMA -
Tentang Dosa Waris. klik disini

MALAM KEENAM -
Kitab Al Quran dan Kitab Bibel. klik disini

MALAM KETUJUH -
Mengakui Nabi SAW Utusan Allah. klik disini

MALAM KEDELAPAN -
Perselisihan Ayat-ayay dalam Bibel. klik disini

MALAM KESEMBILAN -
Masuk Islam. klik disini



Footenote___________________________________________
Judul Buku : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Oleh : KH. Bahaudin Mudhary
Penerbit :  Pustaka Da'i
Cetakan: Delapan, Juli 2008

LATANZA

Ponorogo: 19 Mei 2014
Saya persembahkan kajian ini untuk seseorang yang berada nun jauh disana - Amerika - semoga bermanfaat.



Suasana hadirin sedang mendengarkan dengan tertib dan tekun 
berlangsungnya dialog, antara lain Kyai Achmad Zainudding (alm), 
Kyai Achmad Marzuki (alm)dan Kyai Raden Abdussalam (alm). (Sumenep, 1970)

-----------------------------------------------------
Kisah Nyata Sembilan Hari
Mencari Tuhan
Malam Kelima
-----------------------------------------------------



MALAM KELIMA - TENTANG DOSA WARIS

Antonius : Saya ingin menerima penjelasan dari bapak kyai, tentang kepercayaan kepada dosa waris yang disebabkan karena dosanya Adam dan Hawa.

Bahaudin : Baiklah, saya akan berikan jawabannya, tetapi sebelumnya saya ajukan pertanyaan: Betulkah menurut kepercayaan Kristen bahwa anak cucu Adam dan Hawa dari sejak dilahirkan sudah membawa dosa.

Antonius : Betul begitu, karena Adam dan Hawa berdosa, maka cucunya menerima warisan dosa dari keduanya.

Bahaudin : Mengapa dosa Adam dan Hawa diwariskan kepada cucunya, mestinya setiap manusia memikul dosanya dari perbuatannya sendiri, bukan memikul dosanya orang lain.

Antonius : Tetapi menurut ajaran Kristen, setiap manusia pada sejak waktu dilahirkan sudah memikul dosa, atau menerima warisan dosa dari dosanya Adam dan Hawa. Oleh karena kedatangan Yesus itu adalah untuk menebus dosa-dosa manusia dari warisan Adam dan Hawa tersebut.

Bahaudin : Kalau keterangan saudara benar pada ajaran Kristen, silahkan saudara periksa kitab Nabi Yehezkiel pasal 18 ayat 20.

Antonius : Pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Orang berbuat dosa, ia itu juga akan mati; maka anak tiada akan menanggung kesalahan bapaknya, dan Bapa pun tiada akan menanggung kesalahan anak-anaknya; kebenaran orang yang benar akan tergantung atasnya dan kejahatan orang fasik pun akan tergantung atasnya.”

Bahaudin : Jelas Bibel sendiri menyebutkan bahwa setiap manusia akan menanggung sendiri perbuatan baik maupun buruk, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain. Berdasarkan ayat tersebut, maka dosa Adam dan Hawa harus ditanggung sendiri oleh keduanya. Tetapi mengapa dosa Adam dan Hawa harus diwariskan atas anak cucunya, sehingga anak cucunya ikut serta menanggung dosanya; padahal kitab Injil sendiri tegas menyebutkan bahwa setiap perbuatan baik atau buruk yang dikerjakan oleh seseorang tidak dapat dibebankan atas orang lain. Baiklah, saya teruskan pertanyaan saya pada saudara; sejak umur berapa saudara dibaptis.

Antonius : Kata orang tua saya, sejak umur tiga bulan dibawa ke gereja dan di sana dibaptis, oleh karena setiap manusia sejak dilahirkan sudah membawa dosanya Adam dan Hawa yang disebut Dosa Waris, jadi sejak bayipun sudah membawa dosa; oleh karenanya saya dibaptis waktu masih kecil.

Bahaudin : Apakah perbuatan demikian itu berdasarkan kitab Bibel

Antonius : Saya berkeyakinan demikian. Sebagaimana saya terangkan bahwa bayi yang baru dilahirkan itu tidak suci, yakni sudah membawa dosanya Adam dan Hawa.

Bahaudin : Kalau begitu, bayi yang belum dibaptis sekiranya ia meninggal dunia (mati) tentu tidak akan masuk surga, sebab matinya ada membawa dosanya Adam dan Hawa.

Antonius : Ya, mestinya demikian.

Bahaudin : Silahkan periksa Matius pasal 19 ayat 14.

Antonius : Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Tetapi kata Yesus. ‘Biarkanlah kanak-kanak itu, jangan dilarangkan mereka itu datang kepadaku, karena orang yang sama seperti inilah yang empunya kerajaan surga.’”

Bahaudin : Nah, … perhatikanlah di ayat itu nyata-nyata Yesus sendiri yang berkata ia mengakui kesuciannya kanak-kanak. Sedangkan mereka belum mengakui kesalibannya Yesus dan juga belum dibaptiskan, tetapi mempunyai kerajaan surga. Jadi berdasarkan pengakuan Yesus sendiri bahwa kanak-kanak itu tidak membawa dosa waris dari Adam dan Hawa, oleh karena itulah Yesus berkata: Mereka adalah suci dari dosa dan dengan sendirinya masuk surga. Saya ingin bertanya lagi, Saudara waktu umur tiga bulan itu sudah membawa dosakah atau belum.

Antonius : Kalau berdasarkan perkataan Yesus yang bapak katakan tadi, tentu tidak.

Bahaudin : Jadi masih suci dari dosa walaupun tanpa dibaptiskan.

Antonius : Ya betul demikian.

Bahaudin : Kalau begitu, apakah gunanya saudara dibaptis pada waktu umur tiga bulanitu?

Antonius : Waktu umur tiga bulan tentu saya tidak tahu apa-apa.

Bahaudin : Saya bertanya sekarang, bukan bertanya kepada saudara diwaktu saudara berumur tiga bulan. Jadi apakah sekarang saudara sudah menyadari tentang tidak adanya dosa waris.

Antonius : Seperti bapak terangkan tadi, berdasarkan pengakuan Yesus sendiri tentu saya menyadarinya. Karena, Yesus sendiri yang mengatakan bahwa anak-anak itu suci pada waktu dilahirkan.

Bahaudin : Nah, bagaimanakah sekarang, masih adakah pandangan saudara terhadap dosa waris.

Antonius : Tentu saja harus menyadari berdasarkan perkataan Yesus sendiri bahwa anak-anak yang baru dilahirkan itu suci tidak membawa dosa sedikitpun.

Bahaudin : Tidak membawa dosa yang bagaimana?

Antonius : Ya, tidak membawa warisan dosa dari Adam dan Hawa.

Bahaudin : Kalau begitu saudara telah mengakui bahwa dosa waris itu tidak ada?

Antonius : Ya, demikianlah harus saya akui berdasarkan Kitab Bibel sendiri.

Bahaudin : Syukur saudara telah mengakui tidak adanya dosa waris, kalau dosa waris itu turun-temurun, maka anak yang baru lahir yang belum tahu apa-apa belum bisa memisahkan antara yang baik dan buruk, kalau bayi itu mati ia membawa dosa dan masuk neraka, dan dimanakah letaknya keadilan Tuhan kalau demikian.

Antonius : Ya, saya bisa terima keterangan Bapak.

Bahaudin : Nah, coba pikirkan dengan penuh kesadaran. Kalau ada seorang tua dari beberapa orang anak, dan orang tua itu menjadi penipu, pencuri, penghianat, berbuat aniaya, kejam, dan bermacam-macam dosa ia kerjakan, lalu ia dihukum masuk penjara, apakah anak-anaknya juga diharuskan menanggung dosa orang-orang tuanya, lalu anak-anak itu harus dihukum juga masuk penjara dengan alasan dosa waris. Apakah pengadilan semacam itu akan dikatakan penegak keadilan.

Antonius : Terima kasih, saya sudah menyadari, bahwa dosa itu tidak bisa diwariskan atau dioperkan kepada orang lain.

Bahaudin : Syukur kalau begitu.

Antonius : Akan tetapi kalau dosa itu tidak bisa diwariskan mestinya pahala juga tidak diwariskan. Bagaimanakah menurut ajaran agama Islam dalam hal itu.

Bahaudin : Tidak bisa, malah tidak boleh; baik pahala maupun dosa dioperkan pada orang lain.

Antonius : Jawaban “tidak boleh” itu apakah menurut pendapat bapak sendirikah atau menurut ajaran Islam.

Bahaudin : Menurut ajaran Islam, pahala seseorang tidak boleh diwariskan atau dioper kepada orang lain, begitu juga dosanya seseorang tidak boleh diwariskan kepada orang lain. Setiap orang menanggung sendiri pahala dan dosanya atas perbuatannya sendiri.

Antonius : Akan tetapi saya pernah membaca sebuah buku agama Islam yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad pernah berkorban seekor kambing buat umatnya sekalian dan buat familinya. Ini berarti bahwa Nabi Muhammad mewariskan atau mengoperkan pahala kepada orang lain, yakni kepada umatnya dan familinya. Yang demikian itu bukan dosa waris, tetapi jelas pahala waris. Jadi di dalam ajaran Islam ada juga pahala waris, maka saya kira bapak tidak perlu urus tentang dosa-dosa waris dalam ajaran Kristen, kalau didalam ajaran Islam terdapat ajaran pahala waris atau ajaran oper pahala.

Bahaudin : Kalau buku agama Islam yang saudara baca mau dijadikan pokok tentang bolehnya warisan pahala, mestinya orang Islam boleh sembahyang dan berpuasa, lalu diwariskan pahalanya buat sekalian umat Islam yang masih hidup dan yang mati, tetapi tidak ada umat Islam yang berbuat demikian, kalaupun ada, mungkin karena mereka tidak tahu, bahwa perbuatan yang demikian itu, bertentangan dengan kitab sucinya Al-Qur’an. Jadi bukan kitab sucinya yang salah, tetapi penganutnya sendiri, dan berbeda dengan kitab Bibel yang mengandung banyak perselisihan antara satu ayat dengan yang lain. Di dalam kitab suci Al-Qur’an, tidak terdapat ajaran pahala waris maupun dosa waris. Akan tetapi dalam kitab Bibel (Kristen) antara satu ayat dengan ayat yang lain bersimpang siur.

Antonius : Saya pernah membaca kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia, kalau tidak keliru di dalam surat Ath Thurr ayat 21 ada menyebutkan yang maksudnya bahwa anak-anak orang mukmin akan dimasukkan surga lantaran ibu bapaknya. Jadi lantaran amalan ibu bapaknya anak-anak itu masuk surga. Kalau yang demikian itu bukan pahala waris, lalu apakah namanya.

Bahaudin : Ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu bunyinya akan saya bacakan sebagai berikut: Yang artinya: “Dan mereka yang beriman dan diikuti oleh anak-anak cucunya (keturunannya) dengan keimanan pula. Kami (Allah) kumpulkan anak cucu itu dengan mereka dan tiadalah kami kurangi pahala amalan mereka sedikit juapun.” (Surat Ath Thurr ayat 21). Di ayat ini jelas menyebutkan tidak adanya pahala waris, malah tanggungan pun mengenai pahala warispun tidak ada. Yang masuk surga bersama Ibu bapaknya itu adalah anak-anak yang belum baligh, karena yang sudah baligh tentu bertanggung jawab sendiri. Oleh karenanya dalam ayat tersebut ada sambungannya. Yang artinya: “Setiap orang bertanggung jawab (terikat) oleh amalannya sendiri-sendiri (masing-masing).” Jadi setiap orang menanggung dosa dan pahala atas perbuatannya masing-masing bukan warisan dari orang lain.

Antonius : Apakah di dalam Kitab Al-Qur’an ada yang lebih tegas menyebutkan bahwa dosa dan pahala itu tidak dapat diwariskan atau dihadiahkan pada orang lain.

Bahaudin : Ada, cukup banyak.

Antonius : Maafkan, kami ingin mengetahui di surat apa, dan di ayat berapa, kami akan cocokkan dirumah, karena kami ada mempunyai kitab terjemahan Al-Qur’an Bahasa Indonesia. Mungkin juga saudara-saudara yang hadir di sini juga memerlukan juga.

HADIRIN: Perlu diterangkan, karena memang penting diterangkan.

Bahaudin : Apakah tidak sebaiknya kita bersama-sama memeriksa di sini saja, kalau saudara menyetujui saya suruh ambilkan Al-Qur’an lalu saya tunjukkan surat dan ayatnya sekali. Bagaimana, apakah sekarang juga.

Antonius : Kalau Bapak hafal lebih baik sebutkan sekarang saja ayat-ayatnya, akan kami catat: lalu akan kami cocokkan dirumah dengan Al-Qur’an kami. Tapi kalau bapak tidak hafal kami minta besok malam untuk menghemat waktu.

Bahaudin : Insya Allah saya hafal ayat-ayatnya.

Antonius : Baik, silahkan bapak sebutkan, kami akan catat.

Bahaudin : Saya akan sebutkan nama-nama surat dan nomor ayatnya, lalu saya akan beri keterangan dan saudara catat nama Surat dan nomor ayatnya yang sebut, lalu cocokkan lagi dirumah.

Antonius : baik, kami setuju.

Bahaudin : 1. Surat Al Baqarah, ayat 286: “Kepada dirinya apa yang ia kerjakan, dan atas dirinya apa yang dia lakukan.” Maksudnya, baik dan buruknya suatu perbuatan, harus ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya, tidak boleh dibebankan atas orang lain.

2. Surat Al Baqarah, ayat 123: “Dan Hendaknya kamu takut pada suatu hari (kiamat) tidak berkuasa seorang membebaskan sesuatu atas orang lain.” Maksudnya, kelak dihari kiamat, seseorang tidak berkuasa menebus dosanya orang lain, dan pahala tidak diperbolehkan atas orang lain. Masing-masing harus menanggung sendiri perbuatannya baik maupun jahat.

3. Surat Al Ankabut, ayat 6: “Siapa yang giat berusaha maka usahanya itu untuk dirinya sendiri.”

4. Surat Yaasiin, ayat 54: “Maka pada hari kiamat, tidak seorangpun akan teraniaya, dan kamu tidak akan dibalas, melainkan apa yang kamu sendiri telah kerjakan.”

5. Surat Al Isra’, ayat 15: “Dan seseorang tidak berkuasa memikul dosanya orang lain.”

6. Surat An Najm, ayat 38 dan 39: “Bahwa seseorang tidak berkuasa menanggung dosanya orang lain dan sesungguhnya seorangpun tidak akan menerima pahala melainkan daripada perbuatannya sendiri.”
7. Surat Luqman, ayat 33: “Hai Manusia hendaklah kamu takut kepada suatu hari (kiamat) seorang bapak tidak berkuasa membebaskan anaknya (dari perbuatan anaknya), seorang anak tak akan berkuasa membebaskan perbuatan bapaknya.”
Ayat-ayat yang saya sebutkan di atas tadi jelas sekali menunjukkan bahwa seseorang tidak berkuasa menebus dosanya atau mengambil oper pahala orang lain. Jadi dalam Islam, tidak ada manusia yang berkuasa menebus dosa, atau seorang pejabat menebus dosa, perbuatan baik atau jahat harus ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya. Saya kira sudah cukup ayat-ayat yang saya sebutkan, tetapi kalau saudara masih memerlukan, saya akan sebutkan lagi ayat-ayat yang lain.

Antonius : Sudah cukup, dan kami sudah mengerti, akan tetapi kami pernah membaca sebuah kitab yang menyebutkan sebuah Hadist Nabi Muhammad, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang menerangkan bahwa: “Mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh familinya.” Berdasarkan Hadist tersebut berarti bahwa siksaan atas mayit itu, disebabkan perbuatan orang lain, bukan dari perbuatan dirinya sendiri. Mayit itu disiksa lantaran “perbuatan” tangisnya orang lain. Kami telah tanyakan kepada beberapa orang yang kami pandang mengerti tentang agama Islam, dan salah seorang guru agama Islam mengenal susunan Hadist tersebut memberikan jawaban bahwa hadist itu benar (sahih), oleh karena yang meriwayatkan adalah Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Bahaudin : Hadist Nabi yang saudara bawakan itu susunannya demikian: “Telah berkata Umar dan Ibnu Umar: Bersabda Nabi Muhammad SAW. sesungguhnya mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh keluarganya (riwayat Bukhari dan Muslim).” Akan tetapi hakekatnya Hadist itu Tidak Sahih, oleh karena berlawanan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun oleh karena saudara yang beragama Kristen, mungkin belum mengetahui tentang Hadist-hadist Sahih dan Hadist-hadist Palsu, maka agar saudara yang hadir dipertemuan ini dapat mengikuti juga, merasa perlu saya terangkan bahwa menurut kitab-kitab Ushul Fiqih dan kitab Musthalahul Hadist, yang disebut Hadist Nabi, bukan saja mesti sah riwayatnya malah mesti beres susunannya dan arti dari pada hadist itu HARUS tidak berlawanan dengan kitab Al-Qur’an. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim jelas diterangkan demikian. Maksud Hadist tersebut, tatkala hadist yang menerangkan bahwa mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh familinya, di dengar oleh Siti Aisyah (Istri Nabi), maka Siti Aisyah menolak kebenaran Hadist tersebut. Aisyah berkata: “Cukuplah buat kamu Ayat Al-Qur’an; Dan tidak berkuasa seseorang menanggung dosa orang lain.

Antonius : Nah, kalau begitu Pak Kyai, sekarang kami telah mengerti bahwa berdasarkan Kitab Bibel sendiri dan Kitab Al-Qur’an pada hakekatnya dosa waris dan pahala waris itu tidak ada. Yakni setiap manusia menanggung sendiri dosanya, dan pahalanya menurut perbuatannya masing-masing. Ini adil namanya.

Bahaudin : Ya, seharusnya begitu; sebagaimana tersebut dalam kitab Bibel dan Al-Qur’an yang telah kita baca tadi. Akan tetapi supaya lebih jelas dan tambah meyakinkan saudara, silahkan saudara periksa di Injil: “Surat kiriman Rasul Paulus kepada orang Rum Pasal 2 ayat 5 dan 6.

Antonius : Baik, surat dan ayat ini menyebutkan sebagai berikut: “Tetapi menurut degilmu dan hati yang tiada mau bertobat, engkau menghimpunkan kemurkaan keatas dirimu untuk hari murka dan kenyataan hukum Allah yang adil.” “Yang akan membalas ke atas tiap-tiap orang menurut perbuatan masing-masing.”

Bahaudin : Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris.

Antonius : Tidak, malah sebaliknya setiap orang akan dibalas menurut amalnya masing-masing.

Bahaudin : Periksa lagi Matius pasal 16 ayat 27.

Antonius : Ayat ini menerangkan/menyebutkan: “Karena anak manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan segala malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap orang menurut perbuatannya.”

Bahaudin : Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris?

Antonius : Tidak ada, menurut ayat ini perbuatan dosa dan perbuatan baik akan ditanggung sendiri, tidak boleh dibebankan atau diwariskan pada orang lain.

Bahaudin : Jadi di Kitab Injil sendiri yang menyebutkan tidak adanya dosa waris.

Antonius : Ya, dari mana asalnya ada sebutan dosa waris itu.

Bahaudin : Apakah saudara masih memerlukan penjelasan lebih lanjut?

Antonius : Sudah sangat jelas sekali.

Bahaudin : Kalau begitu baiklah kita lanjutkan. Di ayat saudara bacakan tadi ada sebutan “Anak manusia … Bapanya.” Silahkan saudara bacakan sekali lagi.

Antonius : Baik, awal ayat tersebut menyebutkan: “Karena Anak Manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya…”

Bahaudin : Bagaimana menurut pengertian saudara yang dimaksudkan dengan “Anak Manusia dan Bapanya.”

Antonius : Anak manusia itu tentulah Yesus, sedang Bapa ialah Tuhan.

Bahaudin : Periksa lagi: “Surat kiriman yang kedua kepada orang Kristen ” pasal 5 ayat 10.

Antonius : Baik ayat ini menyebutkan: “Karena tak dapat tiada kita sekalian akan jadi nyata dihadapan kursi pengadilan Kristus, supaya tiap-tiap orang menerima balasan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh tubuh itu, baik atau jahat.”

Bahaudin : Ayat Injil sendiri yang menyebutkan, bahwa setiap orang harus bertanggung-jawab atas perbuatannya masing-masing, baik maupun jelek, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain.

Antonius : Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang bapak tunjukkan bahwa perbuatan baik atau jelek seseorang tidak dapat diwariskan kepada orang lain. Oleh karenanya, kepercayaan saya kepada dosa waris itu mulai luntur.

Bahaudin : Kalau begitu lantas bagaimana dosanya Adam dan Hawa, apakah dapat diwariskan kepada orang lain, tegasnya kepada anak cucunya.

Antonius : Berdasarkan ayat Bibel tersebut di atas tentu tidak. Jadi dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, seharusnya ditanggung sendiri oleh keduanya, tidak bisa diwariskan kepada anak cucunya.

Bahaudin : Dalam sejarah Agama Kristen kita kenal yang disebut: “biechten,” ialah orang yang berbuat dosa, dan “de biechtafleggen,” ialah orang yang meminta ampun atas kesalahannya, dan “Biecht-vader,” ialah orang-orang yang diberi wewenang memberi ampun. Setiap orang merasa menyesal atas kesalahannya dapat menerima ampunan dengan jalan membeli selembar surat yang menyebutkan bahwa orang yang berdosa sudah diberi ampun atas dosanya. Surat ampunan itu disebut “Aflaat-brieven” atau Indul gences, yang artinya kemurahan Tuhan.

Antonius : Ya, saya menyadari soal itu, keterangan bapak memuaskan saya.

Bahaudin : Bukan hanya demikian, akan tetapi Aflaat-brieven itu pada zaman dulu dipropaganda (gepredicht) di Negara Jerman oleh seorang rabib (nonnik) bernama “Tetzel” dalam tahun 1517 atas perintah Paus Leo, yang menjadi Paus pada tahun 1513-1521. Sebahagian dari pada hasil penjualan Aflaat-brieven itu digunakan untuk pendirian bangunan gereja “Saint Pieter Kerk” di kota Roma. Terlalu panjang kalau saya uraikan sejarah pemerintahan gereja di Eropa pada permulaan abad pertengahan.

Antonius : Terima kasih, kita lanjutkan saja soal yang lain, sekarang sudah larut malam, lain kali kami akan datang lagi


-----------------------------------------------------------------
Dibawah ini merupakan Link dialog Antara KH Bahaudin Mudhary dan Antonius Widuri

MALAM PERTAMA - Persetujuan Bersama. klik disini

MALAM KEDUA -
Tentang Injil (Bible) klik disini

MALAM KETIGA -
Masalah Ketuhanan Yesus. klik disini

MALAM KEEMPAT -
Yesus Penebus Dosa. klik disini

MALAM KELIMA -
Tentang Dosa Waris. klik disini

MALAM KEENAM -
Kitab Al Quran dan Kitab Bibel. klik disini

MALAM KETUJUH -
Mengakui Nabi SAW Utusan Allah. klik disini

MALAM KEDELAPAN -
Perselisihan Ayat-ayay dalam Bibel. klik disini

MALAM KESEMBILAN -
Masuk Islam. klik disini



Footenote___________________________________________
Judul Buku : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Oleh : KH. Bahaudin Mudhary
Penerbit :  Pustaka Da'i
Cetakan: Delapan, Juli 2008

LATANZA

Ponorogo: 19 Mei 2014
Saya persembahkan kajian ini untuk seseorang yang berada nun jauh disana - Amerika - semoga bermanfaat.

Malam Kelima tentang Dosa Waris

Suasana hadirin sedang mendengarkan dengan tertib dan tekun 
berlangsungnya dialog, antara lain Kyai Achmad Zainudding (alm), 
Kyai Achmad Marzuki (alm)dan Kyai Raden Abdussalam (alm). (Sumenep, 1970)

-----------------------------------------------------
Kisah Nyata Sembilan Hari
Mencari Tuhan
Malam Kelima
-----------------------------------------------------



MALAM KELIMA - TENTANG DOSA WARIS

Antonius : Saya ingin menerima penjelasan dari bapak kyai, tentang kepercayaan kepada dosa waris yang disebabkan karena dosanya Adam dan Hawa.

Bahaudin : Baiklah, saya akan berikan jawabannya, tetapi sebelumnya saya ajukan pertanyaan: Betulkah menurut kepercayaan Kristen bahwa anak cucu Adam dan Hawa dari sejak dilahirkan sudah membawa dosa.

Antonius : Betul begitu, karena Adam dan Hawa berdosa, maka cucunya menerima warisan dosa dari keduanya.

Bahaudin : Mengapa dosa Adam dan Hawa diwariskan kepada cucunya, mestinya setiap manusia memikul dosanya dari perbuatannya sendiri, bukan memikul dosanya orang lain.

Antonius : Tetapi menurut ajaran Kristen, setiap manusia pada sejak waktu dilahirkan sudah memikul dosa, atau menerima warisan dosa dari dosanya Adam dan Hawa. Oleh karena kedatangan Yesus itu adalah untuk menebus dosa-dosa manusia dari warisan Adam dan Hawa tersebut.

Bahaudin : Kalau keterangan saudara benar pada ajaran Kristen, silahkan saudara periksa kitab Nabi Yehezkiel pasal 18 ayat 20.

Antonius : Pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Orang berbuat dosa, ia itu juga akan mati; maka anak tiada akan menanggung kesalahan bapaknya, dan Bapa pun tiada akan menanggung kesalahan anak-anaknya; kebenaran orang yang benar akan tergantung atasnya dan kejahatan orang fasik pun akan tergantung atasnya.”

Bahaudin : Jelas Bibel sendiri menyebutkan bahwa setiap manusia akan menanggung sendiri perbuatan baik maupun buruk, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain. Berdasarkan ayat tersebut, maka dosa Adam dan Hawa harus ditanggung sendiri oleh keduanya. Tetapi mengapa dosa Adam dan Hawa harus diwariskan atas anak cucunya, sehingga anak cucunya ikut serta menanggung dosanya; padahal kitab Injil sendiri tegas menyebutkan bahwa setiap perbuatan baik atau buruk yang dikerjakan oleh seseorang tidak dapat dibebankan atas orang lain. Baiklah, saya teruskan pertanyaan saya pada saudara; sejak umur berapa saudara dibaptis.

Antonius : Kata orang tua saya, sejak umur tiga bulan dibawa ke gereja dan di sana dibaptis, oleh karena setiap manusia sejak dilahirkan sudah membawa dosanya Adam dan Hawa yang disebut Dosa Waris, jadi sejak bayipun sudah membawa dosa; oleh karenanya saya dibaptis waktu masih kecil.

Bahaudin : Apakah perbuatan demikian itu berdasarkan kitab Bibel

Antonius : Saya berkeyakinan demikian. Sebagaimana saya terangkan bahwa bayi yang baru dilahirkan itu tidak suci, yakni sudah membawa dosanya Adam dan Hawa.

Bahaudin : Kalau begitu, bayi yang belum dibaptis sekiranya ia meninggal dunia (mati) tentu tidak akan masuk surga, sebab matinya ada membawa dosanya Adam dan Hawa.

Antonius : Ya, mestinya demikian.

Bahaudin : Silahkan periksa Matius pasal 19 ayat 14.

Antonius : Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Tetapi kata Yesus. ‘Biarkanlah kanak-kanak itu, jangan dilarangkan mereka itu datang kepadaku, karena orang yang sama seperti inilah yang empunya kerajaan surga.’”

Bahaudin : Nah, … perhatikanlah di ayat itu nyata-nyata Yesus sendiri yang berkata ia mengakui kesuciannya kanak-kanak. Sedangkan mereka belum mengakui kesalibannya Yesus dan juga belum dibaptiskan, tetapi mempunyai kerajaan surga. Jadi berdasarkan pengakuan Yesus sendiri bahwa kanak-kanak itu tidak membawa dosa waris dari Adam dan Hawa, oleh karena itulah Yesus berkata: Mereka adalah suci dari dosa dan dengan sendirinya masuk surga. Saya ingin bertanya lagi, Saudara waktu umur tiga bulan itu sudah membawa dosakah atau belum.

Antonius : Kalau berdasarkan perkataan Yesus yang bapak katakan tadi, tentu tidak.

Bahaudin : Jadi masih suci dari dosa walaupun tanpa dibaptiskan.

Antonius : Ya betul demikian.

Bahaudin : Kalau begitu, apakah gunanya saudara dibaptis pada waktu umur tiga bulanitu?

Antonius : Waktu umur tiga bulan tentu saya tidak tahu apa-apa.

Bahaudin : Saya bertanya sekarang, bukan bertanya kepada saudara diwaktu saudara berumur tiga bulan. Jadi apakah sekarang saudara sudah menyadari tentang tidak adanya dosa waris.

Antonius : Seperti bapak terangkan tadi, berdasarkan pengakuan Yesus sendiri tentu saya menyadarinya. Karena, Yesus sendiri yang mengatakan bahwa anak-anak itu suci pada waktu dilahirkan.

Bahaudin : Nah, bagaimanakah sekarang, masih adakah pandangan saudara terhadap dosa waris.

Antonius : Tentu saja harus menyadari berdasarkan perkataan Yesus sendiri bahwa anak-anak yang baru dilahirkan itu suci tidak membawa dosa sedikitpun.

Bahaudin : Tidak membawa dosa yang bagaimana?

Antonius : Ya, tidak membawa warisan dosa dari Adam dan Hawa.

Bahaudin : Kalau begitu saudara telah mengakui bahwa dosa waris itu tidak ada?

Antonius : Ya, demikianlah harus saya akui berdasarkan Kitab Bibel sendiri.

Bahaudin : Syukur saudara telah mengakui tidak adanya dosa waris, kalau dosa waris itu turun-temurun, maka anak yang baru lahir yang belum tahu apa-apa belum bisa memisahkan antara yang baik dan buruk, kalau bayi itu mati ia membawa dosa dan masuk neraka, dan dimanakah letaknya keadilan Tuhan kalau demikian.

Antonius : Ya, saya bisa terima keterangan Bapak.

Bahaudin : Nah, coba pikirkan dengan penuh kesadaran. Kalau ada seorang tua dari beberapa orang anak, dan orang tua itu menjadi penipu, pencuri, penghianat, berbuat aniaya, kejam, dan bermacam-macam dosa ia kerjakan, lalu ia dihukum masuk penjara, apakah anak-anaknya juga diharuskan menanggung dosa orang-orang tuanya, lalu anak-anak itu harus dihukum juga masuk penjara dengan alasan dosa waris. Apakah pengadilan semacam itu akan dikatakan penegak keadilan.

Antonius : Terima kasih, saya sudah menyadari, bahwa dosa itu tidak bisa diwariskan atau dioperkan kepada orang lain.

Bahaudin : Syukur kalau begitu.

Antonius : Akan tetapi kalau dosa itu tidak bisa diwariskan mestinya pahala juga tidak diwariskan. Bagaimanakah menurut ajaran agama Islam dalam hal itu.

Bahaudin : Tidak bisa, malah tidak boleh; baik pahala maupun dosa dioperkan pada orang lain.

Antonius : Jawaban “tidak boleh” itu apakah menurut pendapat bapak sendirikah atau menurut ajaran Islam.

Bahaudin : Menurut ajaran Islam, pahala seseorang tidak boleh diwariskan atau dioper kepada orang lain, begitu juga dosanya seseorang tidak boleh diwariskan kepada orang lain. Setiap orang menanggung sendiri pahala dan dosanya atas perbuatannya sendiri.

Antonius : Akan tetapi saya pernah membaca sebuah buku agama Islam yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad pernah berkorban seekor kambing buat umatnya sekalian dan buat familinya. Ini berarti bahwa Nabi Muhammad mewariskan atau mengoperkan pahala kepada orang lain, yakni kepada umatnya dan familinya. Yang demikian itu bukan dosa waris, tetapi jelas pahala waris. Jadi di dalam ajaran Islam ada juga pahala waris, maka saya kira bapak tidak perlu urus tentang dosa-dosa waris dalam ajaran Kristen, kalau didalam ajaran Islam terdapat ajaran pahala waris atau ajaran oper pahala.

Bahaudin : Kalau buku agama Islam yang saudara baca mau dijadikan pokok tentang bolehnya warisan pahala, mestinya orang Islam boleh sembahyang dan berpuasa, lalu diwariskan pahalanya buat sekalian umat Islam yang masih hidup dan yang mati, tetapi tidak ada umat Islam yang berbuat demikian, kalaupun ada, mungkin karena mereka tidak tahu, bahwa perbuatan yang demikian itu, bertentangan dengan kitab sucinya Al-Qur’an. Jadi bukan kitab sucinya yang salah, tetapi penganutnya sendiri, dan berbeda dengan kitab Bibel yang mengandung banyak perselisihan antara satu ayat dengan yang lain. Di dalam kitab suci Al-Qur’an, tidak terdapat ajaran pahala waris maupun dosa waris. Akan tetapi dalam kitab Bibel (Kristen) antara satu ayat dengan ayat yang lain bersimpang siur.

Antonius : Saya pernah membaca kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia, kalau tidak keliru di dalam surat Ath Thurr ayat 21 ada menyebutkan yang maksudnya bahwa anak-anak orang mukmin akan dimasukkan surga lantaran ibu bapaknya. Jadi lantaran amalan ibu bapaknya anak-anak itu masuk surga. Kalau yang demikian itu bukan pahala waris, lalu apakah namanya.

Bahaudin : Ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu bunyinya akan saya bacakan sebagai berikut: Yang artinya: “Dan mereka yang beriman dan diikuti oleh anak-anak cucunya (keturunannya) dengan keimanan pula. Kami (Allah) kumpulkan anak cucu itu dengan mereka dan tiadalah kami kurangi pahala amalan mereka sedikit juapun.” (Surat Ath Thurr ayat 21). Di ayat ini jelas menyebutkan tidak adanya pahala waris, malah tanggungan pun mengenai pahala warispun tidak ada. Yang masuk surga bersama Ibu bapaknya itu adalah anak-anak yang belum baligh, karena yang sudah baligh tentu bertanggung jawab sendiri. Oleh karenanya dalam ayat tersebut ada sambungannya. Yang artinya: “Setiap orang bertanggung jawab (terikat) oleh amalannya sendiri-sendiri (masing-masing).” Jadi setiap orang menanggung dosa dan pahala atas perbuatannya masing-masing bukan warisan dari orang lain.

Antonius : Apakah di dalam Kitab Al-Qur’an ada yang lebih tegas menyebutkan bahwa dosa dan pahala itu tidak dapat diwariskan atau dihadiahkan pada orang lain.

Bahaudin : Ada, cukup banyak.

Antonius : Maafkan, kami ingin mengetahui di surat apa, dan di ayat berapa, kami akan cocokkan dirumah, karena kami ada mempunyai kitab terjemahan Al-Qur’an Bahasa Indonesia. Mungkin juga saudara-saudara yang hadir di sini juga memerlukan juga.

HADIRIN: Perlu diterangkan, karena memang penting diterangkan.

Bahaudin : Apakah tidak sebaiknya kita bersama-sama memeriksa di sini saja, kalau saudara menyetujui saya suruh ambilkan Al-Qur’an lalu saya tunjukkan surat dan ayatnya sekali. Bagaimana, apakah sekarang juga.

Antonius : Kalau Bapak hafal lebih baik sebutkan sekarang saja ayat-ayatnya, akan kami catat: lalu akan kami cocokkan dirumah dengan Al-Qur’an kami. Tapi kalau bapak tidak hafal kami minta besok malam untuk menghemat waktu.

Bahaudin : Insya Allah saya hafal ayat-ayatnya.

Antonius : Baik, silahkan bapak sebutkan, kami akan catat.

Bahaudin : Saya akan sebutkan nama-nama surat dan nomor ayatnya, lalu saya akan beri keterangan dan saudara catat nama Surat dan nomor ayatnya yang sebut, lalu cocokkan lagi dirumah.

Antonius : baik, kami setuju.

Bahaudin : 1. Surat Al Baqarah, ayat 286: “Kepada dirinya apa yang ia kerjakan, dan atas dirinya apa yang dia lakukan.” Maksudnya, baik dan buruknya suatu perbuatan, harus ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya, tidak boleh dibebankan atas orang lain.

2. Surat Al Baqarah, ayat 123: “Dan Hendaknya kamu takut pada suatu hari (kiamat) tidak berkuasa seorang membebaskan sesuatu atas orang lain.” Maksudnya, kelak dihari kiamat, seseorang tidak berkuasa menebus dosanya orang lain, dan pahala tidak diperbolehkan atas orang lain. Masing-masing harus menanggung sendiri perbuatannya baik maupun jahat.

3. Surat Al Ankabut, ayat 6: “Siapa yang giat berusaha maka usahanya itu untuk dirinya sendiri.”

4. Surat Yaasiin, ayat 54: “Maka pada hari kiamat, tidak seorangpun akan teraniaya, dan kamu tidak akan dibalas, melainkan apa yang kamu sendiri telah kerjakan.”

5. Surat Al Isra’, ayat 15: “Dan seseorang tidak berkuasa memikul dosanya orang lain.”

6. Surat An Najm, ayat 38 dan 39: “Bahwa seseorang tidak berkuasa menanggung dosanya orang lain dan sesungguhnya seorangpun tidak akan menerima pahala melainkan daripada perbuatannya sendiri.”
7. Surat Luqman, ayat 33: “Hai Manusia hendaklah kamu takut kepada suatu hari (kiamat) seorang bapak tidak berkuasa membebaskan anaknya (dari perbuatan anaknya), seorang anak tak akan berkuasa membebaskan perbuatan bapaknya.”
Ayat-ayat yang saya sebutkan di atas tadi jelas sekali menunjukkan bahwa seseorang tidak berkuasa menebus dosanya atau mengambil oper pahala orang lain. Jadi dalam Islam, tidak ada manusia yang berkuasa menebus dosa, atau seorang pejabat menebus dosa, perbuatan baik atau jahat harus ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya. Saya kira sudah cukup ayat-ayat yang saya sebutkan, tetapi kalau saudara masih memerlukan, saya akan sebutkan lagi ayat-ayat yang lain.

Antonius : Sudah cukup, dan kami sudah mengerti, akan tetapi kami pernah membaca sebuah kitab yang menyebutkan sebuah Hadist Nabi Muhammad, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang menerangkan bahwa: “Mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh familinya.” Berdasarkan Hadist tersebut berarti bahwa siksaan atas mayit itu, disebabkan perbuatan orang lain, bukan dari perbuatan dirinya sendiri. Mayit itu disiksa lantaran “perbuatan” tangisnya orang lain. Kami telah tanyakan kepada beberapa orang yang kami pandang mengerti tentang agama Islam, dan salah seorang guru agama Islam mengenal susunan Hadist tersebut memberikan jawaban bahwa hadist itu benar (sahih), oleh karena yang meriwayatkan adalah Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Bahaudin : Hadist Nabi yang saudara bawakan itu susunannya demikian: “Telah berkata Umar dan Ibnu Umar: Bersabda Nabi Muhammad SAW. sesungguhnya mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh keluarganya (riwayat Bukhari dan Muslim).” Akan tetapi hakekatnya Hadist itu Tidak Sahih, oleh karena berlawanan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun oleh karena saudara yang beragama Kristen, mungkin belum mengetahui tentang Hadist-hadist Sahih dan Hadist-hadist Palsu, maka agar saudara yang hadir dipertemuan ini dapat mengikuti juga, merasa perlu saya terangkan bahwa menurut kitab-kitab Ushul Fiqih dan kitab Musthalahul Hadist, yang disebut Hadist Nabi, bukan saja mesti sah riwayatnya malah mesti beres susunannya dan arti dari pada hadist itu HARUS tidak berlawanan dengan kitab Al-Qur’an. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim jelas diterangkan demikian. Maksud Hadist tersebut, tatkala hadist yang menerangkan bahwa mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh familinya, di dengar oleh Siti Aisyah (Istri Nabi), maka Siti Aisyah menolak kebenaran Hadist tersebut. Aisyah berkata: “Cukuplah buat kamu Ayat Al-Qur’an; Dan tidak berkuasa seseorang menanggung dosa orang lain.

Antonius : Nah, kalau begitu Pak Kyai, sekarang kami telah mengerti bahwa berdasarkan Kitab Bibel sendiri dan Kitab Al-Qur’an pada hakekatnya dosa waris dan pahala waris itu tidak ada. Yakni setiap manusia menanggung sendiri dosanya, dan pahalanya menurut perbuatannya masing-masing. Ini adil namanya.

Bahaudin : Ya, seharusnya begitu; sebagaimana tersebut dalam kitab Bibel dan Al-Qur’an yang telah kita baca tadi. Akan tetapi supaya lebih jelas dan tambah meyakinkan saudara, silahkan saudara periksa di Injil: “Surat kiriman Rasul Paulus kepada orang Rum Pasal 2 ayat 5 dan 6.

Antonius : Baik, surat dan ayat ini menyebutkan sebagai berikut: “Tetapi menurut degilmu dan hati yang tiada mau bertobat, engkau menghimpunkan kemurkaan keatas dirimu untuk hari murka dan kenyataan hukum Allah yang adil.” “Yang akan membalas ke atas tiap-tiap orang menurut perbuatan masing-masing.”

Bahaudin : Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris.

Antonius : Tidak, malah sebaliknya setiap orang akan dibalas menurut amalnya masing-masing.

Bahaudin : Periksa lagi Matius pasal 16 ayat 27.

Antonius : Ayat ini menerangkan/menyebutkan: “Karena anak manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan segala malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap orang menurut perbuatannya.”

Bahaudin : Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris?

Antonius : Tidak ada, menurut ayat ini perbuatan dosa dan perbuatan baik akan ditanggung sendiri, tidak boleh dibebankan atau diwariskan pada orang lain.

Bahaudin : Jadi di Kitab Injil sendiri yang menyebutkan tidak adanya dosa waris.

Antonius : Ya, dari mana asalnya ada sebutan dosa waris itu.

Bahaudin : Apakah saudara masih memerlukan penjelasan lebih lanjut?

Antonius : Sudah sangat jelas sekali.

Bahaudin : Kalau begitu baiklah kita lanjutkan. Di ayat saudara bacakan tadi ada sebutan “Anak manusia … Bapanya.” Silahkan saudara bacakan sekali lagi.

Antonius : Baik, awal ayat tersebut menyebutkan: “Karena Anak Manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya…”

Bahaudin : Bagaimana menurut pengertian saudara yang dimaksudkan dengan “Anak Manusia dan Bapanya.”

Antonius : Anak manusia itu tentulah Yesus, sedang Bapa ialah Tuhan.

Bahaudin : Periksa lagi: “Surat kiriman yang kedua kepada orang Kristen ” pasal 5 ayat 10.

Antonius : Baik ayat ini menyebutkan: “Karena tak dapat tiada kita sekalian akan jadi nyata dihadapan kursi pengadilan Kristus, supaya tiap-tiap orang menerima balasan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh tubuh itu, baik atau jahat.”

Bahaudin : Ayat Injil sendiri yang menyebutkan, bahwa setiap orang harus bertanggung-jawab atas perbuatannya masing-masing, baik maupun jelek, tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain.

Antonius : Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang bapak tunjukkan bahwa perbuatan baik atau jelek seseorang tidak dapat diwariskan kepada orang lain. Oleh karenanya, kepercayaan saya kepada dosa waris itu mulai luntur.

Bahaudin : Kalau begitu lantas bagaimana dosanya Adam dan Hawa, apakah dapat diwariskan kepada orang lain, tegasnya kepada anak cucunya.

Antonius : Berdasarkan ayat Bibel tersebut di atas tentu tidak. Jadi dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, seharusnya ditanggung sendiri oleh keduanya, tidak bisa diwariskan kepada anak cucunya.

Bahaudin : Dalam sejarah Agama Kristen kita kenal yang disebut: “biechten,” ialah orang yang berbuat dosa, dan “de biechtafleggen,” ialah orang yang meminta ampun atas kesalahannya, dan “Biecht-vader,” ialah orang-orang yang diberi wewenang memberi ampun. Setiap orang merasa menyesal atas kesalahannya dapat menerima ampunan dengan jalan membeli selembar surat yang menyebutkan bahwa orang yang berdosa sudah diberi ampun atas dosanya. Surat ampunan itu disebut “Aflaat-brieven” atau Indul gences, yang artinya kemurahan Tuhan.

Antonius : Ya, saya menyadari soal itu, keterangan bapak memuaskan saya.

Bahaudin : Bukan hanya demikian, akan tetapi Aflaat-brieven itu pada zaman dulu dipropaganda (gepredicht) di Negara Jerman oleh seorang rabib (nonnik) bernama “Tetzel” dalam tahun 1517 atas perintah Paus Leo, yang menjadi Paus pada tahun 1513-1521. Sebahagian dari pada hasil penjualan Aflaat-brieven itu digunakan untuk pendirian bangunan gereja “Saint Pieter Kerk” di kota Roma. Terlalu panjang kalau saya uraikan sejarah pemerintahan gereja di Eropa pada permulaan abad pertengahan.

Antonius : Terima kasih, kita lanjutkan saja soal yang lain, sekarang sudah larut malam, lain kali kami akan datang lagi


-----------------------------------------------------------------
Dibawah ini merupakan Link dialog Antara KH Bahaudin Mudhary dan Antonius Widuri

MALAM PERTAMA - Persetujuan Bersama. klik disini

MALAM KEDUA -
Tentang Injil (Bible) klik disini

MALAM KETIGA -
Masalah Ketuhanan Yesus. klik disini

MALAM KEEMPAT -
Yesus Penebus Dosa. klik disini

MALAM KELIMA -
Tentang Dosa Waris. klik disini

MALAM KEENAM -
Kitab Al Quran dan Kitab Bibel. klik disini

MALAM KETUJUH -
Mengakui Nabi SAW Utusan Allah. klik disini

MALAM KEDELAPAN -
Perselisihan Ayat-ayay dalam Bibel. klik disini

MALAM KESEMBILAN -
Masuk Islam. klik disini



Footenote___________________________________________
Judul Buku : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Oleh : KH. Bahaudin Mudhary
Penerbit :  Pustaka Da'i
Cetakan: Delapan, Juli 2008

LATANZA

Ponorogo: 19 Mei 2014
Saya persembahkan kajian ini untuk seseorang yang berada nun jauh disana - Amerika - semoga bermanfaat.
Suasana dialog antara KH. Bahaudin Mudhary (kiri)
dengan Antonius Widuri (Sumenep, 1970)

-----------------------------------------------------
Kisah Nyata Sembilan Hari
Mencari Tuhan
Malam Keempat
-----------------------------------------------------


MALAM KE EMPAT - YESUS PENEBUS DOSA


Bahaudin : Betulkah Kepercayaan Kristen bahwa datangnya Yesus adalah untuk menebus Dosa.

Antonius : Memang demikian.

Bahaudin : Dimanakah menyebutkan.

Antonius : Dalam kitab Perbuatan Rasul-rasul pasal 5 ayat 31

Bahaudin : Tolong bacakanlah.

Antonius : Baik, di sini ada menyebutkan: “Ia inilah ditinggalkan oleh tangan kanan Allah menjadi Raja dan Juru Selamat akan mengaruniakan tobat kepada Bani Israil dan jalan keampunan dosa.”

Bahaudin : Susunan kata ini diucapkan oleh Petrus, bukan perkataan Yesus dan bukan wahyu dari Tuhan.

Antonius : Tetapi dalam Injil Lukas pasal 2 ayat 10 dan 11 juga ada menyebutkan.

Bahaudin : Bacakanlah.

Antonius : Disini menyebutkan: “Maka kata malaikat itu kepada mereka itu: ‘Jangan takut, karena sesungguhnya Aku memberikan kepadamu suatu kesukaan besar yang akan jadi bagi segenap kaum. Sebab pada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itu, di dalam negeri Daud.’”

Bahaudin : Malaikat itu berkata kepada siapa menurut ayat itu.

Antonius : Di Lukas pasal 2 ayat 8 dan 9 menyebutkan bahwa malaikat berkata kepada orang gembala yang tinggal di padang, menjaga kawan binatangnya pada waktu malam.

Bahaudin : Tidak ada keterangan bahwa yang berkata itu malaikat, dan tidak ada pernyataan dari orang gembala sendiri mengenai peristiwa tersebut.

Antonius : Buat saya tidak perlu memeriksa lebih mendalam lagi, karena di Injil menyebutkan Yesus adalah Juru Selamat dan penebus dosa, itu sudah cukup.

Bahaudin : Baik, kalau saudara tidak perlu memeriksa kembali ayat tersebut tidak apa, saya ikuti kemauan saudara, namun saya ingin memberitahukan kepada saudara, bahwa dalam kitab Kisah Rasul pasal 5 ayat 31 yang saudara baca tadi ada menyebutkan bahwa Yesus, hanya penebus dosa bagi Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia. Dan saudara sendiri selaku penganut agama Kristen tentunya tidak tertebus dosanya oleh Yesus, oleh karena saudara bukan turunan Bani Israil. Demikianlah kalau saudara betul-betul berpegang pada Kitab Suci saudara kitab Injil saudara, yang telah saudara baca sendiri.

Antonius : Diwaktu itu mungkin hanya Bani Israil saja yang ada. Karena itulah Yesus berkata begitu, tetapi pada hakekatnya untuk semua manusia.

Bahaudin : Kalau benar sanggahan saudara, silahkan saudara buka di Matius pasal 1 ayat 21.

Antonius : Baik, di Matius pasal 1 ayat 21 menyebutkan: “Maka Ia akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamakan Ia Yesus, karena Ia-lah yang akan melepaskan kaumnya dari pada segala dosanya.”

Bahaudin : Apakah belum Jelas, Bibel sendiri yang menerangkan bahwa kedatangan Yesus hanya untuk melepaskan dosa kaumnya saja bukan untuk semua manusia, sebagaimana kita telah bicarakan.

Antonius : Akan tetapi dapat juga saya artikan: “Kaum” itu dengan “Bangsa,” ialah bangsa manusia. Jadi yang dimaksudkan ialah untuk semua bangsa.

Bahaudin : Dengan dasar apa saudara memberi arti begitu. Di Bibel sendiri nyata-nyata menyebutkan dengan kata “Kaumnya.” Taruh kata saudara alihkan kata: “Kaum” dengan arti “Bangsa,” maka yang demikianpun tidak dapat diartikan lain, kecuali hanya bangsanya Yesus sendiri saja ialah bangsa Ibrani (Israil).

Antonius : Saya masih belum yakin keterangan bapak selama di Bibel sendiri tidak menyebutkan dengan tegas, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja.

Bahaudin : Sekiranya di Bibel ada menyebutkan, betulkah saudara akan menjadi yakin, bahwa kedatangan Yesus itu bukan untuk semua bangsa.

Antonius : Ya, saya yakin, dan demikianlah pendapat saya.

Bahaudin : Apakah saudara sudah periksa di Bibel.

Antonius : Saya sudah periksa, tetapi saya tidak hafal ayat-ayat Bibel yang ratusan malah mungkin ribuan ayat itu.

Bahaudin : Kalau begitu, silahkan periksa Injil Matius pasal 15 ayat 24.

Antonius : Baik, disini menyebutkan: “Maka jawab Yesus, katanya ‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain hanya kepada segala domba yang sesat diantara Bani Israil.’”

Bahaudin : Bukankah ayat ini sudah jelas, dan tidak bisa diputar-putar lagi, Yesus sendiri mengakui bahwa ia di Utus untuk Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia atau lain. Jadi kalau penganut Yesus (umat Kristen) yang bukan golongan Bani Israil, tentunya tidak termasuk umatnya Yesus, dan dosanya tidak bisa ditebus/tertebus, karena Yesus hanya menjadi Juru Selamat untuk Bani Israil saja, sedangkan saudara sendiripun bukan dari golongan Bani Israil.

Antonius : Ya, kalau demikian bagi saya agak repot. Entah bagaimana ini semestinya.

Bahaudin : Nah, kalau begitu orang bisa berpendapat apakah faedahnya orang-orang Kristen menyebarkan agamanya kepada manusia yang bukan Bani Israil. Sedangkan Yesus sendiri tidak berbuat demikian. Apakah cara yang demikian tidak bisa dinamakan melangkahi ajaran Yesus. Dan di Injil Matius yang saudara baca baru-baru ini ada menyebutkan juga susunan kata Yesus sendiri “Tiadalah aku disuruhkan kepada yang lain.” Jelas disini Yesus sendiri ia mengakui ia disuruh. Kalau Yesus itu dikatakan Tuhan, maka pantaskah Tuhan itu jadi pesuruh. Jadi Yesus itu bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan sesuai dengan pengakuan Yesus sendiri, yang menyebutkan dalam Kitab Injil saudara sendiri.

Antonius : Betul begitu, akan tetapi maaf terlebih dulu apakah misalnya tidak mungkin ayat itu ada salah cetak. Ini hanya kira-kiraan saya sendiri saja, tetapi sekali lagi saya minta maaf.

Bahaudin : Tidak apa saudara bersikap ragu-ragu, tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan baiklah kita periksa kitab yang berbahasa Belanda ini yang kebetulan saudara bawa. Kitab ini berjudul: “Bijbellezingen voor het Huisgezin.” Setujukah saudara.

Antonius : Baiklah, dan memang demikian maksud kami sebelumnya, agar dapat kita periksa bersama-sama apakah ayat Bibel yang berbahasa Indonesia, ada bersamaan maksudnya dengan yang berbahasa Belanda.

Bahaudin : Silahkan saudara periksa di bab: “De onderdanen van het koningrijk” halaman 834, ayat 12 apakah sudah diketemukan ayatnya.

Antonius : Sudah ini dia.

Bahaudin : Nah mari kita periksa, di ayat ini menyebutkan: “Toen de vrouw van Kanaan tot Christus kwan, Hem om smehende haar dochter te genezen, wat zei Hijtoen?. Maar Hij antwoordende, zeide: ‘Ik ben niet gezenden dan tot de verloren schapen van huis Israel.’” Kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia: “Ketika seorang perempuan dari Kanaan datang di hadapan Kristus mengemis-mengemis padanya supaya mengobati (menyembuhkan) anaknya, lalu apakah katanya?. Maka jawab Yesus, katanya: ‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain, hanya kepada segala domba yang sesat dari antara Bani Israil.’”

Antonius : Yah terus terang saja, tampaknya pendirian saya sudah mulai condong kepada keterangan-keterangan bapak.

Bahaudin : Alhamdulillah, saya bersyukur, karena saudara sudah tambah bimbang dalam keyakinan saudara. Pada pertemuan yang lalu, kita sudah membaca susunan ayat di Injil Matius pasal 26 ayat 1 dan 2.

Antonius : Betul saya ingat, saya akan menjelaskan ayat tersebut.

Bahaudin : Baik, kalau saudara masih merasa perlu memberikan penjelasan.

Antonius : Saya akan bacakan lagi bunyi ayat tersebut.

Bahaudin : Baik, pada pertemuan yang lalu telah saya terangkan. Mungkin saudara masih perlu membantah (membantah keterangan saya tersebut). Silahkan saudara membacanya.

Antonius : Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut: “Setelah Yesus menyudahi ucapan itu, maka bertuturlah pula ia kepada murid-muridnya: ‘Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada hari raya Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya ia disalibkan.’” Jadi kedatangan Yesus memang untuk disalib. Berdasarkan ayat ini.

Bahaudin : Mengapa Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan di waktu akan disalib, kalau memang benar kedatangan Yesus untuk disalib. Mestinya dia bersedia untuk disalib. Seruan Yesus minta-minta tolong itu, sebagaimana saya telah sebutkan pada pertemuan kita yang pertama, ialah di Matius pasal 27 ayat 46: yang bunyinya sebagai berikut: “Maka sekira-kira pukul tiga itu, berserulah Yesus dengan suara yang nyaring, katanya: ‘Eli, Eli, lama sabachtani.’” artinya ‘Ya Tuhanku, Ya Tuhanku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku.”

Antonius : Di ayat yang dibacakan tadi menunjukkan badan ketuhanan Yesus sudah mengetahui lebih dahulu bahwa badan kemanusiaannya akan di salib. Jadi yang berteriak itu bukan anak Tuhan, melainkan badan kemanusiaannya Yesus, oleh karenanya itu ia menyerah untuk disalib.

Bahaudin : Kalau begitu, diwaktu Yesus di Salib ada dimanakah badan ketuhanannya Yesus itu. Kalau saudara menjawab terpisah, maka hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya Yesus menjadi satu dengan Tuhan. Tetapi kalau saudara menjawab tetap di situ, mengapa badan ketuhanannya tidak dapat menolong Yesus, sehingga ia berteriak-teriak minta tolong.

Antonius : Saya tidak mengerti bagaimana soal ini sebenarnya.

Bahaudin : Bukan itu saja, malah kita masih bisa meneruskan lagi di Matius pasal 26 ayat 38 yang menyebutkan: “Kemudian kata Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat sangat berduka cita hampir mati rasaku; tinggallah kamu di sini dan berjagalah sertaku.’” Mengapa badan Ketuhanan Yesus tidak berkuasa menghilangkan duka cita yang dirasakan olehnya. Malah ia berkata kepada muridnya minta berjaga bersama dia. Pantaskah Tuhan minta-minta kepada manusia.

Antonius : Kalau saya berpegang pada ayat Injil tersebut, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja, maka apakah salahnya kalau kita mengajak manusia diluar Bani Israil supaya percaya kepada Yesus.

Bahaudin : Kalau saudara konsekwen berpegang pada ayat Injil itu mestinya tidak demikian pendapat saudara. Kalau saudara telah menyimpang dari langkah Yesus oleh karena Yesus sendiri mengatakan bahwa kedatangannya hanya untuk menebus dosa Bani Israil semata-mata, bukan manusia lainnya.

Antonius : Taruh kata kedatangan Yesus itu hanya untuk Bani Israil saja, dan andaikata ada orang dari luar Bani Israil yang masuk Kristen, maka hal tersebut tidak berarti ayat Injil dan ajaran Kristen itu ada kesalahan.

Bahaudin : Kalau begitu apakah orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus itu sudah tertebus dosanya?

Antonius : Entahlah.

Bahaudin : Mengapa dalam kitab Injil tersebut Yesus berkata bahwa kedatangannya untuk menebus dosanya Bani Israil. Dengan demikian maka orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus mestinya sudah tertebus dosanya. Terlebih lagi berdasarkan keterangan saudara mestinya manusia yang menyalibkan Yesus itu tidak berdosa, malah menerima pahala besar, kalau kedatangannya Yesus memang untuk disalib. Andaikata tidak ada orang yang bersedia menyalibkan Yesus, tentu tidak terlepas dosanya Bani Israil dan kedatangannya Yesus tidak dapat lagi disebut selaku penebus dosa. Mestinya orang yang menyalibkan Yesus itu menerima pahala besar, tidak dilaknat, karena mereka telah berjasa menyalibkan Yesus, karena perbuatan mereka itulah, dosa-dosa Bani Israil tertebus semuanya. Jawaban ini sebagian telah saya sampaikan pada pertemuan kita yang lalu.

Antonius : Dalam hal ini saya belum bisa menjawab sekarang, tetapi mungkin dilain waktu.

Bahaudin : Saya akan ulangi lagi pertanyaan saya: Betulkah lantaran Yesus disalib, dosa bisa terhapus.

Antonius : Ya, betul begitu menurut ayat Injil.

Bahaudin : Alat apakah digunakan untuk menyalibkan Yesus.

Antonius : Kalau saya tidak salah, ialah kayu yang disebut: “Kayu Salib”

Bahaudin : Kalau begitu Yesus tergantung pada kayu pada waktu disalibkan.

Antonius : Ya, demikian, sebagaimana kita sering melihat gambar Yesus disalib.

Bahaudin : Silahkan saudara periksa di Galatia pasal 3 ayat 13.

Antonius : Baik, disini disebutkan: “Maka Kristus sudah menebus kita dari pada kutuk Torat itu dengan menjadi satu kutuk karena kita, karena ada tersurat: ‘Bahwa terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu.’”

Bahaudin : Menurut keterangan saudara, Yesus rela untuk di salib, sedangkan menurut Galatia yang saudara baca menyebutkan: Terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu, dan kalau begitu apakah bisa menebus dosa manusia.

Antonius : Terima kasih, saya sudah menyadari. Apakah tidak sebaiknya kita pindah kepada pasal-pasal yang lain. Tetapi di lain malam, karena sekarang waktunya sudah terlalu larut malam.

Bahaudin : Baiklah terserah saudara.


-----------------------------------------------------------------
Dibawah ini merupakan Link dialog Antara KH Bahaudin Mudhary dan Antonius Widuri

MALAM PERTAMA - Persetujuan Bersama. klik disini

MALAM KEDUA -
Tentang Injil (Bible) klik disini

MALAM KETIGA -
Masalah Ketuhanan Yesus. klik disini

MALAM KEEMPAT -
Yesus Penebus Dosa. klik disini

MALAM KELIMA -
Tentang Dosa Waris. klik disini

MALAM KEENAM -
Kitab Al Quran dan Kitab Bibel. klik disini

MALAM KETUJUH -
Mengakui Nabi SAW Utusan Allah. klik disini

MALAM KEDELAPAN -
Perselisihan Ayat-ayay dalam Bibel. klik disini

MALAM KESEMBILAN -
Masuk Islam. klik disini



Footenote___________________________________________
Judul Buku : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Oleh : KH. Bahaudin Mudhary
Penerbit :  Pustaka Da'i
Cetakan: Delapan, Juli 2008

LATANZA

Ponorogo: 19 Mei 2014
Saya persembahkan kajian ini untuk seseorang yang berada nun jauh disana - Amerika - semoga bermanfaat.

Malam Ke Empat - Yesus Penebus Dosa

Suasana dialog antara KH. Bahaudin Mudhary (kiri)
dengan Antonius Widuri (Sumenep, 1970)

-----------------------------------------------------
Kisah Nyata Sembilan Hari
Mencari Tuhan
Malam Keempat
-----------------------------------------------------


MALAM KE EMPAT - YESUS PENEBUS DOSA


Bahaudin : Betulkah Kepercayaan Kristen bahwa datangnya Yesus adalah untuk menebus Dosa.

Antonius : Memang demikian.

Bahaudin : Dimanakah menyebutkan.

Antonius : Dalam kitab Perbuatan Rasul-rasul pasal 5 ayat 31

Bahaudin : Tolong bacakanlah.

Antonius : Baik, di sini ada menyebutkan: “Ia inilah ditinggalkan oleh tangan kanan Allah menjadi Raja dan Juru Selamat akan mengaruniakan tobat kepada Bani Israil dan jalan keampunan dosa.”

Bahaudin : Susunan kata ini diucapkan oleh Petrus, bukan perkataan Yesus dan bukan wahyu dari Tuhan.

Antonius : Tetapi dalam Injil Lukas pasal 2 ayat 10 dan 11 juga ada menyebutkan.

Bahaudin : Bacakanlah.

Antonius : Disini menyebutkan: “Maka kata malaikat itu kepada mereka itu: ‘Jangan takut, karena sesungguhnya Aku memberikan kepadamu suatu kesukaan besar yang akan jadi bagi segenap kaum. Sebab pada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itu, di dalam negeri Daud.’”

Bahaudin : Malaikat itu berkata kepada siapa menurut ayat itu.

Antonius : Di Lukas pasal 2 ayat 8 dan 9 menyebutkan bahwa malaikat berkata kepada orang gembala yang tinggal di padang, menjaga kawan binatangnya pada waktu malam.

Bahaudin : Tidak ada keterangan bahwa yang berkata itu malaikat, dan tidak ada pernyataan dari orang gembala sendiri mengenai peristiwa tersebut.

Antonius : Buat saya tidak perlu memeriksa lebih mendalam lagi, karena di Injil menyebutkan Yesus adalah Juru Selamat dan penebus dosa, itu sudah cukup.

Bahaudin : Baik, kalau saudara tidak perlu memeriksa kembali ayat tersebut tidak apa, saya ikuti kemauan saudara, namun saya ingin memberitahukan kepada saudara, bahwa dalam kitab Kisah Rasul pasal 5 ayat 31 yang saudara baca tadi ada menyebutkan bahwa Yesus, hanya penebus dosa bagi Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia. Dan saudara sendiri selaku penganut agama Kristen tentunya tidak tertebus dosanya oleh Yesus, oleh karena saudara bukan turunan Bani Israil. Demikianlah kalau saudara betul-betul berpegang pada Kitab Suci saudara kitab Injil saudara, yang telah saudara baca sendiri.

Antonius : Diwaktu itu mungkin hanya Bani Israil saja yang ada. Karena itulah Yesus berkata begitu, tetapi pada hakekatnya untuk semua manusia.

Bahaudin : Kalau benar sanggahan saudara, silahkan saudara buka di Matius pasal 1 ayat 21.

Antonius : Baik, di Matius pasal 1 ayat 21 menyebutkan: “Maka Ia akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamakan Ia Yesus, karena Ia-lah yang akan melepaskan kaumnya dari pada segala dosanya.”

Bahaudin : Apakah belum Jelas, Bibel sendiri yang menerangkan bahwa kedatangan Yesus hanya untuk melepaskan dosa kaumnya saja bukan untuk semua manusia, sebagaimana kita telah bicarakan.

Antonius : Akan tetapi dapat juga saya artikan: “Kaum” itu dengan “Bangsa,” ialah bangsa manusia. Jadi yang dimaksudkan ialah untuk semua bangsa.

Bahaudin : Dengan dasar apa saudara memberi arti begitu. Di Bibel sendiri nyata-nyata menyebutkan dengan kata “Kaumnya.” Taruh kata saudara alihkan kata: “Kaum” dengan arti “Bangsa,” maka yang demikianpun tidak dapat diartikan lain, kecuali hanya bangsanya Yesus sendiri saja ialah bangsa Ibrani (Israil).

Antonius : Saya masih belum yakin keterangan bapak selama di Bibel sendiri tidak menyebutkan dengan tegas, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja.

Bahaudin : Sekiranya di Bibel ada menyebutkan, betulkah saudara akan menjadi yakin, bahwa kedatangan Yesus itu bukan untuk semua bangsa.

Antonius : Ya, saya yakin, dan demikianlah pendapat saya.

Bahaudin : Apakah saudara sudah periksa di Bibel.

Antonius : Saya sudah periksa, tetapi saya tidak hafal ayat-ayat Bibel yang ratusan malah mungkin ribuan ayat itu.

Bahaudin : Kalau begitu, silahkan periksa Injil Matius pasal 15 ayat 24.

Antonius : Baik, disini menyebutkan: “Maka jawab Yesus, katanya ‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain hanya kepada segala domba yang sesat diantara Bani Israil.’”

Bahaudin : Bukankah ayat ini sudah jelas, dan tidak bisa diputar-putar lagi, Yesus sendiri mengakui bahwa ia di Utus untuk Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia atau lain. Jadi kalau penganut Yesus (umat Kristen) yang bukan golongan Bani Israil, tentunya tidak termasuk umatnya Yesus, dan dosanya tidak bisa ditebus/tertebus, karena Yesus hanya menjadi Juru Selamat untuk Bani Israil saja, sedangkan saudara sendiripun bukan dari golongan Bani Israil.

Antonius : Ya, kalau demikian bagi saya agak repot. Entah bagaimana ini semestinya.

Bahaudin : Nah, kalau begitu orang bisa berpendapat apakah faedahnya orang-orang Kristen menyebarkan agamanya kepada manusia yang bukan Bani Israil. Sedangkan Yesus sendiri tidak berbuat demikian. Apakah cara yang demikian tidak bisa dinamakan melangkahi ajaran Yesus. Dan di Injil Matius yang saudara baca baru-baru ini ada menyebutkan juga susunan kata Yesus sendiri “Tiadalah aku disuruhkan kepada yang lain.” Jelas disini Yesus sendiri ia mengakui ia disuruh. Kalau Yesus itu dikatakan Tuhan, maka pantaskah Tuhan itu jadi pesuruh. Jadi Yesus itu bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan sesuai dengan pengakuan Yesus sendiri, yang menyebutkan dalam Kitab Injil saudara sendiri.

Antonius : Betul begitu, akan tetapi maaf terlebih dulu apakah misalnya tidak mungkin ayat itu ada salah cetak. Ini hanya kira-kiraan saya sendiri saja, tetapi sekali lagi saya minta maaf.

Bahaudin : Tidak apa saudara bersikap ragu-ragu, tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan baiklah kita periksa kitab yang berbahasa Belanda ini yang kebetulan saudara bawa. Kitab ini berjudul: “Bijbellezingen voor het Huisgezin.” Setujukah saudara.

Antonius : Baiklah, dan memang demikian maksud kami sebelumnya, agar dapat kita periksa bersama-sama apakah ayat Bibel yang berbahasa Indonesia, ada bersamaan maksudnya dengan yang berbahasa Belanda.

Bahaudin : Silahkan saudara periksa di bab: “De onderdanen van het koningrijk” halaman 834, ayat 12 apakah sudah diketemukan ayatnya.

Antonius : Sudah ini dia.

Bahaudin : Nah mari kita periksa, di ayat ini menyebutkan: “Toen de vrouw van Kanaan tot Christus kwan, Hem om smehende haar dochter te genezen, wat zei Hijtoen?. Maar Hij antwoordende, zeide: ‘Ik ben niet gezenden dan tot de verloren schapen van huis Israel.’” Kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia: “Ketika seorang perempuan dari Kanaan datang di hadapan Kristus mengemis-mengemis padanya supaya mengobati (menyembuhkan) anaknya, lalu apakah katanya?. Maka jawab Yesus, katanya: ‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain, hanya kepada segala domba yang sesat dari antara Bani Israil.’”

Antonius : Yah terus terang saja, tampaknya pendirian saya sudah mulai condong kepada keterangan-keterangan bapak.

Bahaudin : Alhamdulillah, saya bersyukur, karena saudara sudah tambah bimbang dalam keyakinan saudara. Pada pertemuan yang lalu, kita sudah membaca susunan ayat di Injil Matius pasal 26 ayat 1 dan 2.

Antonius : Betul saya ingat, saya akan menjelaskan ayat tersebut.

Bahaudin : Baik, kalau saudara masih merasa perlu memberikan penjelasan.

Antonius : Saya akan bacakan lagi bunyi ayat tersebut.

Bahaudin : Baik, pada pertemuan yang lalu telah saya terangkan. Mungkin saudara masih perlu membantah (membantah keterangan saya tersebut). Silahkan saudara membacanya.

Antonius : Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut: “Setelah Yesus menyudahi ucapan itu, maka bertuturlah pula ia kepada murid-muridnya: ‘Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada hari raya Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya ia disalibkan.’” Jadi kedatangan Yesus memang untuk disalib. Berdasarkan ayat ini.

Bahaudin : Mengapa Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan di waktu akan disalib, kalau memang benar kedatangan Yesus untuk disalib. Mestinya dia bersedia untuk disalib. Seruan Yesus minta-minta tolong itu, sebagaimana saya telah sebutkan pada pertemuan kita yang pertama, ialah di Matius pasal 27 ayat 46: yang bunyinya sebagai berikut: “Maka sekira-kira pukul tiga itu, berserulah Yesus dengan suara yang nyaring, katanya: ‘Eli, Eli, lama sabachtani.’” artinya ‘Ya Tuhanku, Ya Tuhanku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku.”

Antonius : Di ayat yang dibacakan tadi menunjukkan badan ketuhanan Yesus sudah mengetahui lebih dahulu bahwa badan kemanusiaannya akan di salib. Jadi yang berteriak itu bukan anak Tuhan, melainkan badan kemanusiaannya Yesus, oleh karenanya itu ia menyerah untuk disalib.

Bahaudin : Kalau begitu, diwaktu Yesus di Salib ada dimanakah badan ketuhanannya Yesus itu. Kalau saudara menjawab terpisah, maka hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya Yesus menjadi satu dengan Tuhan. Tetapi kalau saudara menjawab tetap di situ, mengapa badan ketuhanannya tidak dapat menolong Yesus, sehingga ia berteriak-teriak minta tolong.

Antonius : Saya tidak mengerti bagaimana soal ini sebenarnya.

Bahaudin : Bukan itu saja, malah kita masih bisa meneruskan lagi di Matius pasal 26 ayat 38 yang menyebutkan: “Kemudian kata Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat sangat berduka cita hampir mati rasaku; tinggallah kamu di sini dan berjagalah sertaku.’” Mengapa badan Ketuhanan Yesus tidak berkuasa menghilangkan duka cita yang dirasakan olehnya. Malah ia berkata kepada muridnya minta berjaga bersama dia. Pantaskah Tuhan minta-minta kepada manusia.

Antonius : Kalau saya berpegang pada ayat Injil tersebut, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja, maka apakah salahnya kalau kita mengajak manusia diluar Bani Israil supaya percaya kepada Yesus.

Bahaudin : Kalau saudara konsekwen berpegang pada ayat Injil itu mestinya tidak demikian pendapat saudara. Kalau saudara telah menyimpang dari langkah Yesus oleh karena Yesus sendiri mengatakan bahwa kedatangannya hanya untuk menebus dosa Bani Israil semata-mata, bukan manusia lainnya.

Antonius : Taruh kata kedatangan Yesus itu hanya untuk Bani Israil saja, dan andaikata ada orang dari luar Bani Israil yang masuk Kristen, maka hal tersebut tidak berarti ayat Injil dan ajaran Kristen itu ada kesalahan.

Bahaudin : Kalau begitu apakah orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus itu sudah tertebus dosanya?

Antonius : Entahlah.

Bahaudin : Mengapa dalam kitab Injil tersebut Yesus berkata bahwa kedatangannya untuk menebus dosanya Bani Israil. Dengan demikian maka orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus mestinya sudah tertebus dosanya. Terlebih lagi berdasarkan keterangan saudara mestinya manusia yang menyalibkan Yesus itu tidak berdosa, malah menerima pahala besar, kalau kedatangannya Yesus memang untuk disalib. Andaikata tidak ada orang yang bersedia menyalibkan Yesus, tentu tidak terlepas dosanya Bani Israil dan kedatangannya Yesus tidak dapat lagi disebut selaku penebus dosa. Mestinya orang yang menyalibkan Yesus itu menerima pahala besar, tidak dilaknat, karena mereka telah berjasa menyalibkan Yesus, karena perbuatan mereka itulah, dosa-dosa Bani Israil tertebus semuanya. Jawaban ini sebagian telah saya sampaikan pada pertemuan kita yang lalu.

Antonius : Dalam hal ini saya belum bisa menjawab sekarang, tetapi mungkin dilain waktu.

Bahaudin : Saya akan ulangi lagi pertanyaan saya: Betulkah lantaran Yesus disalib, dosa bisa terhapus.

Antonius : Ya, betul begitu menurut ayat Injil.

Bahaudin : Alat apakah digunakan untuk menyalibkan Yesus.

Antonius : Kalau saya tidak salah, ialah kayu yang disebut: “Kayu Salib”

Bahaudin : Kalau begitu Yesus tergantung pada kayu pada waktu disalibkan.

Antonius : Ya, demikian, sebagaimana kita sering melihat gambar Yesus disalib.

Bahaudin : Silahkan saudara periksa di Galatia pasal 3 ayat 13.

Antonius : Baik, disini disebutkan: “Maka Kristus sudah menebus kita dari pada kutuk Torat itu dengan menjadi satu kutuk karena kita, karena ada tersurat: ‘Bahwa terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu.’”

Bahaudin : Menurut keterangan saudara, Yesus rela untuk di salib, sedangkan menurut Galatia yang saudara baca menyebutkan: Terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu, dan kalau begitu apakah bisa menebus dosa manusia.

Antonius : Terima kasih, saya sudah menyadari. Apakah tidak sebaiknya kita pindah kepada pasal-pasal yang lain. Tetapi di lain malam, karena sekarang waktunya sudah terlalu larut malam.

Bahaudin : Baiklah terserah saudara.


-----------------------------------------------------------------
Dibawah ini merupakan Link dialog Antara KH Bahaudin Mudhary dan Antonius Widuri

MALAM PERTAMA - Persetujuan Bersama. klik disini

MALAM KEDUA -
Tentang Injil (Bible) klik disini

MALAM KETIGA -
Masalah Ketuhanan Yesus. klik disini

MALAM KEEMPAT -
Yesus Penebus Dosa. klik disini

MALAM KELIMA -
Tentang Dosa Waris. klik disini

MALAM KEENAM -
Kitab Al Quran dan Kitab Bibel. klik disini

MALAM KETUJUH -
Mengakui Nabi SAW Utusan Allah. klik disini

MALAM KEDELAPAN -
Perselisihan Ayat-ayay dalam Bibel. klik disini

MALAM KESEMBILAN -
Masuk Islam. klik disini



Footenote___________________________________________
Judul Buku : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Oleh : KH. Bahaudin Mudhary
Penerbit :  Pustaka Da'i
Cetakan: Delapan, Juli 2008

LATANZA

Ponorogo: 19 Mei 2014
Saya persembahkan kajian ini untuk seseorang yang berada nun jauh disana - Amerika - semoga bermanfaat.