middle ad
Tampilkan postingan dengan label Sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sastra. Tampilkan semua postingan


Oleh: *Fadlillah Octa Noviari

Pagi tidak pernah terlalu dini
Bagi sebuah negara yang kebebasannya dicuri
Bahkan saat azan subuh belum terdengar
Namun masjid kami telah habis terbakar
Sementara rumah kami bersisakan reruntuhan
Serta sekolah kami yang kini tinggal kenangan

Terima kasih, Israel
Berkat kalian, kami belajar ketabahan
Tentang kehilangan yang disambut senyuman
Tentang kehancuran yang disambut keikhlasan
Tentang syahidnya ayah, ibu, adik, dan kakak kami
Yang kalian sebut sebagai teroris
Yang sebenarnya membuat kalian ketakutan

Terima kasih, Israel
Berkat kalian, kami berlomba-lomba dalam jihad
Ketakutan seakan menjadi kosakata yang tak lagi kami kenal
Kematian menjadi sahabat karib yang selalu setia menanti
Dan rasa syukur, tak pernah luput barang sejenak
Ayat-ayat firman-Nya yang telah kami hafal menjadi penyejuk
Saat ketakutan kalian meluap menjelma menjadi serangan tiada henti

Namun, mungkin kalian lupa
Bahwa pemberani itu bukan mereka yang menyerang orang-orang lemah
Pemberani adalah mereka yang menyerang orang-orang bersenjata
Pemberani adalah mereka yang tidak takut mati untuk membela agama-Nya
Pemberani adalah mereka yang bersenjata kerikil untuk melawan mesin-mesin pembunuh
Bukan, pemberani itu bukan yang membunuh wanita dan anak-anak
Karena pemberani tidak akan menyerang yang lemah tanpa perlawanan

Terima kasih, Israel
Mungkin kalian harus belajar dari kami—pemberani yang sebenarnya kalian takuti


Catatan kaki____________________________
*) Mahasiswi Sastra Indonesia di Universitas Indonesia. Seorang peramu aksara yang masih terus belajar untuk dapat meracik buah pikiran menjadi serangkaian aksara yang bermanfaat.



Terima kasih, Israel



Oleh: *Fadlillah Octa Noviari

Pagi tidak pernah terlalu dini
Bagi sebuah negara yang kebebasannya dicuri
Bahkan saat azan subuh belum terdengar
Namun masjid kami telah habis terbakar
Sementara rumah kami bersisakan reruntuhan
Serta sekolah kami yang kini tinggal kenangan

Terima kasih, Israel
Berkat kalian, kami belajar ketabahan
Tentang kehilangan yang disambut senyuman
Tentang kehancuran yang disambut keikhlasan
Tentang syahidnya ayah, ibu, adik, dan kakak kami
Yang kalian sebut sebagai teroris
Yang sebenarnya membuat kalian ketakutan

Terima kasih, Israel
Berkat kalian, kami berlomba-lomba dalam jihad
Ketakutan seakan menjadi kosakata yang tak lagi kami kenal
Kematian menjadi sahabat karib yang selalu setia menanti
Dan rasa syukur, tak pernah luput barang sejenak
Ayat-ayat firman-Nya yang telah kami hafal menjadi penyejuk
Saat ketakutan kalian meluap menjelma menjadi serangan tiada henti

Namun, mungkin kalian lupa
Bahwa pemberani itu bukan mereka yang menyerang orang-orang lemah
Pemberani adalah mereka yang menyerang orang-orang bersenjata
Pemberani adalah mereka yang tidak takut mati untuk membela agama-Nya
Pemberani adalah mereka yang bersenjata kerikil untuk melawan mesin-mesin pembunuh
Bukan, pemberani itu bukan yang membunuh wanita dan anak-anak
Karena pemberani tidak akan menyerang yang lemah tanpa perlawanan

Terima kasih, Israel
Mungkin kalian harus belajar dari kami—pemberani yang sebenarnya kalian takuti


Catatan kaki____________________________
*) Mahasiswi Sastra Indonesia di Universitas Indonesia. Seorang peramu aksara yang masih terus belajar untuk dapat meracik buah pikiran menjadi serangkaian aksara yang bermanfaat.



Oleh : Teuku Muhammad Lintar

Dalam renungan kesendirian yang berpikir - aku bertanya pada diriku, sebenarnya "siapakah aku ini ?" sembari mata menerawang menatap deaunan dan ranting pepohonan, lalu kucoba berdiri menyentuh batang pohon itu, kemudian aku bertanya padanya, " siapakah yang menciptakan kamu wahai pohon?" namun dia hanya bergoyang diterpa angin yang menghampirinya, kemudian aku mencoba melihat angin, tapi tetap tidak bisa dan hanya mampu merasakan kehadirannya, lalu aku bertanya padanya, " siapakah yang menciptakan kamu wahai angin?" tapi ia pergi begitu saja tanpa melihat yang ditatap,

Aku pun terdiam dan berjalan dengan renungan kesendirianku, aku masih mencari siapakah aku ini, untuk apa aku didunia ini dan kemana akhirnya aku nanti?.

Dalam kesendirian kududuk ditepi sungai, aku bertanya pada air, persis seperti pertanyaanku pada pohon dan angin, dalam kelelahan mencari jati diri, aku tertidur dibawah rindangnya pepohonan hingga kurasa sentuhan sang angin melindungiku dari sengatan panas matahari, dalam tidur aku bermimpi tentang siapa aku, dalam mimpi itu aku berkesimpulan bahwa bukan hal mudah untuk mengenal siapa yang menciptakan seluruh isi bumi ini sebab kita lebih kecil dari debu yang tiada daya upaya, dan ketika aku terbangun, senyum kebahagiaan terlukis damai dalam diriku. Karena aku sudah menemukan jalan untuk mengetahui siapakah aku.

Aku bagai debu

Oleh : Teuku Muhammad Lintar

Dalam renungan kesendirian yang berpikir - aku bertanya pada diriku, sebenarnya "siapakah aku ini ?" sembari mata menerawang menatap deaunan dan ranting pepohonan, lalu kucoba berdiri menyentuh batang pohon itu, kemudian aku bertanya padanya, " siapakah yang menciptakan kamu wahai pohon?" namun dia hanya bergoyang diterpa angin yang menghampirinya, kemudian aku mencoba melihat angin, tapi tetap tidak bisa dan hanya mampu merasakan kehadirannya, lalu aku bertanya padanya, " siapakah yang menciptakan kamu wahai angin?" tapi ia pergi begitu saja tanpa melihat yang ditatap,

Aku pun terdiam dan berjalan dengan renungan kesendirianku, aku masih mencari siapakah aku ini, untuk apa aku didunia ini dan kemana akhirnya aku nanti?.

Dalam kesendirian kududuk ditepi sungai, aku bertanya pada air, persis seperti pertanyaanku pada pohon dan angin, dalam kelelahan mencari jati diri, aku tertidur dibawah rindangnya pepohonan hingga kurasa sentuhan sang angin melindungiku dari sengatan panas matahari, dalam tidur aku bermimpi tentang siapa aku, dalam mimpi itu aku berkesimpulan bahwa bukan hal mudah untuk mengenal siapa yang menciptakan seluruh isi bumi ini sebab kita lebih kecil dari debu yang tiada daya upaya, dan ketika aku terbangun, senyum kebahagiaan terlukis damai dalam diriku. Karena aku sudah menemukan jalan untuk mengetahui siapakah aku.
 Oleh: Andik Priyo Kunarbowo

Setan tersenyum membaca judul ini bahkan ada yang tertawa ngakak, malaikat pun kelabakan, mereka berontak saling adu argumentasi mempertahankan apa yang telah diyakini sesuai dengan tugas dan kewajibannya, aku pun tersenyum, "ah buat apa dipikirin itu urusan mereka"

Setan dengan semangatnya mengajari manusia dengan bisikan lembut yang penuh tipu daya,
sedang malaikat mengangkat panji-panji kebenaran dengan sangat tinggi setinggi kebenaran itu sendiri.

Malaikat dan setan mempunyai kedudukan masing-masing, tidak ada yang unggul dan saling mengungguli, setan tidak bisa menandingi kebajikan malaikat dan malaikat pun tidak mungkin sanggup menandingi keburukan setan. yah dua dunia yang sangat berbeda, namun tidak dapat dipisahkan.

Setan suka menipu dengan jutaan rayuan kebohongannya, sedang malaikat sangat jujur hingga kejujuran yang tiada terukur dalamnya.

suatu ketika mereka berdebat, riuh sekali, setan berkata SORGA TERNYATA TIDAK ADA,
sang malaikat pun marah besar, "hai setan apa engkau tidak beriman kepada Allah?"
setan pun menjawab "oleh karena imanku dan atas ke Agungan-NYA maka aku bersaksi bahwa SORGA TERNYATA TIDAK ADA"

Malaikat pun semakin gusar "anda itu memang setan yang kerjaannya hanya merusak kebenaran"
setan pun menyela "untuk satu ini aku sama sekali tidak berbohong aku bertaruh jika aku berbohong kematianku yang ditangguhkan sekarang juga tercabut"

Malaikat pun semakin gusar "hai terlaknat sungguh engkau telah mempermainkan kebenaran"
kemudian setan pun tak kalah kerasnya dia pun berkata "tunggu sobat dengarkan penjelasanku dulu, dengarlah kebenaran ini bahwa SORGA TERNYATA TIDAK ADA bagi orang yang;

1. Murtad
2. Kafir dan Menghalangi Orang Dari Jalan Allah
3. Menyesatkan Manusia Dari Agama Allah

SEBAB MEREKA INI KEKAL DIDALAM NERAKA, jadi SORGA TIDAK BERLAKU BAGI MEREKA itulah alasannya SORGA TERNYATA TIDAK ADA bagi golongan tersebut, itu saja ya penjelasanku, daripada nanti aku di kira menyabotase kepandaianmu wahai malaikat", dan setelah itu setan pun pergi dengan santainya meninggalkan malaikat yang geleng-geleng kepala atas kelakuan sang setan...


Ponorogo 12 Januari 2010

Dan Surga Ternyata Tidak Ada

 Oleh: Andik Priyo Kunarbowo

Setan tersenyum membaca judul ini bahkan ada yang tertawa ngakak, malaikat pun kelabakan, mereka berontak saling adu argumentasi mempertahankan apa yang telah diyakini sesuai dengan tugas dan kewajibannya, aku pun tersenyum, "ah buat apa dipikirin itu urusan mereka"

Setan dengan semangatnya mengajari manusia dengan bisikan lembut yang penuh tipu daya,
sedang malaikat mengangkat panji-panji kebenaran dengan sangat tinggi setinggi kebenaran itu sendiri.

Malaikat dan setan mempunyai kedudukan masing-masing, tidak ada yang unggul dan saling mengungguli, setan tidak bisa menandingi kebajikan malaikat dan malaikat pun tidak mungkin sanggup menandingi keburukan setan. yah dua dunia yang sangat berbeda, namun tidak dapat dipisahkan.

Setan suka menipu dengan jutaan rayuan kebohongannya, sedang malaikat sangat jujur hingga kejujuran yang tiada terukur dalamnya.

suatu ketika mereka berdebat, riuh sekali, setan berkata SORGA TERNYATA TIDAK ADA,
sang malaikat pun marah besar, "hai setan apa engkau tidak beriman kepada Allah?"
setan pun menjawab "oleh karena imanku dan atas ke Agungan-NYA maka aku bersaksi bahwa SORGA TERNYATA TIDAK ADA"

Malaikat pun semakin gusar "anda itu memang setan yang kerjaannya hanya merusak kebenaran"
setan pun menyela "untuk satu ini aku sama sekali tidak berbohong aku bertaruh jika aku berbohong kematianku yang ditangguhkan sekarang juga tercabut"

Malaikat pun semakin gusar "hai terlaknat sungguh engkau telah mempermainkan kebenaran"
kemudian setan pun tak kalah kerasnya dia pun berkata "tunggu sobat dengarkan penjelasanku dulu, dengarlah kebenaran ini bahwa SORGA TERNYATA TIDAK ADA bagi orang yang;

1. Murtad
2. Kafir dan Menghalangi Orang Dari Jalan Allah
3. Menyesatkan Manusia Dari Agama Allah

SEBAB MEREKA INI KEKAL DIDALAM NERAKA, jadi SORGA TIDAK BERLAKU BAGI MEREKA itulah alasannya SORGA TERNYATA TIDAK ADA bagi golongan tersebut, itu saja ya penjelasanku, daripada nanti aku di kira menyabotase kepandaianmu wahai malaikat", dan setelah itu setan pun pergi dengan santainya meninggalkan malaikat yang geleng-geleng kepala atas kelakuan sang setan...


Ponorogo 12 Januari 2010
Jatahmu...
Tidak mungkin tertukar dengan jatahku,
Jatahmu...
Mustahil pula dapat kurebut lalu kuganti jatahku,
Segala sesuatu tertakar dan diatur oleh sang Pencipta,
Jatahmu dan jatahku melingkupi segala sesuatu ketika hidup didunia.

Sesungguhnya kepastian itu bukan milik kita;
Bisa jadi menurutku dan pendapatmu itu pasti,
Namun apalah daya jika menurut jatah mu dan jatahku,
Segala sesuatunya Ternyata hanya lewat saja.

Jatahmu dan jatahku hanya titipan;
Jika bukan titipan maka gantengku dan cantikmu tidak akan lari,
meninggalkan tubuh kita yang kian termakan usia.
Inilah sebutir kisah mengenai jatahmu dan jatahku.

Jatahku Dan Jatahmu

Jatahmu...
Tidak mungkin tertukar dengan jatahku,
Jatahmu...
Mustahil pula dapat kurebut lalu kuganti jatahku,
Segala sesuatu tertakar dan diatur oleh sang Pencipta,
Jatahmu dan jatahku melingkupi segala sesuatu ketika hidup didunia.

Sesungguhnya kepastian itu bukan milik kita;
Bisa jadi menurutku dan pendapatmu itu pasti,
Namun apalah daya jika menurut jatah mu dan jatahku,
Segala sesuatunya Ternyata hanya lewat saja.

Jatahmu dan jatahku hanya titipan;
Jika bukan titipan maka gantengku dan cantikmu tidak akan lari,
meninggalkan tubuh kita yang kian termakan usia.
Inilah sebutir kisah mengenai jatahmu dan jatahku.