middle ad
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan

Pahamilah.com - Amerika Serikat pernah begitu bangga mengumumkan kepada dunia, bahwa mereka akhirnya bisa membunuh teroris paling licin di dunia, yakni Osama bin Laden.

Tapi, jurnalis AS, Seymour Hersh, baru-baru ini mengklaim Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, telah membohongi masyarakat dunia, soal kronologis pembunuhan Osama.

Menurut Seymour, pasukan Amerika sebenarnya tidak berperan banyak dalam aksi penyergapan pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, pada 2 Mei 2011 silam.

Seymour, yang pernah memenangkan penghargaan tertinggi di dunia jurnalistik, yakni Pulitzer ini, menyebut, pasukan AS hanya numpang tenar, karena sebenarnya, pasukan Pakistan yang paling berperan dalam penyergapan Osama tersebut.

Menurut Seymour Hersh, yang pernah bekerja di New York Times,orang-orang Pakistan sebenarnya sudah menangkap Osama bin Laden selama bertahun-tahun.

CIA, kata Seymour, juga berbohong soal operasi penyerangan Osama.

Menurut Seymour, CIA mengetahui lokasi Osama bukan dari hasil interogasi tahanan-tahanan Al Qaeda, melainkan dari informan asal Pakistan, yang berharap kecipratan hadiah 25 juta dolar AS, untuk reward penangkapan Osama.

Yang mengejutkan, Seymour juga menuding, pejabat AS, sudah melakukan 'deal' dengan pemerintahan Pakistan, agar nanti mereka bisa mengklaim bahwa Amerika-lah yang membunuh Osama.

Dan, Seymour menyebut, sebenarnya tidak ada kontak senjata antara pasukan Navi SEALS dengan anggota Al Qaeda selama penyergapan ini.

Osama, tewas dibunuh dengan satu tembakan saja. Dan, ketika itu, Osama tidak membawa senjata.

Hingga Seymour menulis kronologi pembunuhan ini, pihak Gedung Putih belum memberikan konfirmasi. (suryamalang.tribunnews/pahamilah)

Terbongkar, Kebohongan Amerika Tentang Penyergapan Osama bin Laden!


Pahamilah.com - Amerika Serikat pernah begitu bangga mengumumkan kepada dunia, bahwa mereka akhirnya bisa membunuh teroris paling licin di dunia, yakni Osama bin Laden.

Tapi, jurnalis AS, Seymour Hersh, baru-baru ini mengklaim Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, telah membohongi masyarakat dunia, soal kronologis pembunuhan Osama.

Menurut Seymour, pasukan Amerika sebenarnya tidak berperan banyak dalam aksi penyergapan pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, pada 2 Mei 2011 silam.

Seymour, yang pernah memenangkan penghargaan tertinggi di dunia jurnalistik, yakni Pulitzer ini, menyebut, pasukan AS hanya numpang tenar, karena sebenarnya, pasukan Pakistan yang paling berperan dalam penyergapan Osama tersebut.

Menurut Seymour Hersh, yang pernah bekerja di New York Times,orang-orang Pakistan sebenarnya sudah menangkap Osama bin Laden selama bertahun-tahun.

CIA, kata Seymour, juga berbohong soal operasi penyerangan Osama.

Menurut Seymour, CIA mengetahui lokasi Osama bukan dari hasil interogasi tahanan-tahanan Al Qaeda, melainkan dari informan asal Pakistan, yang berharap kecipratan hadiah 25 juta dolar AS, untuk reward penangkapan Osama.

Yang mengejutkan, Seymour juga menuding, pejabat AS, sudah melakukan 'deal' dengan pemerintahan Pakistan, agar nanti mereka bisa mengklaim bahwa Amerika-lah yang membunuh Osama.

Dan, Seymour menyebut, sebenarnya tidak ada kontak senjata antara pasukan Navi SEALS dengan anggota Al Qaeda selama penyergapan ini.

Osama, tewas dibunuh dengan satu tembakan saja. Dan, ketika itu, Osama tidak membawa senjata.

Hingga Seymour menulis kronologi pembunuhan ini, pihak Gedung Putih belum memberikan konfirmasi. (suryamalang.tribunnews/pahamilah)
Mahasiswi Marshall University ketika ditantang mengenakan hijab. 

Pahamilah.com - Mahasiswi Muslim di Marshal University mengajak rekan mereka yang non-Muslim untuk mengenakan hijab. Ajakan ini merupakan bagian dari kampanye tentang hijab dan Islam.

Suzann Al-Qawasmi, alumni Marshall University mengatakan kampanye ini diharapkan menciptakan pemahaman yang benar tentang hijab dan Islam. "Kami sederhana saja, bawa meja lalu letakan hijab diatasnya. Kami ajak mahasiswi untuk mencoba dan merasakan pengalaman mengenakan hijab. Kami ingin melihat seperti apa reaksi mereka," kata dia seperti dilansir onislam.net, Kamis (18/9).

Antusiaspun muncul. "Ada mahasiswi akhir mencoba. Lalu menyusul teman-temannya," kata dia.

CJ Payne, salah seorang mahasiswi yang coba mengenakan hijab mengaku ada perspektif mulia ketika hijab melekat pada kepala seorang Muslimah. "Setiap pria akan melihat Muslimah bukan karena tampilan fisiknya tetapi hatinya. Ini adalah bentuk kesopanan yang luar biasa," kata dia.

Tak hanya mahasiswa, para staf kampus juga mencoba mengenakan hijab. "Ini pengalaman menarik bagi saya," kata Allyson Jasper.

"Saya menyadari kecantikan itu bersinar dan menjadi diri sendiri. Tidak peduli apa yang Anda kenakan," ucap dia.

Di Amerika, Muslimah berhijab acapkali menjadi korban serangan islamofobia. Sejumlah penelitian menyebutkan hijab dianggap simbol agama. (republika/pahamilah)

Saat Ditantang Kenakan Hijab, ini Reaksi Mahasiswi AS

Mahasiswi Marshall University ketika ditantang mengenakan hijab. 

Pahamilah.com - Mahasiswi Muslim di Marshal University mengajak rekan mereka yang non-Muslim untuk mengenakan hijab. Ajakan ini merupakan bagian dari kampanye tentang hijab dan Islam.

Suzann Al-Qawasmi, alumni Marshall University mengatakan kampanye ini diharapkan menciptakan pemahaman yang benar tentang hijab dan Islam. "Kami sederhana saja, bawa meja lalu letakan hijab diatasnya. Kami ajak mahasiswi untuk mencoba dan merasakan pengalaman mengenakan hijab. Kami ingin melihat seperti apa reaksi mereka," kata dia seperti dilansir onislam.net, Kamis (18/9).

Antusiaspun muncul. "Ada mahasiswi akhir mencoba. Lalu menyusul teman-temannya," kata dia.

CJ Payne, salah seorang mahasiswi yang coba mengenakan hijab mengaku ada perspektif mulia ketika hijab melekat pada kepala seorang Muslimah. "Setiap pria akan melihat Muslimah bukan karena tampilan fisiknya tetapi hatinya. Ini adalah bentuk kesopanan yang luar biasa," kata dia.

Tak hanya mahasiswa, para staf kampus juga mencoba mengenakan hijab. "Ini pengalaman menarik bagi saya," kata Allyson Jasper.

"Saya menyadari kecantikan itu bersinar dan menjadi diri sendiri. Tidak peduli apa yang Anda kenakan," ucap dia.

Di Amerika, Muslimah berhijab acapkali menjadi korban serangan islamofobia. Sejumlah penelitian menyebutkan hijab dianggap simbol agama. (republika/pahamilah)

Brant Rosen, rabbi Amerika

Pahamilah.com - Rosen, yang juga seorang jurnalis, penulis dan blogger, mengundurkan diri pada hari Selasa (2/9/14) sebagai kepala Jemaat Yahudi Rekonstruksionis dari Evanston, Illinois, setelah 17 tahun pelayanan.

Rabi berhenti karena apa yang dia sebut ketegangan lama atas solidaritas dengan Palestina dalam konflik mereka dengan Israel, meskipun dia mengatakan dewan sinagoga tidak memaksanya untuk mundur.

"Ada anggota jemaat yang sangat sedih dengan apa yang saya katakan dan lakukan," katanya. "Masalah ini sangat menjengkelkan, sangat pribadi. Sangat sulit bagi mereka. Itu telah mempengaruhi lingkungan dalam jemaat, dan telah mempengaruhi saya juga."

Namun, dia menekankan bahwa aktivitasnya akan terus berlanjut. "Ini adalah bagian yang sangat besar dari siapa saya, dan telah berjalan sangat lama," kata Rosen.

Tapi pengunduran dirinya tidak mengejutkan bagi mereka yang di masyarakat, karena dia telah bertindak pro-Palestina dengan semakin vokal selama beberapa tahun terakhir. Rosen telah lama berbicara menentang agresi Israel, dan blog-nya, rabbibrant.com, berisi banyak tulisan yang kritis terhadap kebijakan Israel, terutama tentang pertempuran di Gaza baru-baru ini.

Rabi 51 tahun ikut berbaris- dalam demonstrasi solidaritas pro Palestina di Chicago pada puncak perang di Gaza. Dia juga co-pendiri dewan rabbi Jewish Voice for Peace, salah satu dari 10 organisasi anti-Israel di AS.

Israel mulai menggempur Jalur Gaza pada awal Juli, menimbulkan kerugian besar di wilayah Palestina. Setidaknya 2.140 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, termasuk wanita, anak-anak dan orang tua, tewas dalam serangan Israel. Sekitar 11.000 lainnya luka-luka.. (islamtimes/pahamilah)

Rabbi AS Diberhentikan Karena Mengkritik Kebijakan Israel

Brant Rosen, rabbi Amerika

Pahamilah.com - Rosen, yang juga seorang jurnalis, penulis dan blogger, mengundurkan diri pada hari Selasa (2/9/14) sebagai kepala Jemaat Yahudi Rekonstruksionis dari Evanston, Illinois, setelah 17 tahun pelayanan.

Rabi berhenti karena apa yang dia sebut ketegangan lama atas solidaritas dengan Palestina dalam konflik mereka dengan Israel, meskipun dia mengatakan dewan sinagoga tidak memaksanya untuk mundur.

"Ada anggota jemaat yang sangat sedih dengan apa yang saya katakan dan lakukan," katanya. "Masalah ini sangat menjengkelkan, sangat pribadi. Sangat sulit bagi mereka. Itu telah mempengaruhi lingkungan dalam jemaat, dan telah mempengaruhi saya juga."

Namun, dia menekankan bahwa aktivitasnya akan terus berlanjut. "Ini adalah bagian yang sangat besar dari siapa saya, dan telah berjalan sangat lama," kata Rosen.

Tapi pengunduran dirinya tidak mengejutkan bagi mereka yang di masyarakat, karena dia telah bertindak pro-Palestina dengan semakin vokal selama beberapa tahun terakhir. Rosen telah lama berbicara menentang agresi Israel, dan blog-nya, rabbibrant.com, berisi banyak tulisan yang kritis terhadap kebijakan Israel, terutama tentang pertempuran di Gaza baru-baru ini.

Rabi 51 tahun ikut berbaris- dalam demonstrasi solidaritas pro Palestina di Chicago pada puncak perang di Gaza. Dia juga co-pendiri dewan rabbi Jewish Voice for Peace, salah satu dari 10 organisasi anti-Israel di AS.

Israel mulai menggempur Jalur Gaza pada awal Juli, menimbulkan kerugian besar di wilayah Palestina. Setidaknya 2.140 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, termasuk wanita, anak-anak dan orang tua, tewas dalam serangan Israel. Sekitar 11.000 lainnya luka-luka.. (islamtimes/pahamilah)

Pentagon

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama telah menghentikan pengiriman rudal ke Israel dan pertikaian diplomatik besar baru telah muncul, dimana beberapa pejabat menyebutnya "perpecahan sangat serius" yang muncul malam ini, setelah Wall Street Journal mengungkapkan dimana Israel mengambil senjata AS untuk digunakan di Gaza tanpa izin Gedung Putih.

Menurut pejabat AS, kementerian perang Israel mengambil langsung senjata dari stockpile Pentagon tanpa meminta izin baik dari Gedung Putih ataupun Departemen Luar Negeri AS, AntiWar menulis dalam sebuah artikel.

Hal ini dilakukan meskipun senjata telah datang bersamaan dengan pembicaraan langsung AS-Israel tentang dana AS $ 225 juta yang lain untuk sistem Iron Dome mereka.

"Kami terpukul," kata salah satu diplomatik AS, sementara yang lain mengatakan mereka sangat prihatin bahwa Israel mengambil artileri bukan senjata presisi-dipandu untuk digunakan selama pemboman mereka di daerah sipil Gaza.

Itu sangat menyakitkan bahwa Israel mengambil senjata tanpa meminta izin Gedung Putih, karena miliaran dolar bantuan tahunan AS pada dasarnya telah mendukung pembiayaan seluruh Perang Gaza, dan telah hangus melalui semua senjata dan amunisi mereka yang disediakan AS, mereka hanya pergi ke gudang Pentagon dan mengambil lagi.

Pejabat Pentagon berusaha untuk mengecilkan insiden itu, mengatakan bahwa Israel tidak membutuhkan izin dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri untuk mengambil senjata.

Apakah iya atau tidak, itu sepenuhnya tidak jelas, namun hal ini jelas menjengkelkan pemerintah.

Selain menghentikan pengiriman, Departemen Luar Negeri mengumumkan "review" baru dari semua pengiriman senjata ke rezim Israel, meskipun mereka bersikeras bahwa waktu ini hanya kebetulan, dan itu hanya karena kekhawatiran tentang invasi Gaza. (islamtimes/pahamilah)

Pejabat AS ‘Terpukul' ketika Israel 'Mengambil' Senjata Pentagon

Pentagon

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama telah menghentikan pengiriman rudal ke Israel dan pertikaian diplomatik besar baru telah muncul, dimana beberapa pejabat menyebutnya "perpecahan sangat serius" yang muncul malam ini, setelah Wall Street Journal mengungkapkan dimana Israel mengambil senjata AS untuk digunakan di Gaza tanpa izin Gedung Putih.

Menurut pejabat AS, kementerian perang Israel mengambil langsung senjata dari stockpile Pentagon tanpa meminta izin baik dari Gedung Putih ataupun Departemen Luar Negeri AS, AntiWar menulis dalam sebuah artikel.

Hal ini dilakukan meskipun senjata telah datang bersamaan dengan pembicaraan langsung AS-Israel tentang dana AS $ 225 juta yang lain untuk sistem Iron Dome mereka.

"Kami terpukul," kata salah satu diplomatik AS, sementara yang lain mengatakan mereka sangat prihatin bahwa Israel mengambil artileri bukan senjata presisi-dipandu untuk digunakan selama pemboman mereka di daerah sipil Gaza.

Itu sangat menyakitkan bahwa Israel mengambil senjata tanpa meminta izin Gedung Putih, karena miliaran dolar bantuan tahunan AS pada dasarnya telah mendukung pembiayaan seluruh Perang Gaza, dan telah hangus melalui semua senjata dan amunisi mereka yang disediakan AS, mereka hanya pergi ke gudang Pentagon dan mengambil lagi.

Pejabat Pentagon berusaha untuk mengecilkan insiden itu, mengatakan bahwa Israel tidak membutuhkan izin dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri untuk mengambil senjata.

Apakah iya atau tidak, itu sepenuhnya tidak jelas, namun hal ini jelas menjengkelkan pemerintah.

Selain menghentikan pengiriman, Departemen Luar Negeri mengumumkan "review" baru dari semua pengiriman senjata ke rezim Israel, meskipun mereka bersikeras bahwa waktu ini hanya kebetulan, dan itu hanya karena kekhawatiran tentang invasi Gaza. (islamtimes/pahamilah)