middle ad
Tampilkan postingan dengan label Dunia Muslim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia Muslim. Tampilkan semua postingan
Hatta Rajasa menemui Habib Ali bin 'Abdur Rahman al-Habsyi 
(Habib Kwitang) di kediamannya di Jakarta Pusat, Rabu (21/5

Pahamilah.com - Organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad Saw. di Indonesia, Rabithah Alawiyah, menilai banyak terjadi salah kaprah di masyarakat terkait sebutan habib. Ketua Umum Rabithah Alawiyah Sayyid Zen Umar bin Smith menyatakan bahwa fenomena itu perlu diluruskan.

Menurutnya, habib secara bahasa berarti keturunan Rasulullah yang dicintai. Adapun, habaib adalah kata jamak dari habib. Jadi tidak semua keturunan Rasulullah bisa disebut habib.

Keturunan Rasulullah dari Sayyidina Husein disebut sayyid, dan dari Sayyidina Hasan disebut assyarif. Hasan dan Husein merupakan putra Sayyida Fatimah binti Muhammad dengan Ali bin Abi Thalib. Zen menjelaskan, di Indonesia para keturunan Rasullullah banyak yang berasal dari Husein. Maka banyak yang disebut sayyid.

Sementara keturunan-keturunan Hasan kebanyakan menjadi raja atau presiden seperti di Maroko, Jordania, dan kawasan Timur Tengah. Pertama kali ulama-ulama dari Yaman atau Hadramaut masuk ke Indonesia di beberapa daerah. Karena adanya akulturasi budaya, sebutan sayyid di Aceh berubah menjadi Said, di Sumatra Barat menjadi Sidi dan lain sebagainya.

Dia mengatakan, saat ini banyak orang yang mengaku sebagai seorang habib, padahal bukan. ‘Gelar’ habib, kata dia, tidak bisa disematkan kepada setiap sayyid. Setiap habib harus sayyid, tetapi sayyid belum tentu habib. Seorang sayyid, lanjutnya, tidak bisa mengatakan bahwa dirinya sendiri adalah habib.

Pengakuan habib harus melalui komunitas dengan berbagai persyaratan yang sudah disepakati. Di antaranya cukup matang dalam hal umur, harus memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki, ikhlas terhadap apapun, wara atau berhati-hati serta bertakwa kepada Allah.

Dan yang paling penting, lanjutnya, adalah akhlak yang baik. Sebab, bagaimanapun keteladanan akan dilihat orang lain. Seseorang akan menjadi habib atau dicintai orang kalau mempunyai keteladanan yang baik dalam tingkah lakunya. Maka, kata dia, menjadi aneh jika seseorang mengaku-ngaku dirinya adalah seorang habib.

Dari proses zaman ke zaman, orang akhirnya menamakan semua keturunan sayyid menjadi habib. “Padahal seharusnya tidak,” katanya. Artinya, kata dia, dari waktu yang cukup lama orang mengatakan mana habib dan mana yang sayyid, untuk membedakan bahwa habib adalah ulama-ulama.

Zen mencontohkan, di Jakarta ada Habib Ali bin Abdurrahman Kwitang, Habib Ali bin Husein Alatas di Cikini, Habib Abdullah bin Muchsin Alatas di Bogor dan lain-lain. Menurutnya, beberapa habib itulah sedikit contoh dari yang memang benar-benar habib dalam arti yang sebenarnya.

Seiring berjalannya waktu, lanjutnya, penyebutan habib terjadi degradasi kualitas. Panggilan habib lebih dijadikan sebagai panggilan keakraban atau panggilan kekerabatan. Sementara di sisi lain, banyak kalangan dari sayyid sendiri maupun dari kalangan habib sendiri ingin menggunakan gelar habib untuk dakwah.

“Tapi, akhirnya melenceng, mereka mentitelkan dirinya sendiri,” katanya kepada Republika saat ditemui di kantornya, Sabtu (11/10).

Saat ini, kata Zen, di seluruh dunia kurang lebih ada sekitar 68 qobilah (marga) dari keturunan Rasulullah, termasuk di Indonesia. Hanya saja, Rabithah Alawiyah masih melakukan proses pendataan secara detail berapa jumlah keturunan Nabi Muhammad yang ada di Indonesia.

“Jumlah persis kita belum tahu. Tapi estimasi kasar sekitar 1-1,5 juta orang dan saat ini proses verifikasi,” ujarnya. (republika/pahamilah)


Salah Kaprah Sebutan Habib di Masyarakat

Hatta Rajasa menemui Habib Ali bin 'Abdur Rahman al-Habsyi 
(Habib Kwitang) di kediamannya di Jakarta Pusat, Rabu (21/5

Pahamilah.com - Organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad Saw. di Indonesia, Rabithah Alawiyah, menilai banyak terjadi salah kaprah di masyarakat terkait sebutan habib. Ketua Umum Rabithah Alawiyah Sayyid Zen Umar bin Smith menyatakan bahwa fenomena itu perlu diluruskan.

Menurutnya, habib secara bahasa berarti keturunan Rasulullah yang dicintai. Adapun, habaib adalah kata jamak dari habib. Jadi tidak semua keturunan Rasulullah bisa disebut habib.

Keturunan Rasulullah dari Sayyidina Husein disebut sayyid, dan dari Sayyidina Hasan disebut assyarif. Hasan dan Husein merupakan putra Sayyida Fatimah binti Muhammad dengan Ali bin Abi Thalib. Zen menjelaskan, di Indonesia para keturunan Rasullullah banyak yang berasal dari Husein. Maka banyak yang disebut sayyid.

Sementara keturunan-keturunan Hasan kebanyakan menjadi raja atau presiden seperti di Maroko, Jordania, dan kawasan Timur Tengah. Pertama kali ulama-ulama dari Yaman atau Hadramaut masuk ke Indonesia di beberapa daerah. Karena adanya akulturasi budaya, sebutan sayyid di Aceh berubah menjadi Said, di Sumatra Barat menjadi Sidi dan lain sebagainya.

Dia mengatakan, saat ini banyak orang yang mengaku sebagai seorang habib, padahal bukan. ‘Gelar’ habib, kata dia, tidak bisa disematkan kepada setiap sayyid. Setiap habib harus sayyid, tetapi sayyid belum tentu habib. Seorang sayyid, lanjutnya, tidak bisa mengatakan bahwa dirinya sendiri adalah habib.

Pengakuan habib harus melalui komunitas dengan berbagai persyaratan yang sudah disepakati. Di antaranya cukup matang dalam hal umur, harus memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki, ikhlas terhadap apapun, wara atau berhati-hati serta bertakwa kepada Allah.

Dan yang paling penting, lanjutnya, adalah akhlak yang baik. Sebab, bagaimanapun keteladanan akan dilihat orang lain. Seseorang akan menjadi habib atau dicintai orang kalau mempunyai keteladanan yang baik dalam tingkah lakunya. Maka, kata dia, menjadi aneh jika seseorang mengaku-ngaku dirinya adalah seorang habib.

Dari proses zaman ke zaman, orang akhirnya menamakan semua keturunan sayyid menjadi habib. “Padahal seharusnya tidak,” katanya. Artinya, kata dia, dari waktu yang cukup lama orang mengatakan mana habib dan mana yang sayyid, untuk membedakan bahwa habib adalah ulama-ulama.

Zen mencontohkan, di Jakarta ada Habib Ali bin Abdurrahman Kwitang, Habib Ali bin Husein Alatas di Cikini, Habib Abdullah bin Muchsin Alatas di Bogor dan lain-lain. Menurutnya, beberapa habib itulah sedikit contoh dari yang memang benar-benar habib dalam arti yang sebenarnya.

Seiring berjalannya waktu, lanjutnya, penyebutan habib terjadi degradasi kualitas. Panggilan habib lebih dijadikan sebagai panggilan keakraban atau panggilan kekerabatan. Sementara di sisi lain, banyak kalangan dari sayyid sendiri maupun dari kalangan habib sendiri ingin menggunakan gelar habib untuk dakwah.

“Tapi, akhirnya melenceng, mereka mentitelkan dirinya sendiri,” katanya kepada Republika saat ditemui di kantornya, Sabtu (11/10).

Saat ini, kata Zen, di seluruh dunia kurang lebih ada sekitar 68 qobilah (marga) dari keturunan Rasulullah, termasuk di Indonesia. Hanya saja, Rabithah Alawiyah masih melakukan proses pendataan secara detail berapa jumlah keturunan Nabi Muhammad yang ada di Indonesia.

“Jumlah persis kita belum tahu. Tapi estimasi kasar sekitar 1-1,5 juta orang dan saat ini proses verifikasi,” ujarnya. (republika/pahamilah)


Dmitri Smirnov (Ortodoks Rusia)

Pahamilah.com - Seperti yang diberitakan oleh worldbulletin (10/9), Imam Agung Kristen Ortodoks Rusia, Dmitri Smirnov menyebutkan dalam khotbahnya di sebuah gereja di Moskow bahwa masa depan berada di tangan umat Islam. Hal ini di dasarkan ketika Dmitri membandikannya dengan fakta kehidupan orang-orang kristen sekarang ini.

Dmitri menceritakan pengalamannya bersama dengan dengan seorang wanita tua di jemaatnya, ia menyebutkan bahwa seorang supir yang beragama Islam tidak pernah mengambil bayaran ketika mengantarkannya ke gereja, sedangkan supir yang beragama Kristen hanya tertarik kepada uang.

''Seorang anak takkan meminta uang kepada ibunya apalagi jika ia ingin sembahyang,'' tutur Dmitri, seraya mengatakan supir Kristen akan mengatakan, ''ini pekerjaanku''.

Selain itu, ia juga menyatakan agar berkaca kepada umat Islam. Supir yang beragama Islam itu lebih berperilaku seperti sang Al Masih dibanding dengan mereka yang hanya ingin uang.

''Bahkan dalam perayaan umat Islam ada puluhan ribu pemuda berlutut dan menyembah Tuhan mereka. Dimana anda anda tidak akan melihat begitu banyak pemuda Ortodoks (menyembah Tuhan)? Anda takkan dapat melihatnya,'' tutur dia.

Smirnov melanjutkan dengan mengatakan: “Untuk alasan ini, maka masa depan akan menjadi milik umat Islam. Masa depan adalah milik mereka. Muslim akan menguasai tanah ini karena kaum Kristen hanya mengejar uang.”

Islam sendiri adalah agama terbesar kedua di Rusia yang mewakili sekitar 15 persen dari populasi negara 145 juta yang didominasi Ortodoks. (worldbulletin/visimuslim/pahamilah)


Imam Agung Kristen Ortodoks Rusia: Masa Depan Ada Di Tangan Umat Islam

Dmitri Smirnov (Ortodoks Rusia)

Pahamilah.com - Seperti yang diberitakan oleh worldbulletin (10/9), Imam Agung Kristen Ortodoks Rusia, Dmitri Smirnov menyebutkan dalam khotbahnya di sebuah gereja di Moskow bahwa masa depan berada di tangan umat Islam. Hal ini di dasarkan ketika Dmitri membandikannya dengan fakta kehidupan orang-orang kristen sekarang ini.

Dmitri menceritakan pengalamannya bersama dengan dengan seorang wanita tua di jemaatnya, ia menyebutkan bahwa seorang supir yang beragama Islam tidak pernah mengambil bayaran ketika mengantarkannya ke gereja, sedangkan supir yang beragama Kristen hanya tertarik kepada uang.

''Seorang anak takkan meminta uang kepada ibunya apalagi jika ia ingin sembahyang,'' tutur Dmitri, seraya mengatakan supir Kristen akan mengatakan, ''ini pekerjaanku''.

Selain itu, ia juga menyatakan agar berkaca kepada umat Islam. Supir yang beragama Islam itu lebih berperilaku seperti sang Al Masih dibanding dengan mereka yang hanya ingin uang.

''Bahkan dalam perayaan umat Islam ada puluhan ribu pemuda berlutut dan menyembah Tuhan mereka. Dimana anda anda tidak akan melihat begitu banyak pemuda Ortodoks (menyembah Tuhan)? Anda takkan dapat melihatnya,'' tutur dia.

Smirnov melanjutkan dengan mengatakan: “Untuk alasan ini, maka masa depan akan menjadi milik umat Islam. Masa depan adalah milik mereka. Muslim akan menguasai tanah ini karena kaum Kristen hanya mengejar uang.”

Islam sendiri adalah agama terbesar kedua di Rusia yang mewakili sekitar 15 persen dari populasi negara 145 juta yang didominasi Ortodoks. (worldbulletin/visimuslim/pahamilah)



Tidak banyak yang tahu jika di sekitar daerah Chiang Mai, Thailand, ada sebuah pasar kecil yang khusus menjual makanan-makanan halal, namanya Pasar Kad Ban Ho. Beberapa penduduk yang tinggal di Chiang Mai sendiri bahkan tidak mengetahui keberadaan pasar tersebut.

Seperti dilansir dari Bangkok Post, Sabtu (19/7/2014), Pasar Kad Ban Ho memang tersembunyi. Terletak tepat di belakang bangunan rumah toko yang tinggi. Tembok tersebut seakan-akan memisahkan Pasar Kad Ban Ho dari dunia luar. Masjid Ban Ho dan menara kayu menambah keindahan pemandangan Pasar Kad Ban Ho.

Pedagang muslim di Pasar Kad Ban Ho berjejer di sepanjang jalan menawarkan berbagai jenis barang dagangan, seperti rempah-rempah, mie, bumbu dapur, sayur-sayuran, bahkan CD. Terlihat seorang pedagang menggoreng samosa, makanan khas Timur Tengah, sementara pedagang wanita menggunakan hijab menggoreng panekuk jagung.

“Saya telah tinggal di Chiang Mai bertahun-tahun tapi tidak pernah tahu ada tempat ini,” ucap seorang perempuan sambil berlalu.

Hal tersebut dapat dimaklumi karena letak Pasar Kad Ban Ho memang tersembunyi sehingga sulit untuk menemukannya. Selain itu, Pasar Kad Ban Ho baru dibangun kurang dari dua tahun yang lalu.

Nama Kad Ban Ho diambil dari komunitas muslim Cina dari Provinsi Yunnan, Cina. Beberapa tahun yang lalu, para pemuka agama Islam di Cina telah menjelajahi berbagai rute di antara Cina dan Kerajaan Lanna.

Komunitas Muslim Cina di Chiang Mai terbentuk sejak 80 tahun yang lalu. Keturunan Zheng Chong Ling, seorang penjelajah Cina yang menemukan Chiang Mai pada 1905, kini dikenal dengan nama Thailand, Wonglukiat.

Pasar Kad Ban Ho menawarkan berbagai jenis dagangan yang tidak tersedia di pasar biasa, seperti alpukat, ayam hitam, saus pasta khas Timur Tengah, rempah-rempah, dan daging kering.

Selain makanan halal, mereka juga menawarkan dagangan dari Cina dan Burma. Pasar ini dioperasikan oleh warga Cina yang tidak terlalu bisa berbicara bahasa Thailand. Salah satu alasan orang-orang mengunjungi pasar ini ialah untuk mencari makanan yang tidak bisa mereka temukan di tempat lain. (detik/pahamilah)


Kad Ban Ho, Pasar Muslim 'Tersembunyi' di Chiang Mai Thailand


Tidak banyak yang tahu jika di sekitar daerah Chiang Mai, Thailand, ada sebuah pasar kecil yang khusus menjual makanan-makanan halal, namanya Pasar Kad Ban Ho. Beberapa penduduk yang tinggal di Chiang Mai sendiri bahkan tidak mengetahui keberadaan pasar tersebut.

Seperti dilansir dari Bangkok Post, Sabtu (19/7/2014), Pasar Kad Ban Ho memang tersembunyi. Terletak tepat di belakang bangunan rumah toko yang tinggi. Tembok tersebut seakan-akan memisahkan Pasar Kad Ban Ho dari dunia luar. Masjid Ban Ho dan menara kayu menambah keindahan pemandangan Pasar Kad Ban Ho.

Pedagang muslim di Pasar Kad Ban Ho berjejer di sepanjang jalan menawarkan berbagai jenis barang dagangan, seperti rempah-rempah, mie, bumbu dapur, sayur-sayuran, bahkan CD. Terlihat seorang pedagang menggoreng samosa, makanan khas Timur Tengah, sementara pedagang wanita menggunakan hijab menggoreng panekuk jagung.

“Saya telah tinggal di Chiang Mai bertahun-tahun tapi tidak pernah tahu ada tempat ini,” ucap seorang perempuan sambil berlalu.

Hal tersebut dapat dimaklumi karena letak Pasar Kad Ban Ho memang tersembunyi sehingga sulit untuk menemukannya. Selain itu, Pasar Kad Ban Ho baru dibangun kurang dari dua tahun yang lalu.

Nama Kad Ban Ho diambil dari komunitas muslim Cina dari Provinsi Yunnan, Cina. Beberapa tahun yang lalu, para pemuka agama Islam di Cina telah menjelajahi berbagai rute di antara Cina dan Kerajaan Lanna.

Komunitas Muslim Cina di Chiang Mai terbentuk sejak 80 tahun yang lalu. Keturunan Zheng Chong Ling, seorang penjelajah Cina yang menemukan Chiang Mai pada 1905, kini dikenal dengan nama Thailand, Wonglukiat.

Pasar Kad Ban Ho menawarkan berbagai jenis dagangan yang tidak tersedia di pasar biasa, seperti alpukat, ayam hitam, saus pasta khas Timur Tengah, rempah-rempah, dan daging kering.

Selain makanan halal, mereka juga menawarkan dagangan dari Cina dan Burma. Pasar ini dioperasikan oleh warga Cina yang tidak terlalu bisa berbicara bahasa Thailand. Salah satu alasan orang-orang mengunjungi pasar ini ialah untuk mencari makanan yang tidak bisa mereka temukan di tempat lain. (detik/pahamilah)


(Suasana Ramadan di Masjid Lyalya Tyulpan (Masjid Tulip Kembang) 
ialah masjid terbesar di Bashkortostan dan ketiga terbesar di Russia.)


Oleh: *Alstonia Maharani


Saat ini saya tinggal di daerah selatan pegunungan Ural tepatnya di kota Bashkortostan. Ibu kota Bashkortostan itu sendiri adalah Ufa. Kota Ufa merupakan salah satu kota terbesar di Rusia, sebuah kota yang indah dengan populasi melebihi tiga juta orang.

Menurut proporsi etnisitasnya, kota Ufa didominasi oleh orang Rusia, Tatar, dan Bashkir. Kota ini juga menjadi tempat tinggal bagi minoritas lainnya yaitu orang Azeri, Armenia, Belarus, Kazakh, Vietnam, Korea, Latvia, Mari, Mordvinia, Jerman, Udmurt, Yahudi, Ukraina, dan Chuvash.

Mayoritas penduduk di Ufa kebanyakan menganut agama Islam, jadi sangat mudah untuk menemukan masjid untuk tempat beribadah. Di Bashkortostan seperti halnya di negara lainnya saat ini sedang merayakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Bulan yang paling penting dan terhormat bagi umat Islam. Selama sebulan penuh kita harus meninggalkan minum, makan, dan hal-hal yang memang dilarang pada saat bulan Ramadan untuk dilakukan.

Berpuasa di Ufa berbeda sekali dengan Indonesia. Di sini berpuasa sekitar 19-20 jam, sedangkan di Indonesia sekitar 13-14 jam. Oleh karenanya para dokter di sini sangat peduli kepada umat Islam dengan memperingatkan bahwa dengan cuaca yang tidak menentu di Ufa, terkadang panas sekali dan juga sangat dingin dapat mempengaruhi kesehatan orang-orang, terutama bagi orang tua serta orang dengan penyakit kronis. Orang yang sedang sakit, wanita hamil dan menyusui disarankan untuk tidak puasa apabila sekiranya membahayakan fisiknya. Oleh karena itu dokter menyarankan makan makanan berprotein lebih banyak dan cairan untuk mengembalikan keseimbangan air dan energi dalam tubuh kita.

Setahun sekali kita melakukan ibadah puasa di bulan Ramadan, tidak hanya merasakan lapar dan haus tetapi kita juga harus menahan hawa nafsu. Di sini yang terpenting adalah apa yang kita dapatkan setelah berpuasa selama kurang lebih 30 hari, kebaikan-kebaikan apa yang telah kita perbuat, perubahan dalam diri apa yang kita sudah dapatkan. Karena bulan Ramadan memiliki berbagai keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh bulan lainnya oleh karenanya jangan sampai tidak ada sesuatu yang bermakna dan tidak adanya perubahan dalam diri kita setelah bulan Ramadan. Sehingga kelak manusia akan mencapai titik kesempurnaan apabila terus-menerus melakukan perbaikan dan evaluasi diri.

Selama melewati 15 hari berpuasa di Kota Ufa ini, banyak hikmah-hikmah yang sudah saya dapatkan. Antara lainnya yang mau saya sampaikan adalah :

1. Di Ramadan ini mengajarkan kita untuk tetap bersabar dan ikhlas. Melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan. Kita tidak hanya berpuasa, tapi menahan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa, dan segala yang dapat merusak puasa. Terutama hal-hal yang dapat menimbulkan dosa. Sehingga senantiasa terbiasa dan terlatih untuk bersih dari perbuatan yang dapat menimbulkan dosa. Latihan kesabaran dan keikhlasan inilah yang menimbulkan kemajuan positif bagi kehidupan kita kelak.

2. Melatih diri untuk berdisiplin waktu. Dalam tiga puluh hari, terjadwal dengan rapih apa yang akan kita perbuat di bulan Ramadan ini. Setiap orang pasti memiliki jadwal waktu masing-masing. Membagi waktu dari mulai sahur, kuliah, ngaji, salat berjamaah, belajar, masak dan semua kegiatan yang berbau kebaikan. Di bulan Ramadan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah dan amal-amal sunat. Rutinitas yang sudah teratur dan disiplin inilah yang membawa tujuan kehidupan kita akan lebih baik lagi.

3. Mengerti pentingnya arti persaudaraan dan silaturahmi. Di dalam ajaran Islam ada persaudaraan sesama muslim, di sini tampak jelas persaudaraan di bulan Ramadan. Hal yang saya rasakan di sini walaupun tinggal di asrama pada saat sahur dan berbuka puasa, tidak perseorangan tetapi kita selalu beramai-ramai. Banyak teman-teman muslim dari Nigeria, Yemen, Tanzania, Mali, Uzbekistan dari persiapan sahur dan menjelang berbuka puasa, kami selalu bersama-sama. Begitu pun apabila berbuka di Masjid, seperti halnya di Indonesia, memberikan takjil gratis pada perbukaan puasa secara gratis kemudian salat bersama di masjid. Sesama muslim saling bersalaman, bercengkrama, salat Tarawih bareng dan saling mengajarkan Qur'an. Dengan ukhuwah islamiyah yang kuat berarti kita juga memperkuat agama Islam itu sendiri.

4. Bulan Ramadan memberikan arti hidup hemat dan sederhana. Segala kebutuhan kita di bulan Ramadan ini bisa dibilang berkurang, kita makan dan minum pada saat sahur dan buka puasa. Kita tidak harus membeli banyak minuman dan kue yang akhirnya tidak kita makan. Hal ini menyadarkan kita betapa kita harus hemat, membeli sekedar yang dibutuhkan. Kelebihan uang yang kita punyai mungkin dapat kita tabung atau juga dapat disedekahkan bagi yang lebih membutuhkan.

5. Meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, atas nikmat-nikmat yang diberikan kepada kita. Dengan berpuasa kita pun bisa merasakan hal yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang memang tidak mempunyai makanan. Rasa syukur kita akan adanya nikmat makanan yang telah kita punyai terasa ketika kita puasa.

Sungguh ini merupakan sebuah kenikmatan yang sangat luar biasa, karena saat ini kita semuanya umat muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Bulan yang penuh dengan keberkahan, ampunan, rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Semoga kita dan para pembaca diberikan kemudahan oleh Allah SWT untuk membentuk pribadi muslim yang bertakwa. (detik/pahamilah)




*) Penulis merupakan mahasiswi jurusan Operation and Maintenance of oil production facility di Ufa State Petroleum Technical University (USPTU). 



Ketika Muslim Jadi Mayoritas di Kota Ufa Rusia

(Suasana Ramadan di Masjid Lyalya Tyulpan (Masjid Tulip Kembang) 
ialah masjid terbesar di Bashkortostan dan ketiga terbesar di Russia.)


Oleh: *Alstonia Maharani


Saat ini saya tinggal di daerah selatan pegunungan Ural tepatnya di kota Bashkortostan. Ibu kota Bashkortostan itu sendiri adalah Ufa. Kota Ufa merupakan salah satu kota terbesar di Rusia, sebuah kota yang indah dengan populasi melebihi tiga juta orang.

Menurut proporsi etnisitasnya, kota Ufa didominasi oleh orang Rusia, Tatar, dan Bashkir. Kota ini juga menjadi tempat tinggal bagi minoritas lainnya yaitu orang Azeri, Armenia, Belarus, Kazakh, Vietnam, Korea, Latvia, Mari, Mordvinia, Jerman, Udmurt, Yahudi, Ukraina, dan Chuvash.

Mayoritas penduduk di Ufa kebanyakan menganut agama Islam, jadi sangat mudah untuk menemukan masjid untuk tempat beribadah. Di Bashkortostan seperti halnya di negara lainnya saat ini sedang merayakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Bulan yang paling penting dan terhormat bagi umat Islam. Selama sebulan penuh kita harus meninggalkan minum, makan, dan hal-hal yang memang dilarang pada saat bulan Ramadan untuk dilakukan.

Berpuasa di Ufa berbeda sekali dengan Indonesia. Di sini berpuasa sekitar 19-20 jam, sedangkan di Indonesia sekitar 13-14 jam. Oleh karenanya para dokter di sini sangat peduli kepada umat Islam dengan memperingatkan bahwa dengan cuaca yang tidak menentu di Ufa, terkadang panas sekali dan juga sangat dingin dapat mempengaruhi kesehatan orang-orang, terutama bagi orang tua serta orang dengan penyakit kronis. Orang yang sedang sakit, wanita hamil dan menyusui disarankan untuk tidak puasa apabila sekiranya membahayakan fisiknya. Oleh karena itu dokter menyarankan makan makanan berprotein lebih banyak dan cairan untuk mengembalikan keseimbangan air dan energi dalam tubuh kita.

Setahun sekali kita melakukan ibadah puasa di bulan Ramadan, tidak hanya merasakan lapar dan haus tetapi kita juga harus menahan hawa nafsu. Di sini yang terpenting adalah apa yang kita dapatkan setelah berpuasa selama kurang lebih 30 hari, kebaikan-kebaikan apa yang telah kita perbuat, perubahan dalam diri apa yang kita sudah dapatkan. Karena bulan Ramadan memiliki berbagai keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh bulan lainnya oleh karenanya jangan sampai tidak ada sesuatu yang bermakna dan tidak adanya perubahan dalam diri kita setelah bulan Ramadan. Sehingga kelak manusia akan mencapai titik kesempurnaan apabila terus-menerus melakukan perbaikan dan evaluasi diri.

Selama melewati 15 hari berpuasa di Kota Ufa ini, banyak hikmah-hikmah yang sudah saya dapatkan. Antara lainnya yang mau saya sampaikan adalah :

1. Di Ramadan ini mengajarkan kita untuk tetap bersabar dan ikhlas. Melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan. Kita tidak hanya berpuasa, tapi menahan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa, dan segala yang dapat merusak puasa. Terutama hal-hal yang dapat menimbulkan dosa. Sehingga senantiasa terbiasa dan terlatih untuk bersih dari perbuatan yang dapat menimbulkan dosa. Latihan kesabaran dan keikhlasan inilah yang menimbulkan kemajuan positif bagi kehidupan kita kelak.

2. Melatih diri untuk berdisiplin waktu. Dalam tiga puluh hari, terjadwal dengan rapih apa yang akan kita perbuat di bulan Ramadan ini. Setiap orang pasti memiliki jadwal waktu masing-masing. Membagi waktu dari mulai sahur, kuliah, ngaji, salat berjamaah, belajar, masak dan semua kegiatan yang berbau kebaikan. Di bulan Ramadan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah dan amal-amal sunat. Rutinitas yang sudah teratur dan disiplin inilah yang membawa tujuan kehidupan kita akan lebih baik lagi.

3. Mengerti pentingnya arti persaudaraan dan silaturahmi. Di dalam ajaran Islam ada persaudaraan sesama muslim, di sini tampak jelas persaudaraan di bulan Ramadan. Hal yang saya rasakan di sini walaupun tinggal di asrama pada saat sahur dan berbuka puasa, tidak perseorangan tetapi kita selalu beramai-ramai. Banyak teman-teman muslim dari Nigeria, Yemen, Tanzania, Mali, Uzbekistan dari persiapan sahur dan menjelang berbuka puasa, kami selalu bersama-sama. Begitu pun apabila berbuka di Masjid, seperti halnya di Indonesia, memberikan takjil gratis pada perbukaan puasa secara gratis kemudian salat bersama di masjid. Sesama muslim saling bersalaman, bercengkrama, salat Tarawih bareng dan saling mengajarkan Qur'an. Dengan ukhuwah islamiyah yang kuat berarti kita juga memperkuat agama Islam itu sendiri.

4. Bulan Ramadan memberikan arti hidup hemat dan sederhana. Segala kebutuhan kita di bulan Ramadan ini bisa dibilang berkurang, kita makan dan minum pada saat sahur dan buka puasa. Kita tidak harus membeli banyak minuman dan kue yang akhirnya tidak kita makan. Hal ini menyadarkan kita betapa kita harus hemat, membeli sekedar yang dibutuhkan. Kelebihan uang yang kita punyai mungkin dapat kita tabung atau juga dapat disedekahkan bagi yang lebih membutuhkan.

5. Meningkatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, atas nikmat-nikmat yang diberikan kepada kita. Dengan berpuasa kita pun bisa merasakan hal yang dirasakan oleh saudara-saudara kita yang memang tidak mempunyai makanan. Rasa syukur kita akan adanya nikmat makanan yang telah kita punyai terasa ketika kita puasa.

Sungguh ini merupakan sebuah kenikmatan yang sangat luar biasa, karena saat ini kita semuanya umat muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Bulan yang penuh dengan keberkahan, ampunan, rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Semoga kita dan para pembaca diberikan kemudahan oleh Allah SWT untuk membentuk pribadi muslim yang bertakwa. (detik/pahamilah)




*) Penulis merupakan mahasiswi jurusan Operation and Maintenance of oil production facility di Ufa State Petroleum Technical University (USPTU).