middle ad
Tampilkan postingan dengan label Isis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Isis. Tampilkan semua postingan
ISIL di Iraq, buatan AS

Pahamilah.com - Seorang mantan staf Kongres AS mengatakan, Amerika dan sekutunya menciptakan hantu Takfiri ISIS demi membuka lahan pengirimian pasukan ke Irak.

"ISIS adalah hantu ciptaan Barat yang memungkinkan Barat untuk kembali dengan sepatu bot di lapangan," kata Rodney Martin dalam wawancara dengan Press TV hari Minggu (8/9/14).

Ia lebih lanjut mengkritik Presiden AS Barack Obama karena mengikuti kebijakan yang diambil oleh neoconservatis terkait Suriah dan Irak.

"Kata Presiden Obama, perang melawan ISIS memerlukan beberapa sumber daya. Ini garis neocon. Sudah ada dorongan neokonservatif untuk kembali ke Irak dalam beberapa bentuk," lanjutnya.

"Ini adalah sumber daya yang disebut Presiden Obama. Itu berarti tentara kembali ke Irak dan pada dasarnya menerapkan 'blue print' yang dikembangkan dalam Proyek Abad Baru Amerika," kata Martin.

Sebelumnya, militer Amerika mengumumkan telah melakukan serangkaian serangan udara baru terhadap kelompok teroris ISIS dekat bendungan di Irak Sungai Efrat.

"ISIS menguasai sebuah pangkalan udara di Suriah dan mengeksekusi secara brutal sekitar 250 tentara Suriah. Tapi tidak ada lagi kemarahan Presiden Obama tentang eksekusi pasukan Suriah itu karena Presiden Obama, Barat dan neokonservatif memang ingin menghapus Presiden Bashar Al-Assad," Martin menjelaskan.

AS dan sekutunya secara finansial dan militer membantu kelompok militan melawan pasukan pemerintah Suriah dan mengabaikan peringatan negara-negara seperti Iran bahwa kelompok-kelompok pemberontak tersebut suatu hari akan balik menyerang AS dan sekutunya. (islamtimes/pahamilah)



Mantan Staf Kongres AS: ISIS Hantu Buatan AS

ISIL di Iraq, buatan AS

Pahamilah.com - Seorang mantan staf Kongres AS mengatakan, Amerika dan sekutunya menciptakan hantu Takfiri ISIS demi membuka lahan pengirimian pasukan ke Irak.

"ISIS adalah hantu ciptaan Barat yang memungkinkan Barat untuk kembali dengan sepatu bot di lapangan," kata Rodney Martin dalam wawancara dengan Press TV hari Minggu (8/9/14).

Ia lebih lanjut mengkritik Presiden AS Barack Obama karena mengikuti kebijakan yang diambil oleh neoconservatis terkait Suriah dan Irak.

"Kata Presiden Obama, perang melawan ISIS memerlukan beberapa sumber daya. Ini garis neocon. Sudah ada dorongan neokonservatif untuk kembali ke Irak dalam beberapa bentuk," lanjutnya.

"Ini adalah sumber daya yang disebut Presiden Obama. Itu berarti tentara kembali ke Irak dan pada dasarnya menerapkan 'blue print' yang dikembangkan dalam Proyek Abad Baru Amerika," kata Martin.

Sebelumnya, militer Amerika mengumumkan telah melakukan serangkaian serangan udara baru terhadap kelompok teroris ISIS dekat bendungan di Irak Sungai Efrat.

"ISIS menguasai sebuah pangkalan udara di Suriah dan mengeksekusi secara brutal sekitar 250 tentara Suriah. Tapi tidak ada lagi kemarahan Presiden Obama tentang eksekusi pasukan Suriah itu karena Presiden Obama, Barat dan neokonservatif memang ingin menghapus Presiden Bashar Al-Assad," Martin menjelaskan.

AS dan sekutunya secara finansial dan militer membantu kelompok militan melawan pasukan pemerintah Suriah dan mengabaikan peringatan negara-negara seperti Iran bahwa kelompok-kelompok pemberontak tersebut suatu hari akan balik menyerang AS dan sekutunya. (islamtimes/pahamilah)



Barack Obama berpidato di Konfrensi NATO 5/9 (Press TV)

Pahamilah.com - Tak kuat menghadapi derasnya kritik tentang kebijakan luar negri yang dijalankannya, Presiden Barack Obama mengklaim bahwa Amerika akan melucuti ISIS sebagaimana negara itu melucuti al-Qaeda.

Tapi entah bagaimana caranya. Obama sendiri sejauh ini menolak pengiriman tentara Amerika ke Suriah untuk membasmi ISIS.

"Kami sedang mencari partner efektif di lapangan untuk mengusir ISIS," katanya seperti dilansir situs Press TV.

"Tujuannya melucuti [ISIS]," tambahnya.

Sejak bulan lalu, Obama menuai kritik deras dari publik Amerika karena dianggap minus strategi untuk melawan ISIS di Irak dan Surih.

Jauh-jauh hari sebelumnya, Amerika beserta sekutunya begitu getol mendukung kelompok-kelompok ekstrimis yang 'berjuang' menjatuhkan pemerintahan sah Suriah. Salah satu kelompok itu adalah ISIS yang sejak bulan Juni lalu merangsek maju ke Irak.

Kini, setelah ISIS menjadi mosnter besar dan mulai mengancam kepentingan Amerika di Irak, negara Paman Sam itu mulai kasak kusuk memikirkan cara bagaimana melawan ISIS. (islamtimes/pahamilah)
 

Klaim Lucu Obama

Barack Obama berpidato di Konfrensi NATO 5/9 (Press TV)

Pahamilah.com - Tak kuat menghadapi derasnya kritik tentang kebijakan luar negri yang dijalankannya, Presiden Barack Obama mengklaim bahwa Amerika akan melucuti ISIS sebagaimana negara itu melucuti al-Qaeda.

Tapi entah bagaimana caranya. Obama sendiri sejauh ini menolak pengiriman tentara Amerika ke Suriah untuk membasmi ISIS.

"Kami sedang mencari partner efektif di lapangan untuk mengusir ISIS," katanya seperti dilansir situs Press TV.

"Tujuannya melucuti [ISIS]," tambahnya.

Sejak bulan lalu, Obama menuai kritik deras dari publik Amerika karena dianggap minus strategi untuk melawan ISIS di Irak dan Surih.

Jauh-jauh hari sebelumnya, Amerika beserta sekutunya begitu getol mendukung kelompok-kelompok ekstrimis yang 'berjuang' menjatuhkan pemerintahan sah Suriah. Salah satu kelompok itu adalah ISIS yang sejak bulan Juni lalu merangsek maju ke Irak.

Kini, setelah ISIS menjadi mosnter besar dan mulai mengancam kepentingan Amerika di Irak, negara Paman Sam itu mulai kasak kusuk memikirkan cara bagaimana melawan ISIS. (islamtimes/pahamilah)
 
Foto: Kicauan John Kirby di akun Twitternya.


Pahamilah.com - Mengapa sekarang Obama kembali melakukan aksi militer AS ke Irak? Mengapa Prancis sangat mendukung aksi militer tersebut?

Obama mengklaim bahwa aksi militer itu dimaksudkan untuk melindungi kaum minoritas. Tentu saja ini bukan hal baru. Obama adalah presiden keempat berturut-turut yang mengebom Irak... seraya mengklaim semua itu untuk tujuan kemanusiaan.

Namun arsitek Perang Irak (yang dimulai pada 2003) itu sendiri mengakui bahwa aksinya berkisar soal minyak. Namun bagaimana dengan sekarang? Mengapa AS dan Prancis kini mengerahkan kekuatan militernya di Irak?

ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak utama di wilayah Kurdi, Irak, pada 3 Agustus 2014 lalu. Hanya beberapa hari kemudian, AS mulai mengebom ISIS.

Rangkaian serangan itu ditargetkan untuk melindungi sumberdaya minyak. Ini sebagaimana dicatat International Business Times,

"Sekretaris Pers Pentagon Laksamana John Kirby berkicau, 'Militer AS melakukan serangan pesawat terhadap artileri ISIS [Negara Islam]. Artileri itu digunakan untuk melawan pasukan Kurdi yang melincungi Erbil, dekat personel AS.'"

"Dua pesawat tempur F-18 menjatuhkan bom 500 seberat pon yang dipandu laser pada target artileri bergerak. Militan Negara Islam menggunakan artileri yang ditinggalkan tentara Irak saat melarikan diri untuk memberondong pasukan Kurdi yang melindung ibukota provinsi Kurdistan."

"Serangan udara AS sangat kecil dan sangat bertarget, dan pasukan Peshmerga Kurdistan menanti serangan jet tempur AS yang lebih banyak, menurut laporan."

Perlu dicatat bahwa pada awalnya, pembunuhan, kekacauan, dan kekejaman berbulan-bulan ISIS terhadap warga Kristen dan minoritas lainnya tidak mendorong AS atau Prancis melakukan intervensi militer untuk alasan "kemanusiaan". Dalam hal ibi, serangan udara itu hanya ditargetkan untuk melindungi Erbil, ibukota wilayah Kurdistan.

AS dan Prancis tidak pernah mengangkat jarinya untuk melindungi warga Kurdi. Memang, AS secara aktif telah mengkhianati suku Kurdi dan membiarkan mereka dibantai. Misalnya, selama Perang Teluk, AS menyeru suku Kurdi untuk bangkit melawan Saddam (yang menyiratkan bahwa AS akan melindungi mereka); namun kemudian membiarkan Saddam membantai suku Kurdi secara massal.

Jadi, mengapa AS dan Prancis kini tergerak untuk melindungi Erbil? Jawabnya: Erbil merupakan pusat minyak utama. Pemerintah Kurdi memperkirakan bahwa wilayah ini menjadi produsen minyak terbesar ke-9 di dunia.

Perusahaan-perusahaan minyak di seluruh dunia beroperasi di Kurdistan, termasuk:

1. Perusahaan minyak raksasa AS seperti Exxon Mobil, Chevron, Aspect Energy, Marathon Oil Corporation, Hillwood International Energy, Hunt Oil, Prime Oil, Murphy Oil, Hess Corporation, HKN Energy, dan Viking International.

2. Perusahaan minyak raksasa Prancis, seperti Total.

3. Perusahaan minyak Kanada, seperti Forbes and Manhattan, Western Zagros Resources, Talisman Energy Inc, NIKO Resources, Ground Star, Shamaran.

4. Korea Selatan, seperti Korea National Oil Company (KNOC).

5. Turki, seperti Genel Energy, Petoil, Dogan.

6. Inggris, seperti Gulf Keystone Petroleum, Sterling Energy, Heritage Oil.

7. Anglo-Perancis, seperti Perenco.

8. UAE, seperti TAQA dan Dana Petroleum.

9. Austria, seperti OMV.

10. Cina memperoleh kehadiran signifikan di Kurdistan, Irak, setelah Sinopec Group membeli Addax Petroleum pada 2009.

11. Hongaria, seperti MOL.

12. India, seperti Reliance Industries.

13. Papua Nugini, seperti Oil Search.

14. Rusia, seperti Norbest dan Gazprom Neft.

15. Norwegia, seperti DNO.

16. Irak, seperti PT Oil Search (Irak), Kar Group, Qaiwan Group.

17. Spanyol seperti Repsol.

18. Perusahaan mandiri seperti Afren.

Ya, dengan keberadaan Chevron, Exxon, Marathon, Hess, dan Total yang mengoperasikan fasilitas utamanya di Erbil, perang Irak terbaru lagi-lagi berkisar soal minyak... sebagaimana ditegaskan New Yorker, New Republic, dan Vox.

Bagi kalangan yang tidak percaya bahwa minyak Irak mendorong kebijakan luar negeri AS, silahkan menengok artikel Brookings yang dipublikasikan pada bulan Juni, "Harus jelas bahwa pertimbangan utama AS yang muncul dari [penyitaan kapling besar Irak oleh ISIS] adalah potensinya untuk mempengaruhi produksi minyak Irak. Setiap gangguan signifikan terhadap produksi minyak Irak saat ini atau penurunan jangka panjang dalam pertumbuhannya akan berakibat besar bagi ekonomi AS."  (islamtimes/pahamilah)


Inilah Alasan Utama Aksi Militer Terbaru AS dan Perancis di Irak

Foto: Kicauan John Kirby di akun Twitternya.


Pahamilah.com - Mengapa sekarang Obama kembali melakukan aksi militer AS ke Irak? Mengapa Prancis sangat mendukung aksi militer tersebut?

Obama mengklaim bahwa aksi militer itu dimaksudkan untuk melindungi kaum minoritas. Tentu saja ini bukan hal baru. Obama adalah presiden keempat berturut-turut yang mengebom Irak... seraya mengklaim semua itu untuk tujuan kemanusiaan.

Namun arsitek Perang Irak (yang dimulai pada 2003) itu sendiri mengakui bahwa aksinya berkisar soal minyak. Namun bagaimana dengan sekarang? Mengapa AS dan Prancis kini mengerahkan kekuatan militernya di Irak?

ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak utama di wilayah Kurdi, Irak, pada 3 Agustus 2014 lalu. Hanya beberapa hari kemudian, AS mulai mengebom ISIS.

Rangkaian serangan itu ditargetkan untuk melindungi sumberdaya minyak. Ini sebagaimana dicatat International Business Times,

"Sekretaris Pers Pentagon Laksamana John Kirby berkicau, 'Militer AS melakukan serangan pesawat terhadap artileri ISIS [Negara Islam]. Artileri itu digunakan untuk melawan pasukan Kurdi yang melincungi Erbil, dekat personel AS.'"

"Dua pesawat tempur F-18 menjatuhkan bom 500 seberat pon yang dipandu laser pada target artileri bergerak. Militan Negara Islam menggunakan artileri yang ditinggalkan tentara Irak saat melarikan diri untuk memberondong pasukan Kurdi yang melindung ibukota provinsi Kurdistan."

"Serangan udara AS sangat kecil dan sangat bertarget, dan pasukan Peshmerga Kurdistan menanti serangan jet tempur AS yang lebih banyak, menurut laporan."

Perlu dicatat bahwa pada awalnya, pembunuhan, kekacauan, dan kekejaman berbulan-bulan ISIS terhadap warga Kristen dan minoritas lainnya tidak mendorong AS atau Prancis melakukan intervensi militer untuk alasan "kemanusiaan". Dalam hal ibi, serangan udara itu hanya ditargetkan untuk melindungi Erbil, ibukota wilayah Kurdistan.

AS dan Prancis tidak pernah mengangkat jarinya untuk melindungi warga Kurdi. Memang, AS secara aktif telah mengkhianati suku Kurdi dan membiarkan mereka dibantai. Misalnya, selama Perang Teluk, AS menyeru suku Kurdi untuk bangkit melawan Saddam (yang menyiratkan bahwa AS akan melindungi mereka); namun kemudian membiarkan Saddam membantai suku Kurdi secara massal.

Jadi, mengapa AS dan Prancis kini tergerak untuk melindungi Erbil? Jawabnya: Erbil merupakan pusat minyak utama. Pemerintah Kurdi memperkirakan bahwa wilayah ini menjadi produsen minyak terbesar ke-9 di dunia.

Perusahaan-perusahaan minyak di seluruh dunia beroperasi di Kurdistan, termasuk:

1. Perusahaan minyak raksasa AS seperti Exxon Mobil, Chevron, Aspect Energy, Marathon Oil Corporation, Hillwood International Energy, Hunt Oil, Prime Oil, Murphy Oil, Hess Corporation, HKN Energy, dan Viking International.

2. Perusahaan minyak raksasa Prancis, seperti Total.

3. Perusahaan minyak Kanada, seperti Forbes and Manhattan, Western Zagros Resources, Talisman Energy Inc, NIKO Resources, Ground Star, Shamaran.

4. Korea Selatan, seperti Korea National Oil Company (KNOC).

5. Turki, seperti Genel Energy, Petoil, Dogan.

6. Inggris, seperti Gulf Keystone Petroleum, Sterling Energy, Heritage Oil.

7. Anglo-Perancis, seperti Perenco.

8. UAE, seperti TAQA dan Dana Petroleum.

9. Austria, seperti OMV.

10. Cina memperoleh kehadiran signifikan di Kurdistan, Irak, setelah Sinopec Group membeli Addax Petroleum pada 2009.

11. Hongaria, seperti MOL.

12. India, seperti Reliance Industries.

13. Papua Nugini, seperti Oil Search.

14. Rusia, seperti Norbest dan Gazprom Neft.

15. Norwegia, seperti DNO.

16. Irak, seperti PT Oil Search (Irak), Kar Group, Qaiwan Group.

17. Spanyol seperti Repsol.

18. Perusahaan mandiri seperti Afren.

Ya, dengan keberadaan Chevron, Exxon, Marathon, Hess, dan Total yang mengoperasikan fasilitas utamanya di Erbil, perang Irak terbaru lagi-lagi berkisar soal minyak... sebagaimana ditegaskan New Yorker, New Republic, dan Vox.

Bagi kalangan yang tidak percaya bahwa minyak Irak mendorong kebijakan luar negeri AS, silahkan menengok artikel Brookings yang dipublikasikan pada bulan Juni, "Harus jelas bahwa pertimbangan utama AS yang muncul dari [penyitaan kapling besar Irak oleh ISIS] adalah potensinya untuk mempengaruhi produksi minyak Irak. Setiap gangguan signifikan terhadap produksi minyak Irak saat ini atau penurunan jangka panjang dalam pertumbuhannya akan berakibat besar bagi ekonomi AS."  (islamtimes/pahamilah)


ISIL di Iraq

Pahamilah.com - AS diam-diam mendukung kelompok teroris ISIS di Irak untuk "mengacaukan" negara ini sebagai bagian dari strategi "de-stabilisaasi " dan eksploitasi sumber minyak, ungkap seorang analis geo-politik di Missouri.

Peringatan terbaru pejabat senior AS bahwa militan ISIS menimbulkan ancaman bagi Barat adalah "kebohongan besar" dan taktik menakut-nakuti demi mempengaruhi opini publik, kata Dean Henderson, seorang kolumnis di Veterans Today.

Munculnya ISIS dan keuntungan yang bisa cepat diraih di Suriah serta Irak telah dirancang  pemerintahan Presiden Barack Obama, paparnya pada Press TV, Senin (11/8/14).

AS mengacau pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki karena akhir-akhir ini ia belum bertindak seperti yang mereka inginkan. Jadi mereka mengirim pesan untuknya, lanjut Henderson.

Pemerintahan Obama juga berusaha membagi Irak menjadi wilayah yang lebih kecil untuk melemahkan dan mempermudah kontrol. "Ini semua sangat strategis. AS mendukung ISIS di Suriah, mendukung mereka di Irak ... itu semua bagian dari rencana mereka."

Pada hari Kamis (7/8), Obama mengizinkan penggunaan kekuatan terhadap ISIS. Sehari kemudian, ia berjanji operasi akan berlangsung selama "diperlukan" untuk mencegah kemajuan teroris di Irak utara, di mana para diplomat Amerika bertugas.

Serangan udara Amerika di Irak utara bisa memprovokasi kelompok teroris untuk menyerang AS, para ahli dan pejabat memperingatkan.

"Sejujurnya saya pikir itu ibarat asap dan cermin. Kami dihujani cerita menakutkan...di Amerika, disini akhir-akhir ini, baik itu Ebola atau ISIS atau apa pun. Sekarang mereka tampaknya benar-benar ingin menakut-nakuti orang, merusak keseimbangan semua orang," kata Henderson. (pahamilah/islamtimes)

Diam-diam, AS Dukung ISIS Hancurkan Irak

ISIL di Iraq

Pahamilah.com - AS diam-diam mendukung kelompok teroris ISIS di Irak untuk "mengacaukan" negara ini sebagai bagian dari strategi "de-stabilisaasi " dan eksploitasi sumber minyak, ungkap seorang analis geo-politik di Missouri.

Peringatan terbaru pejabat senior AS bahwa militan ISIS menimbulkan ancaman bagi Barat adalah "kebohongan besar" dan taktik menakut-nakuti demi mempengaruhi opini publik, kata Dean Henderson, seorang kolumnis di Veterans Today.

Munculnya ISIS dan keuntungan yang bisa cepat diraih di Suriah serta Irak telah dirancang  pemerintahan Presiden Barack Obama, paparnya pada Press TV, Senin (11/8/14).

AS mengacau pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki karena akhir-akhir ini ia belum bertindak seperti yang mereka inginkan. Jadi mereka mengirim pesan untuknya, lanjut Henderson.

Pemerintahan Obama juga berusaha membagi Irak menjadi wilayah yang lebih kecil untuk melemahkan dan mempermudah kontrol. "Ini semua sangat strategis. AS mendukung ISIS di Suriah, mendukung mereka di Irak ... itu semua bagian dari rencana mereka."

Pada hari Kamis (7/8), Obama mengizinkan penggunaan kekuatan terhadap ISIS. Sehari kemudian, ia berjanji operasi akan berlangsung selama "diperlukan" untuk mencegah kemajuan teroris di Irak utara, di mana para diplomat Amerika bertugas.

Serangan udara Amerika di Irak utara bisa memprovokasi kelompok teroris untuk menyerang AS, para ahli dan pejabat memperingatkan.

"Sejujurnya saya pikir itu ibarat asap dan cermin. Kami dihujani cerita menakutkan...di Amerika, disini akhir-akhir ini, baik itu Ebola atau ISIS atau apa pun. Sekarang mereka tampaknya benar-benar ingin menakut-nakuti orang, merusak keseimbangan semua orang," kata Henderson. (pahamilah/islamtimes)

ISIL, mengeksekusi rakyat sipil di Iraq

Pahamilah.com - Kolumnis Amerika, Allen Roland mengatakan Amerika menyerang kelompok ISIS yang binaan sendiri dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintahan Obama menyerang "pemberontak yang kami berdayakan" katanya tentang serangan udara AS baru-baru terhadap ISIS di Irak.

Ia juga mencatat, "Sebagian besar pengeboman Irak sekarang pada dasarnya dilakukan  AS," kata Roland Press TV, hari Minggu (10/8/14).

Ia  juga menanggapi pernyataan Senator Lindsey Graham bahwa ekstremis kelompok Takfiri ISIS menimbulkan ancaman nyata untuk Amerika. Roland mengatakan, ada banyak fakta tentang perang Irak yang tidak dimengerti oleh publik Amerika. Menurutnya, ada masalah lebih besar yang dipertaruhkan di sini.

Ia melanjutkan, perang Irak pada dasarnya dilancarkan oleh mantan wakil presiden AS Dick Cheney. "Itu selalu kembali ke Dick Cheney dan 9/11. Kita mendapat beberapa informasi bahwa ini adalah perang Cheney, Irak adalah benar-benar perang Cheney," kata Roland.

Amerika pekan lalu meluncurkan serangan udara terhadap teroris ISIS yang merebut wilayah barat dan utara Irak. (islamtimes/pahamilah)

Kolumnis Amerika: AS Serang ISIS, Teroris Binaan Sendiri

ISIL, mengeksekusi rakyat sipil di Iraq

Pahamilah.com - Kolumnis Amerika, Allen Roland mengatakan Amerika menyerang kelompok ISIS yang binaan sendiri dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintahan Obama menyerang "pemberontak yang kami berdayakan" katanya tentang serangan udara AS baru-baru terhadap ISIS di Irak.

Ia juga mencatat, "Sebagian besar pengeboman Irak sekarang pada dasarnya dilakukan  AS," kata Roland Press TV, hari Minggu (10/8/14).

Ia  juga menanggapi pernyataan Senator Lindsey Graham bahwa ekstremis kelompok Takfiri ISIS menimbulkan ancaman nyata untuk Amerika. Roland mengatakan, ada banyak fakta tentang perang Irak yang tidak dimengerti oleh publik Amerika. Menurutnya, ada masalah lebih besar yang dipertaruhkan di sini.

Ia melanjutkan, perang Irak pada dasarnya dilancarkan oleh mantan wakil presiden AS Dick Cheney. "Itu selalu kembali ke Dick Cheney dan 9/11. Kita mendapat beberapa informasi bahwa ini adalah perang Cheney, Irak adalah benar-benar perang Cheney," kata Roland.

Amerika pekan lalu meluncurkan serangan udara terhadap teroris ISIS yang merebut wilayah barat dan utara Irak. (islamtimes/pahamilah)


Pahamilah.com - Kemunculan kelompok pengusung Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) rupanya sudah diprediksi oleh sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib. Demkian disampaikan pimpinan Majelis Ta'lim Al Khairat Condet Habib Mahdi Alatas, Sabtu (9/8).

"Sekitar 1.400 tahun silam, Imam Ali telah mengingatkan akan datangnya gerombolan bengis ISIS, Al Nusro, dan lain-lain, yang akan mengibarkan panji-panji hitam. Ucapan beliau terekam dalam literatur hadits ahlus sunnah wal jama'ah, yakni dalam kitab Kanzul Ummal yang dihimpun oleh ulama besar Al Muttaqi Al Hindi," ujar Habib Mahdi kepada Republika.

Menurutnya, dalam riwayat nomor 31.530 kitab tersebut, Imam Ali menerangkan fenomena kemunculan kelompok Islam serupa ISIS.    

"Jika kalian melihat bendera-bendera hitam, tetaplah kalian di tempat kalian berada. Jangan beranjak dan jangan menggerakkan tangan dan kaki kalian," ujar Habib Mahdi, mengutip bagian kitab tersebut.

Menurut Habib Mahdi, apa yang disampaikan Imam Ali tersebut merupakan seruan kepada umat untuk tetap tenang menyikapi provokasi kelompok Islam yang menyeru pada kesesatan.     

"Kemudian akan muncul kaum lemah, tiada yang peduli pada mereka, hati mereka seperti besi, mereka akan mengaku sebagai Ashabul Daulah, mereka tidak pernah menepati janji, mereka berdakwah pada Al Haq atau kebenaran, tapi mereka bukan Ahlul Haq atau pemegang kebenaran," kata Habib Mahdi mengutip pernyataan Imam Ali dalam kitab. 

Habib Mahdi menjelaskan, apa yang disampaikan Imam Ali persis seperti fenomena kehadiran kelompok ISIS hari ini. "Mereka mendeklarasikan khilafah Islamiyah, tapi cara-cara yang digunakan tidak sejalan dengan Islam," kata Habib Mahdi.  

Menurut Habib Mahdi, keterangan dari Imam Ali tersebut juga persis seperti karakter pimpinan ISIS hari ini.

"Namanya adalah julukan, nama yang diawali dengan kata 'Abu', marganya dari nama daerah, 'Al-Baghdadi', merujuk kepada ibu kota Iraq saat ini, yakni Baghdad. Dialah Abu Bakar Al-Baghdadi, pemimpin ISIS yang telah mengumumkan dirinya sebagai khalifah atau amirul mu'minin," kata Habib Mahdi. (republika/pahamilah)


ISIS Sudah Diprediksi Sejak 1.400 Tahun Lalu?


Pahamilah.com - Kemunculan kelompok pengusung Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) rupanya sudah diprediksi oleh sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib. Demkian disampaikan pimpinan Majelis Ta'lim Al Khairat Condet Habib Mahdi Alatas, Sabtu (9/8).

"Sekitar 1.400 tahun silam, Imam Ali telah mengingatkan akan datangnya gerombolan bengis ISIS, Al Nusro, dan lain-lain, yang akan mengibarkan panji-panji hitam. Ucapan beliau terekam dalam literatur hadits ahlus sunnah wal jama'ah, yakni dalam kitab Kanzul Ummal yang dihimpun oleh ulama besar Al Muttaqi Al Hindi," ujar Habib Mahdi kepada Republika.

Menurutnya, dalam riwayat nomor 31.530 kitab tersebut, Imam Ali menerangkan fenomena kemunculan kelompok Islam serupa ISIS.    

"Jika kalian melihat bendera-bendera hitam, tetaplah kalian di tempat kalian berada. Jangan beranjak dan jangan menggerakkan tangan dan kaki kalian," ujar Habib Mahdi, mengutip bagian kitab tersebut.

Menurut Habib Mahdi, apa yang disampaikan Imam Ali tersebut merupakan seruan kepada umat untuk tetap tenang menyikapi provokasi kelompok Islam yang menyeru pada kesesatan.     

"Kemudian akan muncul kaum lemah, tiada yang peduli pada mereka, hati mereka seperti besi, mereka akan mengaku sebagai Ashabul Daulah, mereka tidak pernah menepati janji, mereka berdakwah pada Al Haq atau kebenaran, tapi mereka bukan Ahlul Haq atau pemegang kebenaran," kata Habib Mahdi mengutip pernyataan Imam Ali dalam kitab. 

Habib Mahdi menjelaskan, apa yang disampaikan Imam Ali persis seperti fenomena kehadiran kelompok ISIS hari ini. "Mereka mendeklarasikan khilafah Islamiyah, tapi cara-cara yang digunakan tidak sejalan dengan Islam," kata Habib Mahdi.  

Menurut Habib Mahdi, keterangan dari Imam Ali tersebut juga persis seperti karakter pimpinan ISIS hari ini.

"Namanya adalah julukan, nama yang diawali dengan kata 'Abu', marganya dari nama daerah, 'Al-Baghdadi', merujuk kepada ibu kota Iraq saat ini, yakni Baghdad. Dialah Abu Bakar Al-Baghdadi, pemimpin ISIS yang telah mengumumkan dirinya sebagai khalifah atau amirul mu'minin," kata Habib Mahdi. (republika/pahamilah)


Takfiri ISIS

Pahamilah.com - Presiden AS Barack Obama mengumumkan bahwa dirinya mengotorisasi serangan udara AS di Irak. Ia menggambarkan intervensi itu sebagai "upaya kemanusiaan untuk membantu menyelamatkan ribuan warga sipil Irak yang terjebak di gunung" dan sebagai upaya "melindungi personil Amerika kami."

Satu kata yang tidak disebutkannya adalah "minyak," namun itu berada dekat pusat motif Amerika untuk melakukan intervensi.

AS sedang melakukan bantuan lewat udara untuk membantu kaum Yazidi yang melarikan diri dari seranga kawanan teroris Negara Islam. Anehnya, AS justru melancarkan serangan udara di sekitar Erbil, yang letaknya di sebelah barat. Memang ada personil konsuler AS di Erbil, namun mereka dapat segera dievakuasi jika diperlukan.

Apa yang tidak diucapkan Obama adalah bahwa Erbil, sebuah kota dengan 1,5 juta penduduk, adalah ibukota pemerintah daerah Kurdi dan pusat administrasi industri minyak, yang menyumbang sekitar seperempat minyak Irak. Kurdi mengklaim bahwa jika menjadi negara merdeka, mereka akan memiliki cadangan minyak terbesar kesembilan di dunia. Sumur-sumur minyak itu berada di dekat Erbil.

Jika Negara Islam mengambil alih Erbil, mereka akan membahayakan produksi minyak Irak dan, lebih luas lagi, akses global terhadap minyak. Harga [minyak] akan melonjak saat Eropa, yang membeli minyak dari Irak, masih belum lolos dari resesi global.

Harga minyak telah meningkat sebagai tanggapan atas ancaman Negara Islam pada Erbil, dan pada hari Kamis (7/8), perusahaan minyak AS, Chevron dan Exxon Mobile, mulai mengevakuasi personilnya dari Kurdistan. Namun para pedagang minyak memprediksi bahwa intervensi AS dapat menghentikan lonjakan [harga] itu.

Dalam menggambarkan intervensi Amerika di Irak sebagai upaya murni kemanusiaan, Obama mengikuti naskah yang dibacanya dari Libya, saat ia membenarkan intervensi AS sebagai upaya mencegah pembantaian di Benghazi.  (islamtimes/pahamilah)


Serangan Udara AS Terhadap ISIS untuk Lindungi Minyak

Takfiri ISIS

Pahamilah.com - Presiden AS Barack Obama mengumumkan bahwa dirinya mengotorisasi serangan udara AS di Irak. Ia menggambarkan intervensi itu sebagai "upaya kemanusiaan untuk membantu menyelamatkan ribuan warga sipil Irak yang terjebak di gunung" dan sebagai upaya "melindungi personil Amerika kami."

Satu kata yang tidak disebutkannya adalah "minyak," namun itu berada dekat pusat motif Amerika untuk melakukan intervensi.

AS sedang melakukan bantuan lewat udara untuk membantu kaum Yazidi yang melarikan diri dari seranga kawanan teroris Negara Islam. Anehnya, AS justru melancarkan serangan udara di sekitar Erbil, yang letaknya di sebelah barat. Memang ada personil konsuler AS di Erbil, namun mereka dapat segera dievakuasi jika diperlukan.

Apa yang tidak diucapkan Obama adalah bahwa Erbil, sebuah kota dengan 1,5 juta penduduk, adalah ibukota pemerintah daerah Kurdi dan pusat administrasi industri minyak, yang menyumbang sekitar seperempat minyak Irak. Kurdi mengklaim bahwa jika menjadi negara merdeka, mereka akan memiliki cadangan minyak terbesar kesembilan di dunia. Sumur-sumur minyak itu berada di dekat Erbil.

Jika Negara Islam mengambil alih Erbil, mereka akan membahayakan produksi minyak Irak dan, lebih luas lagi, akses global terhadap minyak. Harga [minyak] akan melonjak saat Eropa, yang membeli minyak dari Irak, masih belum lolos dari resesi global.

Harga minyak telah meningkat sebagai tanggapan atas ancaman Negara Islam pada Erbil, dan pada hari Kamis (7/8), perusahaan minyak AS, Chevron dan Exxon Mobile, mulai mengevakuasi personilnya dari Kurdistan. Namun para pedagang minyak memprediksi bahwa intervensi AS dapat menghentikan lonjakan [harga] itu.

Dalam menggambarkan intervensi Amerika di Irak sebagai upaya murni kemanusiaan, Obama mengikuti naskah yang dibacanya dari Libya, saat ia membenarkan intervensi AS sebagai upaya mencegah pembantaian di Benghazi.  (islamtimes/pahamilah)


Barack Obama - Presiden Obama

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama "panik" akan kebangkitan teroris ISIS di Irak, "rakasa" yang awalnya tercipta dengan bantuan AS, seorang jurnalis investigasi Amerika mengatakan.

Presiden AS Barack Obama pada Kamis (7/8/14) mengizinkan serangan udara untuk menargetkan teroris Takfiri ISIS (IS) di Irak untuk melindungi personil Amerika di sana dan  membantu para pengungsi Irak terlantar dan terkepung teroris di Gunung Sinjar, utara Irak.

ISIS yang juga menguasai beberapa wilayah Suriah, mengirim pejuangnya ke negara tetangga Irak pada bulan Juni lalu dan menguasai wilayah besar yang meliputi perbatasan antara kedua negara.

Para teroris ini meneror seluruh masyarakat Irak, termasuk Syiah, Sunni, Kurdi, Kristen, Yazidi dan lainnya.

Sebelumnya, AS menyediakan senjata dan melatih ISIS dan kelompok teroris lainnya di Suriah untuk melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Mereka dilatih CIA di Yordania pada tahun 2012.

"AS dan presiden jelas panik karena sangat menyadari jenis peralatan dan pelatihan yang diberikan pada pasukan ISIS ini di Yordania," kata Wayne Madsen pada Press TV hari Sabtu (9/8).

"Obama harus mengambil tindakan karena dia yang menciptakan 'raksasa Frankenstein' dengan pelatihan fundamentalis radikal Takfiri ini," katanya. "Sekarang, mereka tidak hanya mengancam Baghdad, tapi juga Beirut karena mereka juga ada di Libanon."

Madsen mengatakan, satu-satunya cara menghentikan ISIS adalah "memotong dukungan keuangan mereka" melalui "tindakan eksekutif" melawan Arab Saudi, penyandang dana utama kelompok teroris di wilayah tersebut.

Beberapa analis mengatakan, munculnya ISIS mengingatkan dukungan AS untuk kelompok Mujahidin melawan Uni Soviet pada 1980-an yang melahirkan kelompok-kelompok ekstremis seperti al-Qaeda dan Taliban. (islamtimes/pahamilah)

ISIS Bangkit, Obama 'Panik'

Barack Obama - Presiden Obama

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama "panik" akan kebangkitan teroris ISIS di Irak, "rakasa" yang awalnya tercipta dengan bantuan AS, seorang jurnalis investigasi Amerika mengatakan.

Presiden AS Barack Obama pada Kamis (7/8/14) mengizinkan serangan udara untuk menargetkan teroris Takfiri ISIS (IS) di Irak untuk melindungi personil Amerika di sana dan  membantu para pengungsi Irak terlantar dan terkepung teroris di Gunung Sinjar, utara Irak.

ISIS yang juga menguasai beberapa wilayah Suriah, mengirim pejuangnya ke negara tetangga Irak pada bulan Juni lalu dan menguasai wilayah besar yang meliputi perbatasan antara kedua negara.

Para teroris ini meneror seluruh masyarakat Irak, termasuk Syiah, Sunni, Kurdi, Kristen, Yazidi dan lainnya.

Sebelumnya, AS menyediakan senjata dan melatih ISIS dan kelompok teroris lainnya di Suriah untuk melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Mereka dilatih CIA di Yordania pada tahun 2012.

"AS dan presiden jelas panik karena sangat menyadari jenis peralatan dan pelatihan yang diberikan pada pasukan ISIS ini di Yordania," kata Wayne Madsen pada Press TV hari Sabtu (9/8).

"Obama harus mengambil tindakan karena dia yang menciptakan 'raksasa Frankenstein' dengan pelatihan fundamentalis radikal Takfiri ini," katanya. "Sekarang, mereka tidak hanya mengancam Baghdad, tapi juga Beirut karena mereka juga ada di Libanon."

Madsen mengatakan, satu-satunya cara menghentikan ISIS adalah "memotong dukungan keuangan mereka" melalui "tindakan eksekutif" melawan Arab Saudi, penyandang dana utama kelompok teroris di wilayah tersebut.

Beberapa analis mengatakan, munculnya ISIS mengingatkan dukungan AS untuk kelompok Mujahidin melawan Uni Soviet pada 1980-an yang melahirkan kelompok-kelompok ekstremis seperti al-Qaeda dan Taliban. (islamtimes/pahamilah)

Barack Obama - Presiden AS

Pahamilah.com - Sekretaris Pers Gedung Putih, Josh Earnest menolak rencana Washington untuk menyerang teroris di Irak sambil mengatakan, AS tidak punya solusi militer terhadap ancaman ISIS di negara ini.

"Tidak ada solusi militer Amerika terhadap masalah-masalah di Irak," kata Earnest pada wartawan, Kamis (7/8/14).

"Masalah-masalah ini hanya dapat diselesaikan dengan solusi politik Irak."

Ia menambahkan, Washington akan memilih aksi militer jika kepentingan AS berada dalam bahaya.

The New York Times melaporkan pada Kamis (7/8) bahwa Presiden AS Barack Obama sedang mempertimbangkan serangan udara di Irak utara di mana ribuan warga terlantar di gunung tandus tanpa makanan atau air akibat ancaman ISIS.

Dalam pertemuan dengan tim keamanan nasional di Gedung Putih, Obama menimbang serangkaian pilihan mulai dari memberi bantuan kemanusiaan di Gunung Sinjar hingga serangan militer yang menargetkan teroris ISIS.

"Mungkin ada bencana kemanusiaan di sana," kata seorang pejabat pemerintah pada Times sambil menambahkan bahwa keputusan Obama mungkin muncul "dalam waktu dekat."

Teroris ISIS  meneror seluruh masyarakat, termasuk Syiah, Sunni, Kurdi, Kristen, Yazidi dan lain-lain seiring gerakan mereka di Irak.

Kedua pejabat Gedung Putih dan Pentagon sebelumnya telah menunjukkan bahwa Amerika tidak akan mengambil tindakan militer di Irak sampai Perdana Menteri Nouri al-Maliki mengundurkan diri. (islamtimes/pahamilah)

Gedung Putih: AS Tidak Akan Serang ISIS di Irak

Barack Obama - Presiden AS

Pahamilah.com - Sekretaris Pers Gedung Putih, Josh Earnest menolak rencana Washington untuk menyerang teroris di Irak sambil mengatakan, AS tidak punya solusi militer terhadap ancaman ISIS di negara ini.

"Tidak ada solusi militer Amerika terhadap masalah-masalah di Irak," kata Earnest pada wartawan, Kamis (7/8/14).

"Masalah-masalah ini hanya dapat diselesaikan dengan solusi politik Irak."

Ia menambahkan, Washington akan memilih aksi militer jika kepentingan AS berada dalam bahaya.

The New York Times melaporkan pada Kamis (7/8) bahwa Presiden AS Barack Obama sedang mempertimbangkan serangan udara di Irak utara di mana ribuan warga terlantar di gunung tandus tanpa makanan atau air akibat ancaman ISIS.

Dalam pertemuan dengan tim keamanan nasional di Gedung Putih, Obama menimbang serangkaian pilihan mulai dari memberi bantuan kemanusiaan di Gunung Sinjar hingga serangan militer yang menargetkan teroris ISIS.

"Mungkin ada bencana kemanusiaan di sana," kata seorang pejabat pemerintah pada Times sambil menambahkan bahwa keputusan Obama mungkin muncul "dalam waktu dekat."

Teroris ISIS  meneror seluruh masyarakat, termasuk Syiah, Sunni, Kurdi, Kristen, Yazidi dan lain-lain seiring gerakan mereka di Irak.

Kedua pejabat Gedung Putih dan Pentagon sebelumnya telah menunjukkan bahwa Amerika tidak akan mengambil tindakan militer di Irak sampai Perdana Menteri Nouri al-Maliki mengundurkan diri. (islamtimes/pahamilah)

Simon Elliot atau Elliot Shimon yang terkenal dengan nama al-Baghdadi

Pahamilah.com - "Elliot" adalah nama rekrutan Mossad Israel yang dilatih dalam bidang spionase dan perang psikologis untuk menghancurkan masyarakat Arab dan Islam.

Khalifah Abu Bakr al-Baghdadi, emir Takfiri dari Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), menurut sumber-sumber terpercaya yang berasal dari bocoran dokumen Edward Snowden adalah seorang agen Mossad terlatih bernama Elliot Shimon.

Simon Elliot atau Elliot Shimon yang terkenal dengan nama al-Baghdadi lahir dari dua orang tua Yahudi asli dan merupakan agen Mossad terdidik.

Menurut laporan artikel situs veteranstoday, pada Senin, 04/08/14, berjudul "French Report ISIL Leader Mossad Agent" melaporkan bahwa, Emir dan Khalifah al-Baghdadi adalah agen Mossad terdidik dan terlahir dari seorang ayah dan ibu Yahudi asli.

Dalam laporan itu, nama asli Abu Bakr al-Baghdadi adalah "Simon Elliott".

"Elliot" adalah nama rekrutan Mossad Israel yang dilatih dalam bidang spionase dan perang psikologis untuk menghancurkan masyarakat Arab dan Islam.

Informasi ini bersumber dari bocoran kawat Edward Snowden dan diterbitkan oleh beberapa surat kabar dan situs ternama yang menyebutkan, emir "Negara Islam" Abu Bakr al-Baghdadi sudah sejak lama bekerja sama dengan US Secret Service, agen Inggris dan Israel untuk menciptakan sebuah organisasi yang mampu menarik elemen-elemen Takfiri ekstremis dari seluruh penjuru dunia, demikian menurut nukilan sumber Radio ajyal.com

Sumber lain menguatkan pernyataan ini yang dimuat di situs Egy-press sebagai berikut;

Dengan dukungan foto, media Iran menemukan identitas siapa sebenarnya identitas Emir Daish atau ISIS yang merupakan agen Zionis terlatih ini.

Menurut veterantoday, intelijen Iran berhasil menemukan identitas asli dari Emir Takfiri ISIS yang dikenal dengan nama Abu Bakr Al Baghdadi dengan nama asli Elliot Shimon. Elliot berperan sebagai agen rahasia Mossad dalam spionase Zionis. Nama palsu lainnya adalah Ibrahim bin Awad bin Ibrahim Al Al Badri Arradoui Hoseini.

Rencananya, Elliot masuk ke jantung militer termasuk juga sipil dari negara-negara yang dinyatakan sebagai ancaman bagi Israel untuk menghancurkannya dan mempermudah mencaplok sesudahnya yang kemudian pengambilalihan negara oleh Zionis di seluruh wilayah Timur Tengah dalam rangka membangun proyek Israel Raya atau Eretz Israel. (islamtimes/pahamilah)

Berikut Videonya;



Video: Fakta Abu Bakr al-Baghdadi ISIS - Agen Mossad Israel Terdidik

Simon Elliot atau Elliot Shimon yang terkenal dengan nama al-Baghdadi

Pahamilah.com - "Elliot" adalah nama rekrutan Mossad Israel yang dilatih dalam bidang spionase dan perang psikologis untuk menghancurkan masyarakat Arab dan Islam.

Khalifah Abu Bakr al-Baghdadi, emir Takfiri dari Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), menurut sumber-sumber terpercaya yang berasal dari bocoran dokumen Edward Snowden adalah seorang agen Mossad terlatih bernama Elliot Shimon.

Simon Elliot atau Elliot Shimon yang terkenal dengan nama al-Baghdadi lahir dari dua orang tua Yahudi asli dan merupakan agen Mossad terdidik.

Menurut laporan artikel situs veteranstoday, pada Senin, 04/08/14, berjudul "French Report ISIL Leader Mossad Agent" melaporkan bahwa, Emir dan Khalifah al-Baghdadi adalah agen Mossad terdidik dan terlahir dari seorang ayah dan ibu Yahudi asli.

Dalam laporan itu, nama asli Abu Bakr al-Baghdadi adalah "Simon Elliott".

"Elliot" adalah nama rekrutan Mossad Israel yang dilatih dalam bidang spionase dan perang psikologis untuk menghancurkan masyarakat Arab dan Islam.

Informasi ini bersumber dari bocoran kawat Edward Snowden dan diterbitkan oleh beberapa surat kabar dan situs ternama yang menyebutkan, emir "Negara Islam" Abu Bakr al-Baghdadi sudah sejak lama bekerja sama dengan US Secret Service, agen Inggris dan Israel untuk menciptakan sebuah organisasi yang mampu menarik elemen-elemen Takfiri ekstremis dari seluruh penjuru dunia, demikian menurut nukilan sumber Radio ajyal.com

Sumber lain menguatkan pernyataan ini yang dimuat di situs Egy-press sebagai berikut;

Dengan dukungan foto, media Iran menemukan identitas siapa sebenarnya identitas Emir Daish atau ISIS yang merupakan agen Zionis terlatih ini.

Menurut veterantoday, intelijen Iran berhasil menemukan identitas asli dari Emir Takfiri ISIS yang dikenal dengan nama Abu Bakr Al Baghdadi dengan nama asli Elliot Shimon. Elliot berperan sebagai agen rahasia Mossad dalam spionase Zionis. Nama palsu lainnya adalah Ibrahim bin Awad bin Ibrahim Al Al Badri Arradoui Hoseini.

Rencananya, Elliot masuk ke jantung militer termasuk juga sipil dari negara-negara yang dinyatakan sebagai ancaman bagi Israel untuk menghancurkannya dan mempermudah mencaplok sesudahnya yang kemudian pengambilalihan negara oleh Zionis di seluruh wilayah Timur Tengah dalam rangka membangun proyek Israel Raya atau Eretz Israel. (islamtimes/pahamilah)

Berikut Videonya;