middle ad
Tampilkan postingan dengan label Isis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Isis. Tampilkan semua postingan
ISIL di Iraq, buatan AS

Pahamilah.com - Seorang mantan staf Kongres AS mengatakan, Amerika dan sekutunya menciptakan hantu Takfiri ISIS demi membuka lahan pengirimian pasukan ke Irak.

"ISIS adalah hantu ciptaan Barat yang memungkinkan Barat untuk kembali dengan sepatu bot di lapangan," kata Rodney Martin dalam wawancara dengan Press TV hari Minggu (8/9/14).

Ia lebih lanjut mengkritik Presiden AS Barack Obama karena mengikuti kebijakan yang diambil oleh neoconservatis terkait Suriah dan Irak.

"Kata Presiden Obama, perang melawan ISIS memerlukan beberapa sumber daya. Ini garis neocon. Sudah ada dorongan neokonservatif untuk kembali ke Irak dalam beberapa bentuk," lanjutnya.

"Ini adalah sumber daya yang disebut Presiden Obama. Itu berarti tentara kembali ke Irak dan pada dasarnya menerapkan 'blue print' yang dikembangkan dalam Proyek Abad Baru Amerika," kata Martin.

Sebelumnya, militer Amerika mengumumkan telah melakukan serangkaian serangan udara baru terhadap kelompok teroris ISIS dekat bendungan di Irak Sungai Efrat.

"ISIS menguasai sebuah pangkalan udara di Suriah dan mengeksekusi secara brutal sekitar 250 tentara Suriah. Tapi tidak ada lagi kemarahan Presiden Obama tentang eksekusi pasukan Suriah itu karena Presiden Obama, Barat dan neokonservatif memang ingin menghapus Presiden Bashar Al-Assad," Martin menjelaskan.

AS dan sekutunya secara finansial dan militer membantu kelompok militan melawan pasukan pemerintah Suriah dan mengabaikan peringatan negara-negara seperti Iran bahwa kelompok-kelompok pemberontak tersebut suatu hari akan balik menyerang AS dan sekutunya. (islamtimes/pahamilah)



Mantan Staf Kongres AS: ISIS Hantu Buatan AS

ISIL di Iraq, buatan AS

Pahamilah.com - Seorang mantan staf Kongres AS mengatakan, Amerika dan sekutunya menciptakan hantu Takfiri ISIS demi membuka lahan pengirimian pasukan ke Irak.

"ISIS adalah hantu ciptaan Barat yang memungkinkan Barat untuk kembali dengan sepatu bot di lapangan," kata Rodney Martin dalam wawancara dengan Press TV hari Minggu (8/9/14).

Ia lebih lanjut mengkritik Presiden AS Barack Obama karena mengikuti kebijakan yang diambil oleh neoconservatis terkait Suriah dan Irak.

"Kata Presiden Obama, perang melawan ISIS memerlukan beberapa sumber daya. Ini garis neocon. Sudah ada dorongan neokonservatif untuk kembali ke Irak dalam beberapa bentuk," lanjutnya.

"Ini adalah sumber daya yang disebut Presiden Obama. Itu berarti tentara kembali ke Irak dan pada dasarnya menerapkan 'blue print' yang dikembangkan dalam Proyek Abad Baru Amerika," kata Martin.

Sebelumnya, militer Amerika mengumumkan telah melakukan serangkaian serangan udara baru terhadap kelompok teroris ISIS dekat bendungan di Irak Sungai Efrat.

"ISIS menguasai sebuah pangkalan udara di Suriah dan mengeksekusi secara brutal sekitar 250 tentara Suriah. Tapi tidak ada lagi kemarahan Presiden Obama tentang eksekusi pasukan Suriah itu karena Presiden Obama, Barat dan neokonservatif memang ingin menghapus Presiden Bashar Al-Assad," Martin menjelaskan.

AS dan sekutunya secara finansial dan militer membantu kelompok militan melawan pasukan pemerintah Suriah dan mengabaikan peringatan negara-negara seperti Iran bahwa kelompok-kelompok pemberontak tersebut suatu hari akan balik menyerang AS dan sekutunya. (islamtimes/pahamilah)



Barack Obama berpidato di Konfrensi NATO 5/9 (Press TV)

Pahamilah.com - Tak kuat menghadapi derasnya kritik tentang kebijakan luar negri yang dijalankannya, Presiden Barack Obama mengklaim bahwa Amerika akan melucuti ISIS sebagaimana negara itu melucuti al-Qaeda.

Tapi entah bagaimana caranya. Obama sendiri sejauh ini menolak pengiriman tentara Amerika ke Suriah untuk membasmi ISIS.

"Kami sedang mencari partner efektif di lapangan untuk mengusir ISIS," katanya seperti dilansir situs Press TV.

"Tujuannya melucuti [ISIS]," tambahnya.

Sejak bulan lalu, Obama menuai kritik deras dari publik Amerika karena dianggap minus strategi untuk melawan ISIS di Irak dan Surih.

Jauh-jauh hari sebelumnya, Amerika beserta sekutunya begitu getol mendukung kelompok-kelompok ekstrimis yang 'berjuang' menjatuhkan pemerintahan sah Suriah. Salah satu kelompok itu adalah ISIS yang sejak bulan Juni lalu merangsek maju ke Irak.

Kini, setelah ISIS menjadi mosnter besar dan mulai mengancam kepentingan Amerika di Irak, negara Paman Sam itu mulai kasak kusuk memikirkan cara bagaimana melawan ISIS. (islamtimes/pahamilah)
 

Klaim Lucu Obama

Barack Obama berpidato di Konfrensi NATO 5/9 (Press TV)

Pahamilah.com - Tak kuat menghadapi derasnya kritik tentang kebijakan luar negri yang dijalankannya, Presiden Barack Obama mengklaim bahwa Amerika akan melucuti ISIS sebagaimana negara itu melucuti al-Qaeda.

Tapi entah bagaimana caranya. Obama sendiri sejauh ini menolak pengiriman tentara Amerika ke Suriah untuk membasmi ISIS.

"Kami sedang mencari partner efektif di lapangan untuk mengusir ISIS," katanya seperti dilansir situs Press TV.

"Tujuannya melucuti [ISIS]," tambahnya.

Sejak bulan lalu, Obama menuai kritik deras dari publik Amerika karena dianggap minus strategi untuk melawan ISIS di Irak dan Surih.

Jauh-jauh hari sebelumnya, Amerika beserta sekutunya begitu getol mendukung kelompok-kelompok ekstrimis yang 'berjuang' menjatuhkan pemerintahan sah Suriah. Salah satu kelompok itu adalah ISIS yang sejak bulan Juni lalu merangsek maju ke Irak.

Kini, setelah ISIS menjadi mosnter besar dan mulai mengancam kepentingan Amerika di Irak, negara Paman Sam itu mulai kasak kusuk memikirkan cara bagaimana melawan ISIS. (islamtimes/pahamilah)
 
Foto: Kicauan John Kirby di akun Twitternya.


Pahamilah.com - Mengapa sekarang Obama kembali melakukan aksi militer AS ke Irak? Mengapa Prancis sangat mendukung aksi militer tersebut?

Obama mengklaim bahwa aksi militer itu dimaksudkan untuk melindungi kaum minoritas. Tentu saja ini bukan hal baru. Obama adalah presiden keempat berturut-turut yang mengebom Irak... seraya mengklaim semua itu untuk tujuan kemanusiaan.

Namun arsitek Perang Irak (yang dimulai pada 2003) itu sendiri mengakui bahwa aksinya berkisar soal minyak. Namun bagaimana dengan sekarang? Mengapa AS dan Prancis kini mengerahkan kekuatan militernya di Irak?

ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak utama di wilayah Kurdi, Irak, pada 3 Agustus 2014 lalu. Hanya beberapa hari kemudian, AS mulai mengebom ISIS.

Rangkaian serangan itu ditargetkan untuk melindungi sumberdaya minyak. Ini sebagaimana dicatat International Business Times,

"Sekretaris Pers Pentagon Laksamana John Kirby berkicau, 'Militer AS melakukan serangan pesawat terhadap artileri ISIS [Negara Islam]. Artileri itu digunakan untuk melawan pasukan Kurdi yang melincungi Erbil, dekat personel AS.'"

"Dua pesawat tempur F-18 menjatuhkan bom 500 seberat pon yang dipandu laser pada target artileri bergerak. Militan Negara Islam menggunakan artileri yang ditinggalkan tentara Irak saat melarikan diri untuk memberondong pasukan Kurdi yang melindung ibukota provinsi Kurdistan."

"Serangan udara AS sangat kecil dan sangat bertarget, dan pasukan Peshmerga Kurdistan menanti serangan jet tempur AS yang lebih banyak, menurut laporan."

Perlu dicatat bahwa pada awalnya, pembunuhan, kekacauan, dan kekejaman berbulan-bulan ISIS terhadap warga Kristen dan minoritas lainnya tidak mendorong AS atau Prancis melakukan intervensi militer untuk alasan "kemanusiaan". Dalam hal ibi, serangan udara itu hanya ditargetkan untuk melindungi Erbil, ibukota wilayah Kurdistan.

AS dan Prancis tidak pernah mengangkat jarinya untuk melindungi warga Kurdi. Memang, AS secara aktif telah mengkhianati suku Kurdi dan membiarkan mereka dibantai. Misalnya, selama Perang Teluk, AS menyeru suku Kurdi untuk bangkit melawan Saddam (yang menyiratkan bahwa AS akan melindungi mereka); namun kemudian membiarkan Saddam membantai suku Kurdi secara massal.

Jadi, mengapa AS dan Prancis kini tergerak untuk melindungi Erbil? Jawabnya: Erbil merupakan pusat minyak utama. Pemerintah Kurdi memperkirakan bahwa wilayah ini menjadi produsen minyak terbesar ke-9 di dunia.

Perusahaan-perusahaan minyak di seluruh dunia beroperasi di Kurdistan, termasuk:

1. Perusahaan minyak raksasa AS seperti Exxon Mobil, Chevron, Aspect Energy, Marathon Oil Corporation, Hillwood International Energy, Hunt Oil, Prime Oil, Murphy Oil, Hess Corporation, HKN Energy, dan Viking International.

2. Perusahaan minyak raksasa Prancis, seperti Total.

3. Perusahaan minyak Kanada, seperti Forbes and Manhattan, Western Zagros Resources, Talisman Energy Inc, NIKO Resources, Ground Star, Shamaran.

4. Korea Selatan, seperti Korea National Oil Company (KNOC).

5. Turki, seperti Genel Energy, Petoil, Dogan.

6. Inggris, seperti Gulf Keystone Petroleum, Sterling Energy, Heritage Oil.

7. Anglo-Perancis, seperti Perenco.

8. UAE, seperti TAQA dan Dana Petroleum.

9. Austria, seperti OMV.

10. Cina memperoleh kehadiran signifikan di Kurdistan, Irak, setelah Sinopec Group membeli Addax Petroleum pada 2009.

11. Hongaria, seperti MOL.

12. India, seperti Reliance Industries.

13. Papua Nugini, seperti Oil Search.

14. Rusia, seperti Norbest dan Gazprom Neft.

15. Norwegia, seperti DNO.

16. Irak, seperti PT Oil Search (Irak), Kar Group, Qaiwan Group.

17. Spanyol seperti Repsol.

18. Perusahaan mandiri seperti Afren.

Ya, dengan keberadaan Chevron, Exxon, Marathon, Hess, dan Total yang mengoperasikan fasilitas utamanya di Erbil, perang Irak terbaru lagi-lagi berkisar soal minyak... sebagaimana ditegaskan New Yorker, New Republic, dan Vox.

Bagi kalangan yang tidak percaya bahwa minyak Irak mendorong kebijakan luar negeri AS, silahkan menengok artikel Brookings yang dipublikasikan pada bulan Juni, "Harus jelas bahwa pertimbangan utama AS yang muncul dari [penyitaan kapling besar Irak oleh ISIS] adalah potensinya untuk mempengaruhi produksi minyak Irak. Setiap gangguan signifikan terhadap produksi minyak Irak saat ini atau penurunan jangka panjang dalam pertumbuhannya akan berakibat besar bagi ekonomi AS."  (islamtimes/pahamilah)


Inilah Alasan Utama Aksi Militer Terbaru AS dan Perancis di Irak

Foto: Kicauan John Kirby di akun Twitternya.


Pahamilah.com - Mengapa sekarang Obama kembali melakukan aksi militer AS ke Irak? Mengapa Prancis sangat mendukung aksi militer tersebut?

Obama mengklaim bahwa aksi militer itu dimaksudkan untuk melindungi kaum minoritas. Tentu saja ini bukan hal baru. Obama adalah presiden keempat berturut-turut yang mengebom Irak... seraya mengklaim semua itu untuk tujuan kemanusiaan.

Namun arsitek Perang Irak (yang dimulai pada 2003) itu sendiri mengakui bahwa aksinya berkisar soal minyak. Namun bagaimana dengan sekarang? Mengapa AS dan Prancis kini mengerahkan kekuatan militernya di Irak?

ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak utama di wilayah Kurdi, Irak, pada 3 Agustus 2014 lalu. Hanya beberapa hari kemudian, AS mulai mengebom ISIS.

Rangkaian serangan itu ditargetkan untuk melindungi sumberdaya minyak. Ini sebagaimana dicatat International Business Times,

"Sekretaris Pers Pentagon Laksamana John Kirby berkicau, 'Militer AS melakukan serangan pesawat terhadap artileri ISIS [Negara Islam]. Artileri itu digunakan untuk melawan pasukan Kurdi yang melincungi Erbil, dekat personel AS.'"

"Dua pesawat tempur F-18 menjatuhkan bom 500 seberat pon yang dipandu laser pada target artileri bergerak. Militan Negara Islam menggunakan artileri yang ditinggalkan tentara Irak saat melarikan diri untuk memberondong pasukan Kurdi yang melindung ibukota provinsi Kurdistan."

"Serangan udara AS sangat kecil dan sangat bertarget, dan pasukan Peshmerga Kurdistan menanti serangan jet tempur AS yang lebih banyak, menurut laporan."

Perlu dicatat bahwa pada awalnya, pembunuhan, kekacauan, dan kekejaman berbulan-bulan ISIS terhadap warga Kristen dan minoritas lainnya tidak mendorong AS atau Prancis melakukan intervensi militer untuk alasan "kemanusiaan". Dalam hal ibi, serangan udara itu hanya ditargetkan untuk melindungi Erbil, ibukota wilayah Kurdistan.

AS dan Prancis tidak pernah mengangkat jarinya untuk melindungi warga Kurdi. Memang, AS secara aktif telah mengkhianati suku Kurdi dan membiarkan mereka dibantai. Misalnya, selama Perang Teluk, AS menyeru suku Kurdi untuk bangkit melawan Saddam (yang menyiratkan bahwa AS akan melindungi mereka); namun kemudian membiarkan Saddam membantai suku Kurdi secara massal.

Jadi, mengapa AS dan Prancis kini tergerak untuk melindungi Erbil? Jawabnya: Erbil merupakan pusat minyak utama. Pemerintah Kurdi memperkirakan bahwa wilayah ini menjadi produsen minyak terbesar ke-9 di dunia.

Perusahaan-perusahaan minyak di seluruh dunia beroperasi di Kurdistan, termasuk:

1. Perusahaan minyak raksasa AS seperti Exxon Mobil, Chevron, Aspect Energy, Marathon Oil Corporation, Hillwood International Energy, Hunt Oil, Prime Oil, Murphy Oil, Hess Corporation, HKN Energy, dan Viking International.

2. Perusahaan minyak raksasa Prancis, seperti Total.

3. Perusahaan minyak Kanada, seperti Forbes and Manhattan, Western Zagros Resources, Talisman Energy Inc, NIKO Resources, Ground Star, Shamaran.

4. Korea Selatan, seperti Korea National Oil Company (KNOC).

5. Turki, seperti Genel Energy, Petoil, Dogan.

6. Inggris, seperti Gulf Keystone Petroleum, Sterling Energy, Heritage Oil.

7. Anglo-Perancis, seperti Perenco.

8. UAE, seperti TAQA dan Dana Petroleum.

9. Austria, seperti OMV.

10. Cina memperoleh kehadiran signifikan di Kurdistan, Irak, setelah Sinopec Group membeli Addax Petroleum pada 2009.

11. Hongaria, seperti MOL.

12. India, seperti Reliance Industries.

13. Papua Nugini, seperti Oil Search.

14. Rusia, seperti Norbest dan Gazprom Neft.

15. Norwegia, seperti DNO.

16. Irak, seperti PT Oil Search (Irak), Kar Group, Qaiwan Group.

17. Spanyol seperti Repsol.

18. Perusahaan mandiri seperti Afren.

Ya, dengan keberadaan Chevron, Exxon, Marathon, Hess, dan Total yang mengoperasikan fasilitas utamanya di Erbil, perang Irak terbaru lagi-lagi berkisar soal minyak... sebagaimana ditegaskan New Yorker, New Republic, dan Vox.

Bagi kalangan yang tidak percaya bahwa minyak Irak mendorong kebijakan luar negeri AS, silahkan menengok artikel Brookings yang dipublikasikan pada bulan Juni, "Harus jelas bahwa pertimbangan utama AS yang muncul dari [penyitaan kapling besar Irak oleh ISIS] adalah potensinya untuk mempengaruhi produksi minyak Irak. Setiap gangguan signifikan terhadap produksi minyak Irak saat ini atau penurunan jangka panjang dalam pertumbuhannya akan berakibat besar bagi ekonomi AS."  (islamtimes/pahamilah)


ISIL di Iraq

Pahamilah.com - AS diam-diam mendukung kelompok teroris ISIS di Irak untuk "mengacaukan" negara ini sebagai bagian dari strategi "de-stabilisaasi " dan eksploitasi sumber minyak, ungkap seorang analis geo-politik di Missouri.

Peringatan terbaru pejabat senior AS bahwa militan ISIS menimbulkan ancaman bagi Barat adalah "kebohongan besar" dan taktik menakut-nakuti demi mempengaruhi opini publik, kata Dean Henderson, seorang kolumnis di Veterans Today.

Munculnya ISIS dan keuntungan yang bisa cepat diraih di Suriah serta Irak telah dirancang  pemerintahan Presiden Barack Obama, paparnya pada Press TV, Senin (11/8/14).

AS mengacau pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki karena akhir-akhir ini ia belum bertindak seperti yang mereka inginkan. Jadi mereka mengirim pesan untuknya, lanjut Henderson.

Pemerintahan Obama juga berusaha membagi Irak menjadi wilayah yang lebih kecil untuk melemahkan dan mempermudah kontrol. "Ini semua sangat strategis. AS mendukung ISIS di Suriah, mendukung mereka di Irak ... itu semua bagian dari rencana mereka."

Pada hari Kamis (7/8), Obama mengizinkan penggunaan kekuatan terhadap ISIS. Sehari kemudian, ia berjanji operasi akan berlangsung selama "diperlukan" untuk mencegah kemajuan teroris di Irak utara, di mana para diplomat Amerika bertugas.

Serangan udara Amerika di Irak utara bisa memprovokasi kelompok teroris untuk menyerang AS, para ahli dan pejabat memperingatkan.

"Sejujurnya saya pikir itu ibarat asap dan cermin. Kami dihujani cerita menakutkan...di Amerika, disini akhir-akhir ini, baik itu Ebola atau ISIS atau apa pun. Sekarang mereka tampaknya benar-benar ingin menakut-nakuti orang, merusak keseimbangan semua orang," kata Henderson. (pahamilah/islamtimes)

Diam-diam, AS Dukung ISIS Hancurkan Irak

ISIL di Iraq

Pahamilah.com - AS diam-diam mendukung kelompok teroris ISIS di Irak untuk "mengacaukan" negara ini sebagai bagian dari strategi "de-stabilisaasi " dan eksploitasi sumber minyak, ungkap seorang analis geo-politik di Missouri.

Peringatan terbaru pejabat senior AS bahwa militan ISIS menimbulkan ancaman bagi Barat adalah "kebohongan besar" dan taktik menakut-nakuti demi mempengaruhi opini publik, kata Dean Henderson, seorang kolumnis di Veterans Today.

Munculnya ISIS dan keuntungan yang bisa cepat diraih di Suriah serta Irak telah dirancang  pemerintahan Presiden Barack Obama, paparnya pada Press TV, Senin (11/8/14).

AS mengacau pemerintahan Perdana Menteri Nouri al-Maliki karena akhir-akhir ini ia belum bertindak seperti yang mereka inginkan. Jadi mereka mengirim pesan untuknya, lanjut Henderson.

Pemerintahan Obama juga berusaha membagi Irak menjadi wilayah yang lebih kecil untuk melemahkan dan mempermudah kontrol. "Ini semua sangat strategis. AS mendukung ISIS di Suriah, mendukung mereka di Irak ... itu semua bagian dari rencana mereka."

Pada hari Kamis (7/8), Obama mengizinkan penggunaan kekuatan terhadap ISIS. Sehari kemudian, ia berjanji operasi akan berlangsung selama "diperlukan" untuk mencegah kemajuan teroris di Irak utara, di mana para diplomat Amerika bertugas.

Serangan udara Amerika di Irak utara bisa memprovokasi kelompok teroris untuk menyerang AS, para ahli dan pejabat memperingatkan.

"Sejujurnya saya pikir itu ibarat asap dan cermin. Kami dihujani cerita menakutkan...di Amerika, disini akhir-akhir ini, baik itu Ebola atau ISIS atau apa pun. Sekarang mereka tampaknya benar-benar ingin menakut-nakuti orang, merusak keseimbangan semua orang," kata Henderson. (pahamilah/islamtimes)