middle ad
Tampilkan postingan dengan label Israel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Israel. Tampilkan semua postingan
Tentara Israel menangis

Pahamilah.com - Kemarin, di wilayah pendudukan Palestina yang sejak 1948 dikoloni oleh rezim zionis dengan dukungan AS dan negara-negara Eropa, terjadi unjuk rasa damai yang terbesar sejak rezim zionis meluncurkan operasi "Protective Edge" pada 8 Juli lalu. Agresi brutal setidaknya telah merengut nyawa 1980 warga Palestina dan mencederai ribuan lainnya.

Unjuk rasa yang diikuti puluhan ribu demonstran Yahudi itu diselenggarakan partai Meretz progresif dan Peace Now, sebuah kelompok aktivis yang menentang pembangunan permukiman Yahudi di wilayah yang diduduki. Para pengunjuk rasa juga menyatakan kemarahannya pada rezim Netanyahu, dengan meneriakkan "Bibi, pulanglah!"

The Jerusalem Post melaporkan:

"Pemimpin Meretz MK Zehava Gal-On mengatakan, Netanyahu harus berhenti karena gagal dalam upayanya menciptakan ketenangan di selatan, walaupun punya 'cek kosong' untuk menjabat selama lima tahun. Ia mengatakan, 'Israel' akan melakukan lebih baik untuk mengangkat blokade di Gaza, mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina (yang meliputi wilayah yang dicaplok sejak 1948), dan kembali ke perundingan yang melampaui gencatan senjata."

"Anda dapat mencapai kerangka kerja yang Anda sudi terima sekarang tanpa membayar harga 64 tentara tewas dan kematian warga sipil," kata Gal-On kepada Netanyahu. Kerumunan orang kontan berteriak "Bibi pulanglah."

"... Sambil membelakangi gedung balaikota Tel Aviv yang mengibarkan bendera raksasa 'Israel', para pengunjuk rasa mengusung poster bertuliskan, 'Yahudi dan Arab menolak menjadi musuh,' dan 'Jika tak ada perdamaian, perang terjadi'."

Adapun harian zionis Times of Israel menuturkan,

"Penulis David Grossman berpidato ke arah kerumunan, dan mengatakan bahwa 'Israel' 'menenggelamkan rumah kami dalam fanatisme dan kebencian dari dalam'."

"Gerakan berbahaya sedang datang melintasi 'Israel' karena rasa putus asa, kecemasan, nasionalisme, dan rasisme meletus secara serentak," katanya. "Tak satu kata pun kutukan yang diucapkan perdana menteri. Akan sangat sulit untuk mengendalikan kekuatan gelap. Saya kuatir, para pemimpin senang melihat kaum Kiri disandera, tapi kondisi pasang ini akan berbalik melawan mereka saat mereka tampak terlalu moderat. Proses dan fenomena ini sayangnya akan mengubah 'Israel' jadi lebih radikal, militan, kultus xenophobia, terisolasi, dan dikucilkan. (islamtimes/pahamilah)


Imbas Agresi Gaza, Zionis Protes Zionis

Tentara Israel menangis

Pahamilah.com - Kemarin, di wilayah pendudukan Palestina yang sejak 1948 dikoloni oleh rezim zionis dengan dukungan AS dan negara-negara Eropa, terjadi unjuk rasa damai yang terbesar sejak rezim zionis meluncurkan operasi "Protective Edge" pada 8 Juli lalu. Agresi brutal setidaknya telah merengut nyawa 1980 warga Palestina dan mencederai ribuan lainnya.

Unjuk rasa yang diikuti puluhan ribu demonstran Yahudi itu diselenggarakan partai Meretz progresif dan Peace Now, sebuah kelompok aktivis yang menentang pembangunan permukiman Yahudi di wilayah yang diduduki. Para pengunjuk rasa juga menyatakan kemarahannya pada rezim Netanyahu, dengan meneriakkan "Bibi, pulanglah!"

The Jerusalem Post melaporkan:

"Pemimpin Meretz MK Zehava Gal-On mengatakan, Netanyahu harus berhenti karena gagal dalam upayanya menciptakan ketenangan di selatan, walaupun punya 'cek kosong' untuk menjabat selama lima tahun. Ia mengatakan, 'Israel' akan melakukan lebih baik untuk mengangkat blokade di Gaza, mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina (yang meliputi wilayah yang dicaplok sejak 1948), dan kembali ke perundingan yang melampaui gencatan senjata."

"Anda dapat mencapai kerangka kerja yang Anda sudi terima sekarang tanpa membayar harga 64 tentara tewas dan kematian warga sipil," kata Gal-On kepada Netanyahu. Kerumunan orang kontan berteriak "Bibi pulanglah."

"... Sambil membelakangi gedung balaikota Tel Aviv yang mengibarkan bendera raksasa 'Israel', para pengunjuk rasa mengusung poster bertuliskan, 'Yahudi dan Arab menolak menjadi musuh,' dan 'Jika tak ada perdamaian, perang terjadi'."

Adapun harian zionis Times of Israel menuturkan,

"Penulis David Grossman berpidato ke arah kerumunan, dan mengatakan bahwa 'Israel' 'menenggelamkan rumah kami dalam fanatisme dan kebencian dari dalam'."

"Gerakan berbahaya sedang datang melintasi 'Israel' karena rasa putus asa, kecemasan, nasionalisme, dan rasisme meletus secara serentak," katanya. "Tak satu kata pun kutukan yang diucapkan perdana menteri. Akan sangat sulit untuk mengendalikan kekuatan gelap. Saya kuatir, para pemimpin senang melihat kaum Kiri disandera, tapi kondisi pasang ini akan berbalik melawan mereka saat mereka tampak terlalu moderat. Proses dan fenomena ini sayangnya akan mengubah 'Israel' jadi lebih radikal, militan, kultus xenophobia, terisolasi, dan dikucilkan. (islamtimes/pahamilah)


Gaza, dalam serangan Zionis Israel

Pahamilah.com - Pejabat itu, yang berbicara kepada AFP, mengkonfirmasi delegasi telah "diperintahkan untuk kembali dari Kairo" dalam menanggapi dugaan serangan roket yang datang hanya tujuh jam sebelum berakhirnya perpanjangan gencatan senjata 24 jam yang berakhir pada tengah malam.

Juru bicara pemerintah Israel, Mark Regev mengatakan Israel tidak lagi terikat oleh perjanjian gencatan senjata, setelah tiga roket yang ditembakkan dari Gaza menyerang Israel selatan. Asap mengepul di atas Kota Gaza, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan militer di Gaza, menyusul dugaan serangan roket.

Israel dan Palestina telah berjuang untuk mencapai kesepakatan dalam pembicaraan yang berlangsung ditengahi Mesir sebelum perpanjangan gencatan senjata Gaza sehari habis.
Seorang juru bicara militer menyatakan bahwa roket mendarat di daerah terbuka di dekat kota Beersheba dan tidak ada laporan tentang korban.

Kepala delegasi Palestina untuk negosiasi langsung dengan Israel di Kairo memperingatkan bahwa kekerasan bisa meledak kembali jika mereka gagal.

Setelah menit terakhir perjanjian terhenti pada Senin (18/8) untuk memperpanjang hingga 24 jam, sampai 2100 GMT pada hari Selasa (19/8), tenggat waktu untuk mencapai gencatan senjata, Azzam al-Ahmad, pemimpin senior gerakan Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, mengatakan ada "tidak ada kemajuan pada titik apapun "dalam pembicaraan.

Palestina menuntut diakhirinya blokade Mesir dan Israel dari Jalur Gaza yang melumpuhkan secara ekonomi, di mana Israel melancarkan serangan pada tanggal 8 Juli.

Para pejabat Palestina mengadakan pertemuan lagi pada hari Selasa (19/8) dengan mediator Mesir.

Kesepakatan bisa membuka jalan bagi mengalirkan bantuan rekonstruksi untuk ke Jalur Gaza, di mana ribuan rumah telah hancur akibat konflik dan PBB mengatakan 425.000 orang telah mengungsi.

Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan korban tewas warga Gaza sejumlah 2016 dan mengatakan sebagian besar warga sipil anak anak, wilayah pesisir yang padat penduduk.

Gencatan senjata terbaru adalah yang ketiga dalam 10 hari tatkala perang itu terhenti. Ini diikuti gencatan senjata lima hari yang berakhir pada 2100 GMT pada hari Senin (18/8). (islamtimes/pahamilah)

Israel Tarik Tim Gencatan Senjata Gaza dari Kairo

Gaza, dalam serangan Zionis Israel

Pahamilah.com - Pejabat itu, yang berbicara kepada AFP, mengkonfirmasi delegasi telah "diperintahkan untuk kembali dari Kairo" dalam menanggapi dugaan serangan roket yang datang hanya tujuh jam sebelum berakhirnya perpanjangan gencatan senjata 24 jam yang berakhir pada tengah malam.

Juru bicara pemerintah Israel, Mark Regev mengatakan Israel tidak lagi terikat oleh perjanjian gencatan senjata, setelah tiga roket yang ditembakkan dari Gaza menyerang Israel selatan. Asap mengepul di atas Kota Gaza, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan militer di Gaza, menyusul dugaan serangan roket.

Israel dan Palestina telah berjuang untuk mencapai kesepakatan dalam pembicaraan yang berlangsung ditengahi Mesir sebelum perpanjangan gencatan senjata Gaza sehari habis.
Seorang juru bicara militer menyatakan bahwa roket mendarat di daerah terbuka di dekat kota Beersheba dan tidak ada laporan tentang korban.

Kepala delegasi Palestina untuk negosiasi langsung dengan Israel di Kairo memperingatkan bahwa kekerasan bisa meledak kembali jika mereka gagal.

Setelah menit terakhir perjanjian terhenti pada Senin (18/8) untuk memperpanjang hingga 24 jam, sampai 2100 GMT pada hari Selasa (19/8), tenggat waktu untuk mencapai gencatan senjata, Azzam al-Ahmad, pemimpin senior gerakan Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, mengatakan ada "tidak ada kemajuan pada titik apapun "dalam pembicaraan.

Palestina menuntut diakhirinya blokade Mesir dan Israel dari Jalur Gaza yang melumpuhkan secara ekonomi, di mana Israel melancarkan serangan pada tanggal 8 Juli.

Para pejabat Palestina mengadakan pertemuan lagi pada hari Selasa (19/8) dengan mediator Mesir.

Kesepakatan bisa membuka jalan bagi mengalirkan bantuan rekonstruksi untuk ke Jalur Gaza, di mana ribuan rumah telah hancur akibat konflik dan PBB mengatakan 425.000 orang telah mengungsi.

Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan korban tewas warga Gaza sejumlah 2016 dan mengatakan sebagian besar warga sipil anak anak, wilayah pesisir yang padat penduduk.

Gencatan senjata terbaru adalah yang ketiga dalam 10 hari tatkala perang itu terhenti. Ini diikuti gencatan senjata lima hari yang berakhir pada 2100 GMT pada hari Senin (18/8). (islamtimes/pahamilah)

Ratusan warga Penjajah Israel protes 

Pahamilah.com - Polisi Israel memblokade lebih dari 200 demonstran ultra kanan Yahudi yang berniat menyerbu pesta pernikahan seorang wanita Yahudi dengan seorang pria muslim. Demonstran menerikkan kata-kata "matilah Arab".

Lusinan polisi termasuk anggota unit paling elite, membentuk rantai manusia untuk menahan demonstran dari pintu gerbang gedung pernikahan dan menahan mereka yang mengabaikan peringatan mereka. Empat demonstran ditahan, namun tidak ada yang cedera.

Pengacara pasangan pengantin Maral Malka (23) dan Mahmoud Mansour (26) yang keduanya warga Jaffa di Tel Aviv, gagal meminta pengadilan untuk mencegah demonstrasi itu.

Sang pria lalu meminta perlindungan polisi agar demonstran tetap berada 200 meter dari gedung pernikahan di sudut kota Tel Aviv di Rishon Lezion.

Demonstrasi ini menandai meningkatnya ketegangan antara warga Yahudi dan Arab di Israel dalam dua bulan terakhir menyusul konflik di Gaza, penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel Juni lalu menyusul balas dendam kematian seorang remaja Palestina di wilayah Yerusalem Israel.

Sebuah kelompok bernama Lehava yang mengorganisir demonstrasi anti pernikahan itu telah mengusik pasangan Yahudi-Arab itu sebelumnya dengan kerap mengutipkan alasan-alasan keagamaan untuk menolak perkawinan itu. Kelompok ini sebenarnya jarang berdemonstrasi di situs pernikahan.

Pasangan pengantin berkata kepada Channel 2 TV Israel bahwa demonstran gagal mencegah pernikahan mereka atau menciutkan semangat mereka.

"Kami akan berdansa dan menikah sampai matahari terik. Kami mendukung koeksistensi," kata sang mempelai pria.

Para demonstran yang kebanyakan anak muda mengenakan kaos hitam, mengutuk Malka yang lahir sebagai Yahudi namun masuk Islam demi pernikahan itu.

Mereka mengutuk sang mempelai wanita sebagai "pengkhianat yang melawan negara Yahudi," dan meneriakkan kata-kata kebencian kepada warga Arab dengan "matilah Arab."  Mereka juga menyanyikan, "Semoga desa kalian ludes terbakar." (republika/pahamilah)

Israel Dihebohkan Pernikahan Yahudi-Muslim

Ratusan warga Penjajah Israel protes 

Pahamilah.com - Polisi Israel memblokade lebih dari 200 demonstran ultra kanan Yahudi yang berniat menyerbu pesta pernikahan seorang wanita Yahudi dengan seorang pria muslim. Demonstran menerikkan kata-kata "matilah Arab".

Lusinan polisi termasuk anggota unit paling elite, membentuk rantai manusia untuk menahan demonstran dari pintu gerbang gedung pernikahan dan menahan mereka yang mengabaikan peringatan mereka. Empat demonstran ditahan, namun tidak ada yang cedera.

Pengacara pasangan pengantin Maral Malka (23) dan Mahmoud Mansour (26) yang keduanya warga Jaffa di Tel Aviv, gagal meminta pengadilan untuk mencegah demonstrasi itu.

Sang pria lalu meminta perlindungan polisi agar demonstran tetap berada 200 meter dari gedung pernikahan di sudut kota Tel Aviv di Rishon Lezion.

Demonstrasi ini menandai meningkatnya ketegangan antara warga Yahudi dan Arab di Israel dalam dua bulan terakhir menyusul konflik di Gaza, penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel Juni lalu menyusul balas dendam kematian seorang remaja Palestina di wilayah Yerusalem Israel.

Sebuah kelompok bernama Lehava yang mengorganisir demonstrasi anti pernikahan itu telah mengusik pasangan Yahudi-Arab itu sebelumnya dengan kerap mengutipkan alasan-alasan keagamaan untuk menolak perkawinan itu. Kelompok ini sebenarnya jarang berdemonstrasi di situs pernikahan.

Pasangan pengantin berkata kepada Channel 2 TV Israel bahwa demonstran gagal mencegah pernikahan mereka atau menciutkan semangat mereka.

"Kami akan berdansa dan menikah sampai matahari terik. Kami mendukung koeksistensi," kata sang mempelai pria.

Para demonstran yang kebanyakan anak muda mengenakan kaos hitam, mengutuk Malka yang lahir sebagai Yahudi namun masuk Islam demi pernikahan itu.

Mereka mengutuk sang mempelai wanita sebagai "pengkhianat yang melawan negara Yahudi," dan meneriakkan kata-kata kebencian kepada warga Arab dengan "matilah Arab."  Mereka juga menyanyikan, "Semoga desa kalian ludes terbakar." (republika/pahamilah)

Pentagon

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama telah menghentikan pengiriman rudal ke Israel dan pertikaian diplomatik besar baru telah muncul, dimana beberapa pejabat menyebutnya "perpecahan sangat serius" yang muncul malam ini, setelah Wall Street Journal mengungkapkan dimana Israel mengambil senjata AS untuk digunakan di Gaza tanpa izin Gedung Putih.

Menurut pejabat AS, kementerian perang Israel mengambil langsung senjata dari stockpile Pentagon tanpa meminta izin baik dari Gedung Putih ataupun Departemen Luar Negeri AS, AntiWar menulis dalam sebuah artikel.

Hal ini dilakukan meskipun senjata telah datang bersamaan dengan pembicaraan langsung AS-Israel tentang dana AS $ 225 juta yang lain untuk sistem Iron Dome mereka.

"Kami terpukul," kata salah satu diplomatik AS, sementara yang lain mengatakan mereka sangat prihatin bahwa Israel mengambil artileri bukan senjata presisi-dipandu untuk digunakan selama pemboman mereka di daerah sipil Gaza.

Itu sangat menyakitkan bahwa Israel mengambil senjata tanpa meminta izin Gedung Putih, karena miliaran dolar bantuan tahunan AS pada dasarnya telah mendukung pembiayaan seluruh Perang Gaza, dan telah hangus melalui semua senjata dan amunisi mereka yang disediakan AS, mereka hanya pergi ke gudang Pentagon dan mengambil lagi.

Pejabat Pentagon berusaha untuk mengecilkan insiden itu, mengatakan bahwa Israel tidak membutuhkan izin dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri untuk mengambil senjata.

Apakah iya atau tidak, itu sepenuhnya tidak jelas, namun hal ini jelas menjengkelkan pemerintah.

Selain menghentikan pengiriman, Departemen Luar Negeri mengumumkan "review" baru dari semua pengiriman senjata ke rezim Israel, meskipun mereka bersikeras bahwa waktu ini hanya kebetulan, dan itu hanya karena kekhawatiran tentang invasi Gaza. (islamtimes/pahamilah)

Pejabat AS ‘Terpukul' ketika Israel 'Mengambil' Senjata Pentagon

Pentagon

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama telah menghentikan pengiriman rudal ke Israel dan pertikaian diplomatik besar baru telah muncul, dimana beberapa pejabat menyebutnya "perpecahan sangat serius" yang muncul malam ini, setelah Wall Street Journal mengungkapkan dimana Israel mengambil senjata AS untuk digunakan di Gaza tanpa izin Gedung Putih.

Menurut pejabat AS, kementerian perang Israel mengambil langsung senjata dari stockpile Pentagon tanpa meminta izin baik dari Gedung Putih ataupun Departemen Luar Negeri AS, AntiWar menulis dalam sebuah artikel.

Hal ini dilakukan meskipun senjata telah datang bersamaan dengan pembicaraan langsung AS-Israel tentang dana AS $ 225 juta yang lain untuk sistem Iron Dome mereka.

"Kami terpukul," kata salah satu diplomatik AS, sementara yang lain mengatakan mereka sangat prihatin bahwa Israel mengambil artileri bukan senjata presisi-dipandu untuk digunakan selama pemboman mereka di daerah sipil Gaza.

Itu sangat menyakitkan bahwa Israel mengambil senjata tanpa meminta izin Gedung Putih, karena miliaran dolar bantuan tahunan AS pada dasarnya telah mendukung pembiayaan seluruh Perang Gaza, dan telah hangus melalui semua senjata dan amunisi mereka yang disediakan AS, mereka hanya pergi ke gudang Pentagon dan mengambil lagi.

Pejabat Pentagon berusaha untuk mengecilkan insiden itu, mengatakan bahwa Israel tidak membutuhkan izin dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri untuk mengambil senjata.

Apakah iya atau tidak, itu sepenuhnya tidak jelas, namun hal ini jelas menjengkelkan pemerintah.

Selain menghentikan pengiriman, Departemen Luar Negeri mengumumkan "review" baru dari semua pengiriman senjata ke rezim Israel, meskipun mereka bersikeras bahwa waktu ini hanya kebetulan, dan itu hanya karena kekhawatiran tentang invasi Gaza. (islamtimes/pahamilah)