Ust Samsul Arifin Nababan
Pahamilah.com - TANGERANG SELATAN - Pada Ahad Malam (3/5), Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan An-Naba Center Indonesia kedatangan tamu. Dia adalah
seorang yang berdarah Toraja-Manado, seorang perempuan,
single parent yang berjuang untuk mendapatkan kebenaran dalam beragama.
Namanya ibu Siska. Ia datang bersama seorang teman kerjanya. Bersama
mereka datang ke pesantren untuk menemui KH. Syamsul Arifin Nababan.
Tidak lain dan tidak bukan, rasa ingin tahu dan keraguannya terhadap
agama Kristen yang ia anutlah yang membawanya datang menemui beliau.
Alhamdulillah, kedatangan mereka disambut dengan hangat oleh pak
Kiai. Pembicaraan pun mulai berlangsung akrab. Berawal dari perkenalan
hingga pembicaraan berat seputar agama. Singkat cerita, ibu Siska
sebagai seorang yang berjuang untuk menemukan agama yang benar
memberikan sebuah pertanyaan kepada pak Kiai. Ia bertanya,
“Pak Kiai, bagaimana cara kita untuk memahami sebuah agama yang benar?”, ucap bu Siska.
Mendengar pertanyaan yang sangat penting ini pak Kiai pun kemudian
menjelaskan, “Untuk memahami sebuah agama, tidak bisa melihat dari
jumlah penganutnya saja, perilaku penganutnya, atau subjektifitas
seorang yang memberikan penilaian terhadapnya. Ia harus dipahami secara
objektif berdasarkan sumber ajarannya, karena agama dapat dipelajari
berdasarkan atas sumber ajarannya.”
Pak Kiai pun kemudian menjelaskan lebih lanjut, “Saya akan memberikan
penjelasan lebih mendalam lagi kepada ibu Siska. Bahwa semua ciptaan
Tuhan yang ada di dunia ini pada hakikatnya adalah untuk manusia.
Langit, bumi, laut, gunung dan benda-benda yang ada di langit dan bumi
diperuntukkan bagi manusia."
"Manusia adalah makhluk yang sempurna. Manusia diberikan seperangkat
panca indra yang sempurna yang tidak ada pada makhluk yang lain, bahkan
malaikat sekalipun. Manusia diberikan akal, hati, dan hawa nafsu. Oleh
sebab itu, ia menjadi makhluk yang dinamis, tidak seperti malaikat yang
statis atau Iblis dan Jin yang menggoda manusia untuk berbuat
kerusakan.”, kata pak Kiai.
Ibu Siska kemudian bertanya kepada pak Kiai. “Pak Kiai, tadi pak Kiai
bilang kalau semua ciptaan yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini
adalah untuk manusia, lalu mengapa manusia diciptakan, kemudian mengapa
harus ada makhluk lain yang statis seperti malaikat serta iblis dan jin
yang menggoda manusia?”, tanya ibu Siska.
“Baik, saya akan menjelaskan, namun saya akan membatasi penjelasan
saya pada konteks manusia saja karena apabila kita membahas tentang
makhluk yang lain, maka pembahasan ini akan melebar dan ibu Siska akan
mengalami kesulitan dalam memahaminya.”, tutur pak Kiai.
“Tujuan manusia diciptakan di dunia ini tidak lain hanyalah untuk
menyembah Tuhan. Akan tetapi manusia tidak dapat berinteraksi langsung
dengan Tuhan dalam rangka tunduk dan menyembah-Nya. Lalu, bagaimana
manusia berinteraksi dengan Tuhan, sementara Ia tidak menghendaki
manusia langsung berinteraksi dengannya?
Sebab itu, dipilihlah manusia pilihan untuk menjelaskan kepada
manusia yang lain tentang Tuhan. Ia adalah nabi. Akan tetapi, nabi juga
tidak dapat bertemu dengan Tuhan secara langsung, melainkan ada makhluk
lain yang menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepadanya, yaitu malaikat.
Malaikatlah yang kemudian berinteraksi dengan nabi secara langsung dan
menjelaskan bahwa kamu, nabi, dipilih untuk menjelaskan kepada manusia
tetang Tuhan.”, jelas pak Kiai.
“Lalu bagaimana setelah manusia pilihan itu ada, apakah manusia
kemudian mengikuti apa yang manusia pilihan itu perintahkan dan itu yang
dijadikan sumber ajaran beragama?”, tanya ibu Siska semakin kritis. Pak
Kiai pun menjawab pertanyaan tersebut dengan sangat tenang dan
meyakinkan. “Begini ibu Siska, manusia pilihan tersebut diberikan
petunjuk oleh Tuhan, mendapatkan bimbingan dan arahan langsung dari
Tuhan, sehingga apa yang dia lakukan tidak bertentangan dengan perintah
Tuhan.
Kemudian Tuhan membuat sebuah sistem yang disebut dengan agama.
Karena Tuhan yang menciptakan manusia, maka diperlukan panduan yang
langsung dibuat oleh Tuhan. Agama adalah memuat seperangkat peraturan
yang termuat dalam kitab suci. Untuk menyampaikan panduan tersebut
diutuslah malaikat untuk memberikan kitab suci kepada para nabi yang
kemudian diajarkan kepada umat manusia.”, jelas pak Kiai.
Dialog yang terjadi malam itu semakin menarik. Ibu Siska semakin
memperdalam pertanyaan-pertanyaannya kepada beliau. “Jadi, hakikatnya,
yang menjelaskan dan mengajari manusia sebenarnya siapa pak Kiai, apakah
malaikat?”, tanya ibu Siska lagi.
“Yang menjelaskan semua yang
ada di muka bumi hakikatnya adalah Tuhan, karena Ia yang menciptakan
tentunya Ia Yang Maha Mengetahui dan Maha Pemberi Penjelasan. Ia yang
memperkenalkan kepada manusia tentang seperangkat bagian dari tubuh
manusia dan lainnya. Kalau tidak, bagaimana manusia tahu, jangankan Hari
Kiamat, bahkan dibalik tembok ruangan tempat kita berdialog ini saja
pun manusia tidak tahu. Tuhanlah yang mengajarkan kepada manusia (Adam)
nama-nama yang ada di langit dan bumi. Manusia pada dasarnya adalah
bodoh, tidak tahu apapun yang ada di dunia ini. Tuhanlah yang
menjelaskan pengetahuan kepada manusia melalui kitab suci-Nya.”
“Bagaimana?
Sudah bisa ditangkap penjelasan saya?”, tanya pak Kiai kepada ibu
Siska. Dengan wajah terpuaskan dengan penjelasan pak Kiai, ibu Siska
pun menganggukkan kepada seraya berakata “Iya pak Kiai, saya sudah
memahami penjelasan pak Kiai,” kata Siska.
Pak Kiai pun melanjutkan kembali penjelasannya, “Nah kalau begitu
saya akan melanjutkannya. Apabila pengetahuan itu ada pada kitab suci,
dan manusia sudah memiliki sistematika yang baik dalam pemahaman, maka
hal yang perlu dilakukan adalah menguji sumber ajarannya, yaitu kitab
suci tersebut. Karena ibu Siska dari agama Kristen, yang kita uji adalah
Al-Kitab (Bible). Apabila kita menguji Bible, maka akan terlihat bahwa
sumber kitab suci tersebut bukanlah dari Tuhan, melainkan dari manusia
karena ia memuat surat-surat kiriman Paulus," paparnya.
"Paulus adalah manusia, sehingga bagaimana mungkin manusia lebih
mengatahui alam beserta isinya dari pada Tuhan. Bagaimana mungkin
ciptaan lebih paham dari yang menciptakan. Oleh sebab itu, ia tidak suci
karena manusia adalah makhluk yang dinamis yang memiliki hawa nafsu.
Ini yang membutnya tidak suci, lebih lagi manusia cenderung melakukan
kesalahan. Jelaslah sudah bahwa Al-Kitab tidak berasal dari Tuhan,
melainkan dari manusia.”, kata pak Kiai dengan mimik wajah yang serius
saat menjelaskan. Ibu Siska pun sesaat termangu mendengar penjelasan pak
Kiai tentang Al-Kitab.
“Berbeda dengan Alquran. Ia memuat
firman-firman Tuhan. Ini dibuktikan dengan banyaknya manusia yang
menjadi penghafal Alquran, sedangkan tidak ada seorang pun yang berhasil
menghafal Bible. Coba anda camkan baik-baik, di dunia ini ada ribuan
bahkan munkin jutaan orang yang menjadi penghafal Alquran, sebaliknya
ada tidak yang mampu menghafal Injil atau Al-Kitab ini?," paparnya lagi.
"Kalau
saja ada seorang Kristen yang berani menantang dengan tantangan bila
ada umat Muslim yang mampu menghafal Alquran dengan mempertaruhkan
nyawanya, niscaya dalam detik itu juga ia akan kehilangan nyawanya
karena begitu banyak orang-orang yang menjadi penghafal Al-Quran. Akan
tetapi, mereka semua tidak akan berani. Tapi, saya berani mempertaruhkan
nyawa saya, apabila ada satu orang saja di dunia ini, baik pendeta,
pastor, professor, atau bahkan paus sekalipun yang mampu menghafal
persis isi Al-Kitab, maka saya berani dipotong leher saya.”, ucap pak
Kiai dengan suara tegas.
Suasana dialog yang serius pun tampak
semakin hidup malam itu. Pak Kiai memberikan penjelasan lagi dengan
mengutarakan pertanyaan, “Bagaimana Yesus bisa menjadi Tuhan yang datang
belakangan daripada Adam. Mungkinkah Tuhan datang belakangan daripada
makhluk-Nya? Bagiamana Tuhan tercipta, sedangkan Tuhan Maha Pencipta.
Lalu, apa karya-karya Yesus? Tak seekor lalat pun yang mampu ia
ciptakan.”, kata pak Kiai.
Penjelasan demi penjelasan pun
dipahami dengan baik oleh ibu Siska. Tak terasa, sudah dua jam dialog
antara ibu Siska dengan pak Kiai berjalan. Merasa penjelasan yang
disampaikan oleh pak Kiai sangat logis, maka pada malam hari itu juga
ibu Siska memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat.
Tepat
pada pukul 21.00 WIB, disaksikan oleh rekan, para santri dan ustaz
An-Naba Center, ibu Siska mengucapkan kalimat syahadat. Pada malam hari
itu, ia pun resmi menyandang status sebagai seorang Muslimah. Sesaat
setelah pensyahadatan, sembari meneteskan air mata karena rasa
bahagianya telah memeluk Islam.
Ia pun berharap dapat
menjalankan Islam secara kaffah serta mengajak dua orang putrinya yang
masih remaja untuk sama-sama menjadi seorang muslimah yang berjuang
untuk memperoleh ridha Allah. Semua yang hadir pada acara pensyahadatan
tersebut pun mendoakan semoga harapan ibu Siska tersebut dapat segera
terwujud, amin. (republika/pahamilah)