middle ad
Tampilkan postingan dengan label Pojok Kyai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pojok Kyai. Tampilkan semua postingan
Oleh : Drs. KH Cholil Dahlan


Alloh SWT berfirman dalam surat Ath Tholaaq Ayat 1:  “ Hai Nabi, Apabila kamu menceraikan Istri-Istrimu maka hendaklah kamu ceraikan pada waktu mereka dapat iddahnya dan hitunglah waktu iddah itu serta bertawakkalah kepada Alloh SWT. Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka keluar  kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah SWT. Dan barang siapa yang melanggar hukum Allah SWT.  Maka sesungguhnya dia telah berbuat Dzolim  Terhadap diri Sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Alloh SWT mengadakan sesuatu hal yang baru.

"Dawuh" diatas mengandung makna-makna : Pertama, Persceraian memang boleh dan Halal dilakukan  oleh seseorang yang terikat perkawinan yang sah, tapi itu jalan terakhir  saat komunikasi antar suami dengan istrinya mengalami kebuntuan. Peluang-peluang  harus sungguh-sungguh dicari lebih dahulu. Sebab cerai  meski halal tetap menguncang 'Arsy Allah SWT. Seperti Riwayat Ali Bin Abi Tholib RA. Rosulillah SAW Bersabda” Kawinlah kamu sekalian dan jangan sampai cerai, sebab perceraian bisa mengguncang 'Arsy.  Artinya Halal tapi dibenci Allah SWT.

Kedua, Kalau perceraian terpaksa dilakukan, hendaknya pihak istri diberi kemudahan pasca cerai “ waktu mereka dapat iddahnya ”Firman ini maknanya, masa tenggang waktu si istri menikmati kehidupan baru  usai cerai tidak terlalu lama jaraknya. Baik kenikmatan yang diperoleh dari mantan suami apabila rujuk atau suami berikutnya apabila tidak "Balen". Maksud dapat Iddahnya  adalah masa sucinya dan tidak disetubuhi, sehingga masa iddahnya menjadi lebih singkat. Firman “ Janganlah kamu mengeluarkan mereka dari rumah mereka..." Artinya Fasilitas-fasilitas hidup semasa menunggu habis masa iddah harus berjalan sebagaimana biasa. Tetap dirumah selama ini, belanja tetap tanggungan suami, dan kebutuhan sehari-hari sang istri harus ditunaikan sang mantan suami dsb.

Ketiga, perceraian adalah peristiwa hukum. Artinya apabila tuntunan Al Qur’an dan Hadist tentang Cerai diikuti dengan seksama pasti ada hikmah besar demi perbaikan kwalitas hidup suami istri, baik terhadap Allah SWT maupun antara sesama suami istri dan keluarga. hikmah tersebut antara lain.

Saat Nabi Muhammad SAW. menceraikan Khafsah Binti Umar Bin Khatab RA. menurut Riwayat Anas Bin Malik RA, Allah SWT. Memerintahkan untuk Ruju’ Alias mengawini kembali Khafsah RA. dan Allah SWT menyatakan Khafsah itu Ahli sholat malam, Ahli Puasa dan menjadi Istri Rosul SAW di surga. Hikmahnya, bagi suami atau istri yang bercerai adalah secara nalar hati harus meneliti ulang sholat dan puasa khususnya, serta amaliah pada umumnya. Karena apabila dua amaliah tersebut tertunaikan dengan benar, Insya Allah Rumah kita adalah surga kita.

Seperti diungkapkan Rasulullah SAW. “ Rumahku Surgaku” Tuntunan Syariat semata-mata untuk kemudahan hidup.

Firman Allah SWT” Kamu tidak mengetahui barangkali Allah SWT mengadakan sesuatu hal yang baru” Riwayat Abdullah  Bin Umar RA. Rosululloh SAW bersabda “ Rujuklah istrimu sampai haid selesai, kalau sudah kondisi suci dan masih berkehendak cerai, ceraikan pada masa sucinya.

Dua dalil diatas tersirat makna hikmah perceraian yaitu dengan perceraian suami maupun istri patut membersihkan hati masing-masing agar bisa melihat pasangannya dengan pandangan positif. Dengan berpisah berarti ada jarak, dengan jarak tertentu kita bisa melihat sesuatu lebih jelas dan gambling. Lalu ada ruang masing-masing berfikir tentang kelebihan dan kekurangan, ternyata, kelebihan lebihan lebih dominan katimbang kekurangan? Pikiran-pikiran positif demikian apabila disertai rasa,bahwa istri Adalah Amanat Allah SWT, dan suami adalah pemimpin rumah tangga yang digariskan Allah SWT senyum pasti tersirat dihati. merawat yang lama ternyata lebih bagus dari  mencari yang baru yang belum pasti literaturnya. Yang baru memang rasanya lebih bagus karena yang dilihat senyum-senyumnya, belum sampai marah-marahnya, dan yang lama sudah hapal senyum dan marahnya. Karena itu syariat memberi peluang Firoq atau Rujuk pegatan atau balen.

Jadi dengan cerai masing-masing bisa membersihkan hati, ingat Al Hadist ceraikan dalam keadaan Suci. dan dengan cerai pula Allah SWT akan membuat episode baru untuk memperbarui hubungan suami istri lebih dekat, dan lebih dekat lagi dengan tuntutan Syariat.

Rasulullah SAW menyatakan setiap mukmin yang dicoba oleh Allah SWT ada dua kemungkinan : Satu, untuk mengingatkan atas dosa-dosanya supanya Taubat. Dan untuk menguji supaya iman meningkat. Wallahu A’lam  Bi Shawab.



Fote note ____________________ 

 Drs. KH Cholil Dahlan SU adalah Jajaran Pengasuh di Pesantren Darul Ulum Jombang













Pahamilah, Halal Tapi Mengguncangkan 'Arsy!!!

Oleh : Drs. KH Cholil Dahlan


Alloh SWT berfirman dalam surat Ath Tholaaq Ayat 1:  “ Hai Nabi, Apabila kamu menceraikan Istri-Istrimu maka hendaklah kamu ceraikan pada waktu mereka dapat iddahnya dan hitunglah waktu iddah itu serta bertawakkalah kepada Alloh SWT. Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka keluar  kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah SWT. Dan barang siapa yang melanggar hukum Allah SWT.  Maka sesungguhnya dia telah berbuat Dzolim  Terhadap diri Sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Alloh SWT mengadakan sesuatu hal yang baru.

"Dawuh" diatas mengandung makna-makna : Pertama, Persceraian memang boleh dan Halal dilakukan  oleh seseorang yang terikat perkawinan yang sah, tapi itu jalan terakhir  saat komunikasi antar suami dengan istrinya mengalami kebuntuan. Peluang-peluang  harus sungguh-sungguh dicari lebih dahulu. Sebab cerai  meski halal tetap menguncang 'Arsy Allah SWT. Seperti Riwayat Ali Bin Abi Tholib RA. Rosulillah SAW Bersabda” Kawinlah kamu sekalian dan jangan sampai cerai, sebab perceraian bisa mengguncang 'Arsy.  Artinya Halal tapi dibenci Allah SWT.

Kedua, Kalau perceraian terpaksa dilakukan, hendaknya pihak istri diberi kemudahan pasca cerai “ waktu mereka dapat iddahnya ”Firman ini maknanya, masa tenggang waktu si istri menikmati kehidupan baru  usai cerai tidak terlalu lama jaraknya. Baik kenikmatan yang diperoleh dari mantan suami apabila rujuk atau suami berikutnya apabila tidak "Balen". Maksud dapat Iddahnya  adalah masa sucinya dan tidak disetubuhi, sehingga masa iddahnya menjadi lebih singkat. Firman “ Janganlah kamu mengeluarkan mereka dari rumah mereka..." Artinya Fasilitas-fasilitas hidup semasa menunggu habis masa iddah harus berjalan sebagaimana biasa. Tetap dirumah selama ini, belanja tetap tanggungan suami, dan kebutuhan sehari-hari sang istri harus ditunaikan sang mantan suami dsb.

Ketiga, perceraian adalah peristiwa hukum. Artinya apabila tuntunan Al Qur’an dan Hadist tentang Cerai diikuti dengan seksama pasti ada hikmah besar demi perbaikan kwalitas hidup suami istri, baik terhadap Allah SWT maupun antara sesama suami istri dan keluarga. hikmah tersebut antara lain.

Saat Nabi Muhammad SAW. menceraikan Khafsah Binti Umar Bin Khatab RA. menurut Riwayat Anas Bin Malik RA, Allah SWT. Memerintahkan untuk Ruju’ Alias mengawini kembali Khafsah RA. dan Allah SWT menyatakan Khafsah itu Ahli sholat malam, Ahli Puasa dan menjadi Istri Rosul SAW di surga. Hikmahnya, bagi suami atau istri yang bercerai adalah secara nalar hati harus meneliti ulang sholat dan puasa khususnya, serta amaliah pada umumnya. Karena apabila dua amaliah tersebut tertunaikan dengan benar, Insya Allah Rumah kita adalah surga kita.

Seperti diungkapkan Rasulullah SAW. “ Rumahku Surgaku” Tuntunan Syariat semata-mata untuk kemudahan hidup.

Firman Allah SWT” Kamu tidak mengetahui barangkali Allah SWT mengadakan sesuatu hal yang baru” Riwayat Abdullah  Bin Umar RA. Rosululloh SAW bersabda “ Rujuklah istrimu sampai haid selesai, kalau sudah kondisi suci dan masih berkehendak cerai, ceraikan pada masa sucinya.

Dua dalil diatas tersirat makna hikmah perceraian yaitu dengan perceraian suami maupun istri patut membersihkan hati masing-masing agar bisa melihat pasangannya dengan pandangan positif. Dengan berpisah berarti ada jarak, dengan jarak tertentu kita bisa melihat sesuatu lebih jelas dan gambling. Lalu ada ruang masing-masing berfikir tentang kelebihan dan kekurangan, ternyata, kelebihan lebihan lebih dominan katimbang kekurangan? Pikiran-pikiran positif demikian apabila disertai rasa,bahwa istri Adalah Amanat Allah SWT, dan suami adalah pemimpin rumah tangga yang digariskan Allah SWT senyum pasti tersirat dihati. merawat yang lama ternyata lebih bagus dari  mencari yang baru yang belum pasti literaturnya. Yang baru memang rasanya lebih bagus karena yang dilihat senyum-senyumnya, belum sampai marah-marahnya, dan yang lama sudah hapal senyum dan marahnya. Karena itu syariat memberi peluang Firoq atau Rujuk pegatan atau balen.

Jadi dengan cerai masing-masing bisa membersihkan hati, ingat Al Hadist ceraikan dalam keadaan Suci. dan dengan cerai pula Allah SWT akan membuat episode baru untuk memperbarui hubungan suami istri lebih dekat, dan lebih dekat lagi dengan tuntutan Syariat.

Rasulullah SAW menyatakan setiap mukmin yang dicoba oleh Allah SWT ada dua kemungkinan : Satu, untuk mengingatkan atas dosa-dosanya supanya Taubat. Dan untuk menguji supaya iman meningkat. Wallahu A’lam  Bi Shawab.



Fote note ____________________ 

 Drs. KH Cholil Dahlan SU adalah Jajaran Pengasuh di Pesantren Darul Ulum Jombang













Oleh: Drs. KH. M.Zaimuddin Wijaya As'ad, SU


KECANTIKAN wajahnya membuat tak satu pun pria rela membiarkannya berlalu tanpa menatapnya. Kalau saja dia duduk di dekat Dewi Persik atau Asmirandah, maka kedua wanita itu tampak sangat biasa, karena kedua artis tersebut nilai kecantikannya hanya sepertiga dari keelokan wajah dan tubuh wanita yang bernama Jamilah ini.

Para pejabat, saudagar, bankir, jenderal bahkan kepala daerah  berlomba untuk merebut hatinya dengan berbagai cara dan persembahan hadiah, agar dia bersedia dijadikan isteri atau madunya, namun hati Jamilah sama sekali tidak tergerak untuk menyambut panah-panah cinta yang bertebaran dari figur-figur yang mapan tersebut.

Jalan fikiran wanita memang sulit dimengerti, begitu juga Jamilah. Dia tiba-tiba tampak  bercanda-ria dengan seorang pria yang dari sisi  finansial dan status sosial sangat tidak sebanding dengan pria-pria yang mengejarnya selama ini. Karena Fulan, pria yang didekati itu “hanya” seorang dosen muda  di sebuah PTS pinggiran kota.

Seiring perjalanan waktu, canda-ria mereka menumbuhkan rasa khusus di kalbu Jamilah sehingga akhirnya berbuah bisikan lirih yang sama sekali tak Fulan duga sebelumnya :  “ Kanda, kapan kanda melamar dinda..?”. Seketika itu juga hati Fulan terasa sesak oleh kebahagiaan yang membuncah tak terperikan, membuatnya terdiam dalam ketidak pastian antara mimpi dan terjaga.Ia berkali-kali mencubit pipinya sendiri untuk menguji kesadarannya, hingga Jamilah merajuk  : “kanda kok nyubit pipi kanda sendiri saja sih, cubit pipi dinda juga dong.. masak sejak kita dekat selama 6 bulan, kanda tak pernah sekalipun menyentuh dinda..  ”. Fulan hanya tersenyum, lalu memberanikan diri untuk bertanya: “Hehehe.. mengapa dinda begitu yakin bahwa kanda ini pria yang tepat untuk menjadi imam dan pendamping dinda..?”

Jamilah pun menuturkan kesannya ketika Fulan berlebaran ke rumahnya. Saat itu seisi rumah  ke keluar kota, ia tinggal sendirian. Pembantu mudik, sehingga semua pekerjaan rumah ia tangani sendiri. Akibatnya, ketika dia menemui Fulan di ruang tamu dia mengantuk kelelahan sampai tertidur pulas dihadapannya. “Saat dinda membuka mata kuperhatikan jam dinding ternyata hampir dua jam dinda tertidur. Lalu kuperhatikan posisi duduk kanda masih seperti saat datang tadi. Kuamati sekujur tubuhku, busanaku tak berubah letaknya.. padahal saat itu dinda betul-betul tak berdaya dan tak satu pun penghuni ada di rumah, tapi kanda bisa menjaga kehormatan dinda.. kanda tak menyentuhku sedikit pun meski  banyak pria di luar sana yang tergoda dengan paras dan lekuk tubuhku... Itulah kanda yang membuat dinda yakin bahwa kandalah imamku dan anak-anak kita kelak” ungkap Jamilah sambil menundukkan wajah tersipunya.

Pembaca yang dirahmati Allah..perilaku Fulan itu mirip dengan sikap salah satu kelompok yang dijanjikan Allah akan mendapat perlindunganNYA di padang Mahsar kelak ketika tiada perlindungan selain dariNYA. Dalam sebuah hadits dikisahkan, pria tersebut sedang berduaan dengan gadis yang sangat dicintainya. Namun ketika gadis itu menyerahkan diripada gairah kelelakiannya yang memanas, si pria tiba-tiba berucap: “Inniakhafullah, sungguh aku takut pada Allah”.

Ketika peluang  untuk melakukan pelanggaran sangat terbuka lebar namun kita mampu  menahan diri kita tidak melanggarnya karena  takut pada Allah, sejatinya kita sedang dalam kesadaran meng-“ada”-kan Tuhan. Kita merasa melihat Dia hadir dan ada di sekitar kita.

Betapa sering kita mendengar diantara kita yang berkesaksian atas keberadaan Tuhan, namun pada hakekatnya dia tidak pernah sungguh-sungguh menganggap Tuhan itu ada. Sehingga dia hanya melokalisasi Tuhan berada di tempat ibadah saja. Akibatnya, begitu keluar dari “tempat” Tuhan tersebut, dia tidak lagi pedulikan mana halal mana haram, mana hak dan bukan haknya, mana legal dan yang illegal, mereka tidak ambil pusing.Mereka tidak lagi menunggu kesempatan, tapi malah cari-cari kesempatan untuk menikmatinya, asal tidak ada sesama yang mengetahui perbuatannya. Mereka lebih takut pada penglihatan manusia daripada zat Yang Maha Melihat.

Akibat dari “peniadaan” Tuhan itulah maka kasus perzinahan, gratifikasi, suap maupun karupsi barang, dana dan jasa menjadi kabar keseharian di media. Lebih memprihatinkan lagi, ketika mereka menjadi pesakitan di Kepolisian atau KPK, tetap bisa mengumbar senyum tanpa merasa dosa. Kalau sudah begitu, mereka hakekatnya telah “membunuh” Tuhan dikalbunya. Naudzubillah.

Maka, pembaca yang dirahmati Allah.. Kita tidak perlu khawatir untuk berhadapan dengan aparat penegak hukum termasuk KPK, kalau di hati kita dipenuhi kesadaran bahwa Tuhan benar-benar “ada” bersama kita. Mari kita yakini bahwa hanya bersamaNYA lah hidup kita menjadi berkah dan bermanfaat. Kematian kita pun akan membekaskan kebanggaan pada keluarga yang kita tinggalkan. Untuk itu, mari jaga Tuhan agar tetap ada di hati dan sekitar kita. Salam sukses penuh berkah.




Fote note ____________________

Drs. KH. M.Zaimuddin Wijaya As'ad, SU adalah Jajaran Pengasuh di Pesantren Darul Ulum Jombang

 email: zaimuddinasad@yahoo.co.id











Mari "Mengadakan" Tuhan

Oleh: Drs. KH. M.Zaimuddin Wijaya As'ad, SU


KECANTIKAN wajahnya membuat tak satu pun pria rela membiarkannya berlalu tanpa menatapnya. Kalau saja dia duduk di dekat Dewi Persik atau Asmirandah, maka kedua wanita itu tampak sangat biasa, karena kedua artis tersebut nilai kecantikannya hanya sepertiga dari keelokan wajah dan tubuh wanita yang bernama Jamilah ini.

Para pejabat, saudagar, bankir, jenderal bahkan kepala daerah  berlomba untuk merebut hatinya dengan berbagai cara dan persembahan hadiah, agar dia bersedia dijadikan isteri atau madunya, namun hati Jamilah sama sekali tidak tergerak untuk menyambut panah-panah cinta yang bertebaran dari figur-figur yang mapan tersebut.

Jalan fikiran wanita memang sulit dimengerti, begitu juga Jamilah. Dia tiba-tiba tampak  bercanda-ria dengan seorang pria yang dari sisi  finansial dan status sosial sangat tidak sebanding dengan pria-pria yang mengejarnya selama ini. Karena Fulan, pria yang didekati itu “hanya” seorang dosen muda  di sebuah PTS pinggiran kota.

Seiring perjalanan waktu, canda-ria mereka menumbuhkan rasa khusus di kalbu Jamilah sehingga akhirnya berbuah bisikan lirih yang sama sekali tak Fulan duga sebelumnya :  “ Kanda, kapan kanda melamar dinda..?”. Seketika itu juga hati Fulan terasa sesak oleh kebahagiaan yang membuncah tak terperikan, membuatnya terdiam dalam ketidak pastian antara mimpi dan terjaga.Ia berkali-kali mencubit pipinya sendiri untuk menguji kesadarannya, hingga Jamilah merajuk  : “kanda kok nyubit pipi kanda sendiri saja sih, cubit pipi dinda juga dong.. masak sejak kita dekat selama 6 bulan, kanda tak pernah sekalipun menyentuh dinda..  ”. Fulan hanya tersenyum, lalu memberanikan diri untuk bertanya: “Hehehe.. mengapa dinda begitu yakin bahwa kanda ini pria yang tepat untuk menjadi imam dan pendamping dinda..?”

Jamilah pun menuturkan kesannya ketika Fulan berlebaran ke rumahnya. Saat itu seisi rumah  ke keluar kota, ia tinggal sendirian. Pembantu mudik, sehingga semua pekerjaan rumah ia tangani sendiri. Akibatnya, ketika dia menemui Fulan di ruang tamu dia mengantuk kelelahan sampai tertidur pulas dihadapannya. “Saat dinda membuka mata kuperhatikan jam dinding ternyata hampir dua jam dinda tertidur. Lalu kuperhatikan posisi duduk kanda masih seperti saat datang tadi. Kuamati sekujur tubuhku, busanaku tak berubah letaknya.. padahal saat itu dinda betul-betul tak berdaya dan tak satu pun penghuni ada di rumah, tapi kanda bisa menjaga kehormatan dinda.. kanda tak menyentuhku sedikit pun meski  banyak pria di luar sana yang tergoda dengan paras dan lekuk tubuhku... Itulah kanda yang membuat dinda yakin bahwa kandalah imamku dan anak-anak kita kelak” ungkap Jamilah sambil menundukkan wajah tersipunya.

Pembaca yang dirahmati Allah..perilaku Fulan itu mirip dengan sikap salah satu kelompok yang dijanjikan Allah akan mendapat perlindunganNYA di padang Mahsar kelak ketika tiada perlindungan selain dariNYA. Dalam sebuah hadits dikisahkan, pria tersebut sedang berduaan dengan gadis yang sangat dicintainya. Namun ketika gadis itu menyerahkan diripada gairah kelelakiannya yang memanas, si pria tiba-tiba berucap: “Inniakhafullah, sungguh aku takut pada Allah”.

Ketika peluang  untuk melakukan pelanggaran sangat terbuka lebar namun kita mampu  menahan diri kita tidak melanggarnya karena  takut pada Allah, sejatinya kita sedang dalam kesadaran meng-“ada”-kan Tuhan. Kita merasa melihat Dia hadir dan ada di sekitar kita.

Betapa sering kita mendengar diantara kita yang berkesaksian atas keberadaan Tuhan, namun pada hakekatnya dia tidak pernah sungguh-sungguh menganggap Tuhan itu ada. Sehingga dia hanya melokalisasi Tuhan berada di tempat ibadah saja. Akibatnya, begitu keluar dari “tempat” Tuhan tersebut, dia tidak lagi pedulikan mana halal mana haram, mana hak dan bukan haknya, mana legal dan yang illegal, mereka tidak ambil pusing.Mereka tidak lagi menunggu kesempatan, tapi malah cari-cari kesempatan untuk menikmatinya, asal tidak ada sesama yang mengetahui perbuatannya. Mereka lebih takut pada penglihatan manusia daripada zat Yang Maha Melihat.

Akibat dari “peniadaan” Tuhan itulah maka kasus perzinahan, gratifikasi, suap maupun karupsi barang, dana dan jasa menjadi kabar keseharian di media. Lebih memprihatinkan lagi, ketika mereka menjadi pesakitan di Kepolisian atau KPK, tetap bisa mengumbar senyum tanpa merasa dosa. Kalau sudah begitu, mereka hakekatnya telah “membunuh” Tuhan dikalbunya. Naudzubillah.

Maka, pembaca yang dirahmati Allah.. Kita tidak perlu khawatir untuk berhadapan dengan aparat penegak hukum termasuk KPK, kalau di hati kita dipenuhi kesadaran bahwa Tuhan benar-benar “ada” bersama kita. Mari kita yakini bahwa hanya bersamaNYA lah hidup kita menjadi berkah dan bermanfaat. Kematian kita pun akan membekaskan kebanggaan pada keluarga yang kita tinggalkan. Untuk itu, mari jaga Tuhan agar tetap ada di hati dan sekitar kita. Salam sukses penuh berkah.




Fote note ____________________

Drs. KH. M.Zaimuddin Wijaya As'ad, SU adalah Jajaran Pengasuh di Pesantren Darul Ulum Jombang

 email: zaimuddinasad@yahoo.co.id