middle ad
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan


Pahamilah.com - Ketika Anak Bertanya Tentang Allah? Allah itu Siapa?
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe).

Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH. Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya…

Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Tanya 2: “Bu, Bentuk Allahitu seperti apa?”
Tanya 3: “Bu, Kenapa kita gak bisa lihat Allah?”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Tanya 5: “Bu, Kenapa kita harus nyembah Allah?”

Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Jawablah:
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini:
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.

Jawablah begini:
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)

[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)

[baca juga Melihat Tuhan]

Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?“
Jangan jawab begini:
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Al-Hadid (57) : 3

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.

Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.

Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.

إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ (١٦) مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ (١٧)

[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17)
{ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam}

Jawablah begini:
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris)


“Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!”

Atau bisa juga beri jawaban:

“Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.”

Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”.
 

Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?

Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”

Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.”
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip "Allahu Akbar" itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]

ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ‌ۚ
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <– Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.

Juga jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.

Jawablah begini:
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.”
[baca juga Mulai Saat Ini Jangan Sebut-sebut Lagi Yang Di Atas]

“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.(Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)

وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡ‌ۚ
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)

“Allah sering lho bicara sama kita..misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

وَٱللَّهُ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)

Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Jangan jawab begini:
“Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.”

Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!”

“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Jawablah begini:
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.

Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru.”
(Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
[baca juga Mengapa Allah Menciptakan Makhluk?]

Katakan juga pada anak:

“Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?!” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

“Kenapa, Bu?”

“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”

Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis). (FBmutiarahikmah/pahamilah)

Allahu a’lam.



Berbagi Pengetahuan, sebarkan, semoga Allah SWT meridhoi

 

Ketika Anak Bertanya Tentang Allah? inilah Jawabannya



Pahamilah.com - Ketika Anak Bertanya Tentang Allah? Allah itu Siapa?
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe).

Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH. Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya…

Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Tanya 2: “Bu, Bentuk Allahitu seperti apa?”
Tanya 3: “Bu, Kenapa kita gak bisa lihat Allah?”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Tanya 5: “Bu, Kenapa kita harus nyembah Allah?”

Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Jawablah:
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini:
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.

Jawablah begini:
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)

[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)

[baca juga Melihat Tuhan]

Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?“
Jangan jawab begini:
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Al-Hadid (57) : 3

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.

Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.

Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.

إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ (١٦) مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ (١٧)

[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17)
{ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam}

Jawablah begini:
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris)


“Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!”

Atau bisa juga beri jawaban:

“Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.”

Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”.
 

Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?

Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”

Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.”
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip "Allahu Akbar" itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]

ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ‌ۚ
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <– Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.

Juga jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.

Jawablah begini:
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.”
[baca juga Mulai Saat Ini Jangan Sebut-sebut Lagi Yang Di Atas]

“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.(Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)

وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡ‌ۚ
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)

“Allah sering lho bicara sama kita..misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

وَٱللَّهُ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)

Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Jangan jawab begini:
“Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.”

Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!”

“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Jawablah begini:
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.

Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru.”
(Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
[baca juga Mengapa Allah Menciptakan Makhluk?]

Katakan juga pada anak:

“Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?!” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

“Kenapa, Bu?”

“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”

Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis). (FBmutiarahikmah/pahamilah)

Allahu a’lam.



Berbagi Pengetahuan, sebarkan, semoga Allah SWT meridhoi

 



Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun, jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa?? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di muka bumi ini, bukan demikian saudaraku? Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama'ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama'ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini?! Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum. Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku...jika jumlah jama'ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 sampai dengan sekarang di gabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama'ah haji dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat di banding kalian yah? Wah...wah...pasti uang kalian sangat banyak yah, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya...Subhanallaah.

Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah...pasti sangat indah dan mengagumkan yah? Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negeri kalian. Pasti para ibu-ibu disana amat mudah Menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan. Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku Tidak seperti di negeri kami ini, saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Raffah, sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil...yah diatas mobil saudaraku!! Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade 2 tahun lalu, Namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya. Walau, terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum. Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya , terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan dan di tempat sampah...itu yang kami dapat dari informasi televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah ASIA!! Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian...? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut?! Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini. Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami meninggal. Namun, bukanlah diselokan-selokan atau got-got apalagi ditempat sampah, saudaraku!! Mereka wafat syahid saudaraku!! mati syahid karena serangan roket tentara Israel!!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negeri ini. Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1.400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami. Namun, sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3.000 bayi baru dijalur Gaza dan Subhanallaah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar...Allahu Akbar!!!

Wahai saudaraku di Indonesia,

Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah. Namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi ,menderita busung lapar. Apa karena kalian sulit mencari rezeki disana..? Apa negeri kalian sedang di blokade juga..? Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Kalian terlalu manja?!? Saya adalah pegawai Tata usaha di kantor pemerintahan Hammas sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang akan mencukupkan rezeki untuk kami. Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Yah...mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel, Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru saudaraku. Dan Perdana Menteri kami Ismail Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai Saudaraku di Indonesia,

Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan di negeri kalian, seperti yang diceritakan teman saya tersebut. Program pengajian kalian pasti bagus bukan, banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan buku-buku pasti kalian telah lahap, kalian pun sangat bersemangat bukan, itu karena kalian punya waktu. Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini wahai saudaraku. Satu jam...yah satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh. Setelah itu kami harus terjun langsung ke lapanagn jihad, sesuai dengan tugas yang telah diberikan kepada kami. Kami disini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut walau cuma satu jam saudaraku. Tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh. Seperti ta'aruf, tafahum dan takaful di sana. Hafalan kalian pasti lebih banyak dari kami. Semua pegawai dan pejuang Hamas disini wajib menghapal surat Al-Anfaal sebagai nyanyian perang kami, saya menghapal disela-sela waktu istirahat perang. Bagaimana dengan kalian? Akhir Desember 2009 lalu, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1.000 anak yang tahun ini menghapal Al-Qur'an, umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur'an ketimbang anak-anak kami disini, di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang. Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma. Yah...di tempat itulah mereka belajar saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur'an mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.

Wahai Saudaraku di Indonesia,

Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah...kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini. Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhuwah kalian kepada kami. Do'a-do'a kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya. Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya Untuk menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telepon dan fax yang masuk Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi salam untuk semua pejuang-pejuang Islam di Indonesia.



"Anonim"




Surat Terbuka Warga Palestina Untuk Indonesia



Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun, jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa?? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di muka bumi ini, bukan demikian saudaraku? Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama'ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama'ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini?! Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum. Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku...jika jumlah jama'ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 sampai dengan sekarang di gabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama'ah haji dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat di banding kalian yah? Wah...wah...pasti uang kalian sangat banyak yah, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya...Subhanallaah.

Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah...pasti sangat indah dan mengagumkan yah? Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negeri kalian. Pasti para ibu-ibu disana amat mudah Menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan. Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku Tidak seperti di negeri kami ini, saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Raffah, sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil...yah diatas mobil saudaraku!! Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade 2 tahun lalu, Namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya. Walau, terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum. Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya , terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan dan di tempat sampah...itu yang kami dapat dari informasi televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah ASIA!! Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian...? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut?! Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini. Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami meninggal. Namun, bukanlah diselokan-selokan atau got-got apalagi ditempat sampah, saudaraku!! Mereka wafat syahid saudaraku!! mati syahid karena serangan roket tentara Israel!!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negeri ini. Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1.400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami. Namun, sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3.000 bayi baru dijalur Gaza dan Subhanallaah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar...Allahu Akbar!!!

Wahai saudaraku di Indonesia,

Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah. Namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi ,menderita busung lapar. Apa karena kalian sulit mencari rezeki disana..? Apa negeri kalian sedang di blokade juga..? Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Kalian terlalu manja?!? Saya adalah pegawai Tata usaha di kantor pemerintahan Hammas sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang akan mencukupkan rezeki untuk kami. Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Yah...mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel, Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru saudaraku. Dan Perdana Menteri kami Ismail Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai Saudaraku di Indonesia,

Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan di negeri kalian, seperti yang diceritakan teman saya tersebut. Program pengajian kalian pasti bagus bukan, banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan buku-buku pasti kalian telah lahap, kalian pun sangat bersemangat bukan, itu karena kalian punya waktu. Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini wahai saudaraku. Satu jam...yah satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh. Setelah itu kami harus terjun langsung ke lapanagn jihad, sesuai dengan tugas yang telah diberikan kepada kami. Kami disini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut walau cuma satu jam saudaraku. Tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh. Seperti ta'aruf, tafahum dan takaful di sana. Hafalan kalian pasti lebih banyak dari kami. Semua pegawai dan pejuang Hamas disini wajib menghapal surat Al-Anfaal sebagai nyanyian perang kami, saya menghapal disela-sela waktu istirahat perang. Bagaimana dengan kalian? Akhir Desember 2009 lalu, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1.000 anak yang tahun ini menghapal Al-Qur'an, umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur'an ketimbang anak-anak kami disini, di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang. Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma. Yah...di tempat itulah mereka belajar saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur'an mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.

Wahai Saudaraku di Indonesia,

Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah...kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini. Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhuwah kalian kepada kami. Do'a-do'a kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya. Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya Untuk menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telepon dan fax yang masuk Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi salam untuk semua pejuang-pejuang Islam di Indonesia.



"Anonim"




*Pesan Nafas Cinta Yang Terakhir


Apa kabar cintaku? Lama nian kita tak jumpa dan tiada pula bertegur sapa, aku yakin bukan karena kebencian diantara kita, aku pun yakin bukan karena apa - apa, tapi rutinitas kesibukan jua yang telah menjebak kita dalam hiruk pikuknya kehidupan dunia.

Untuk itu, ada satu hal yang ingin aku utarakan sebagai bahan renungan, bagaimana memikirkan indahnya malam pertama, tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata, bukan pula malam pertama bagai memasuki peraduan Adam dan Hawa, justru malam pertama ketika perkawinan kita dengan Sang Maut tiba, dimana malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara.

Hari itu, mempelai sangat dimanjakan, mandi pun harus dimandikan - seluruh badan pun terbuka, tak ada sehelai benang menutupi dan tiada sedikit pun rasa malu, seluruh anggota badan digosok dan dibersihkan, kotoran dari lubang hidung hingga anus dikeluarkan, bahkan lubang – lubang itu kemudian ditutup dengan kapas putih, Itulah sosok kita, Itulah jasad kita saat itu.

Setelah dimandikan, lalu dikenakan gaun cantik berwarna putih, kain itu sangat jarang orang memakainya, ber-merk sangat terkenal bernama Kafan.

Wewangian ditabur keatas baju kita, bagian kepala, badan, dan kaki diikatkan, tataplah... tataplah... itu rupa wajah kita di keranda pelaminan, lalu disiapkan pengantin bersanding sendirian.

Kemudian sang mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita dengan iringan langkah gontai seluruh keluarga serta rasa haru para handai taulan.

Lantunan syahdu yang bersyair adzan serta kalimah kudus, dimana akad nikahnya menggunakan bacaan talkin, berwalikan liang lahat dan saksi - saksinya adalah barisan nisan yang telah tiba duluan, dengan siraman air mawar sebagai pengantar akhir kerinduan.

Dan akhirnya... tibalah masa pengantin menunggu ditinggal sendirian untuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah dalam menjalani kehidupan.

Malam pertama bersama Sang Maha KEKASIH, ditemani rayap - rayap serta cacing tanah dalam kamar yang bertilamkan tanah, dan ketika tujuh langkah telah pergi, sang malaikat pun berkunjung hendak bertanya namun tidak tahu apakah memperoleh nikmat atau mendapat siksa kubur setelahnya, tiada sekali pun kita tahu dan tak seorang pun yang tahu, tapi anehnya kebanyakan kita manusia tak pernah galau ketakutan tentang nikmat atau siksa yang akan diterima, namun sayang kita manusia enggan untuk menitikkan air mata, seolah airmata itu merupakan barang berharga yang sangat mahal.

Dan apakah Dia Sang Maha Kekasih kelak menetapkan ke syurga atau melemparkan diri ini ke neraka? hanya Dia yang berkenan, tentunya kita manusia berharap menjadi ahli syurga, tapi, tapi, sudah pantaskah sikap perilaku dan perbuatan kita selama ini untuk disebut sebagai ahli syurga?

Cintaku, mohon maaf jika malam itu aku tak bisa menemanimu, bukan berarti tak setia bukan pula aku berkhianat, tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan, tapi percayalah aku pasti kan mendo'akanmu, sebab sungguh aku sangat menyayangimu, rasa sayangku padamu lebih dari apa yang engkau duga, dalam doaku semoga engkau menjadi ahli syurga. Amien

Cintaku, jika ini adalah bacaan terakhirmu maka renungkanlah dan apabila coretan ini adalah pesan terakhir dari kekasihmu maka ambil hikmahnya, tapi jika ini adalah salahku - maafkan aku, terlebih jika aku harus mendahuluimu, mohon ikhlas dan maafkan seluruh khilafku yang pasti pernah menyakiti atau mengecewakanmu.

Dan apabila goresan jiwaku ini ada manfaatnya, salinlah kedalam kertas putih, lalu engkau simpan sebagai bahan renungan, siapa tahu suatu saat engkau ingat kepadaku ketika aku berpindah ke alam lain, hanya satu pintaku padamu tolong do'akan aku agar khusnul khotimah menghadap kehadirat-NYA.

"Robbana dholamna anfusana wa illam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin," Ya Tuhan kami telah menganiaya diri kami sendiri & jika Engkau tidak mengampuni kami niscaya kami termasuk orang-orang yg merugi." {QS. Al A'raf : 23}



________________________________
*Diadaptasi dengan perubahan seperlunya oleh Andik Priyo Kunarbowo dari "Renungan Terakhir"  yang berjudul "Apa Kabar Cintaku" oleh kang Rahmat

Pesan Nafas Cinta Yang Terakhir

*Pesan Nafas Cinta Yang Terakhir


Apa kabar cintaku? Lama nian kita tak jumpa dan tiada pula bertegur sapa, aku yakin bukan karena kebencian diantara kita, aku pun yakin bukan karena apa - apa, tapi rutinitas kesibukan jua yang telah menjebak kita dalam hiruk pikuknya kehidupan dunia.

Untuk itu, ada satu hal yang ingin aku utarakan sebagai bahan renungan, bagaimana memikirkan indahnya malam pertama, tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata, bukan pula malam pertama bagai memasuki peraduan Adam dan Hawa, justru malam pertama ketika perkawinan kita dengan Sang Maut tiba, dimana malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara.

Hari itu, mempelai sangat dimanjakan, mandi pun harus dimandikan - seluruh badan pun terbuka, tak ada sehelai benang menutupi dan tiada sedikit pun rasa malu, seluruh anggota badan digosok dan dibersihkan, kotoran dari lubang hidung hingga anus dikeluarkan, bahkan lubang – lubang itu kemudian ditutup dengan kapas putih, Itulah sosok kita, Itulah jasad kita saat itu.

Setelah dimandikan, lalu dikenakan gaun cantik berwarna putih, kain itu sangat jarang orang memakainya, ber-merk sangat terkenal bernama Kafan.

Wewangian ditabur keatas baju kita, bagian kepala, badan, dan kaki diikatkan, tataplah... tataplah... itu rupa wajah kita di keranda pelaminan, lalu disiapkan pengantin bersanding sendirian.

Kemudian sang mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita dengan iringan langkah gontai seluruh keluarga serta rasa haru para handai taulan.

Lantunan syahdu yang bersyair adzan serta kalimah kudus, dimana akad nikahnya menggunakan bacaan talkin, berwalikan liang lahat dan saksi - saksinya adalah barisan nisan yang telah tiba duluan, dengan siraman air mawar sebagai pengantar akhir kerinduan.

Dan akhirnya... tibalah masa pengantin menunggu ditinggal sendirian untuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah dalam menjalani kehidupan.

Malam pertama bersama Sang Maha KEKASIH, ditemani rayap - rayap serta cacing tanah dalam kamar yang bertilamkan tanah, dan ketika tujuh langkah telah pergi, sang malaikat pun berkunjung hendak bertanya namun tidak tahu apakah memperoleh nikmat atau mendapat siksa kubur setelahnya, tiada sekali pun kita tahu dan tak seorang pun yang tahu, tapi anehnya kebanyakan kita manusia tak pernah galau ketakutan tentang nikmat atau siksa yang akan diterima, namun sayang kita manusia enggan untuk menitikkan air mata, seolah airmata itu merupakan barang berharga yang sangat mahal.

Dan apakah Dia Sang Maha Kekasih kelak menetapkan ke syurga atau melemparkan diri ini ke neraka? hanya Dia yang berkenan, tentunya kita manusia berharap menjadi ahli syurga, tapi, tapi, sudah pantaskah sikap perilaku dan perbuatan kita selama ini untuk disebut sebagai ahli syurga?

Cintaku, mohon maaf jika malam itu aku tak bisa menemanimu, bukan berarti tak setia bukan pula aku berkhianat, tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan, tapi percayalah aku pasti kan mendo'akanmu, sebab sungguh aku sangat menyayangimu, rasa sayangku padamu lebih dari apa yang engkau duga, dalam doaku semoga engkau menjadi ahli syurga. Amien

Cintaku, jika ini adalah bacaan terakhirmu maka renungkanlah dan apabila coretan ini adalah pesan terakhir dari kekasihmu maka ambil hikmahnya, tapi jika ini adalah salahku - maafkan aku, terlebih jika aku harus mendahuluimu, mohon ikhlas dan maafkan seluruh khilafku yang pasti pernah menyakiti atau mengecewakanmu.

Dan apabila goresan jiwaku ini ada manfaatnya, salinlah kedalam kertas putih, lalu engkau simpan sebagai bahan renungan, siapa tahu suatu saat engkau ingat kepadaku ketika aku berpindah ke alam lain, hanya satu pintaku padamu tolong do'akan aku agar khusnul khotimah menghadap kehadirat-NYA.

"Robbana dholamna anfusana wa illam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin," Ya Tuhan kami telah menganiaya diri kami sendiri & jika Engkau tidak mengampuni kami niscaya kami termasuk orang-orang yg merugi." {QS. Al A'raf : 23}



________________________________
*Diadaptasi dengan perubahan seperlunya oleh Andik Priyo Kunarbowo dari "Renungan Terakhir"  yang berjudul "Apa Kabar Cintaku" oleh kang Rahmat
Oleh: Andik Priyo Kunarbowo

Pahamilah.com - Semua orang pasti mengenal kata "sabar", namun tidak semua orang mampu untuk mendapatkan dirinya, tidak seluruh manusia tahan dalam menanggung segala bebannya, bukanlah persoalan mudah ketika "sabar" itu disematkan kedalam dada, juga tidaklah gampang menjiwainya.

Sabar itu sangat kejam sebab dia tidak mentoleransi apapun yang bertentangan dengannya, ia luar biasa super otoriter karena ia tidak mau diperintah oleh siapa pun bahkan oleh manusia itu sendiri.

Dengan Tegas ia menolak kehadiran "sifat dengki", ia pasti merantai "ketergesaan" yang bernafsu, ia juga tidak menyukai kehadiran si "buruk sangka", ia akan melemparkan sang "dendam" ke jurang maut apabila berani mencoba untuk mendekat , ia bahkan mengutuk si "irihati", ia pantang mundur hingga si "galau" pun diterkam kematian, bahkan ia dengan pedangnya siap membunuh "patah hati" demi mencegah sang "putus asa" menduduki peraduan jiwa.


Sabar itu Super Otoriter Yang Sangat Kejam - ia tidak menghendaki siapa pun kecuali dirinya sendiri karena kesabaran itu adalah jalan keluar yang TIDAK memberikan jalan keluar.

Iblis dan setan gemetar tertunduk oleh karena ketakutan, sebab sang "sabar" berteriak keras bagai gemuruh ombak yang hendak memecah karang "Akulah sang sabar, aku tidak menghendaki apa pun berada disampingku, aku tidak mau bersekutu dengan siapa pun, aku tidak mengenal dengki, dendam, putus asa, galau bin resah, aku tidak mau berteman dengan si sakit hati, aku tolak semuanya.

Jangan pernah kalian mendekat, telah kuhunus pedang "kesabaran" ini untuk membunuh sifat jelek, akulah sang sabar, akulah sang makhluk yang sangat berbeda dari yang pernah diciptakan, aku tidak akan pernah tunduk kepada apa pun dan siapa pun, aku hanya mau bersujud dihadapan ridho Ilahi Rabbi.

"Wahai kalian manusia yang lagi terperangkap diruang bosan dengan kehidupan, yang putus asa lagi menangis darah, yang mati enggan namun hidup pun tak mau, yang lagi terhimpit kesusahan, yang terluka, yang dikhianati, yang disakiti dan yang tidak dipedulikan, yang dianggap sampah dan yang dipermainkan; berpegang teguhlah padaku, sebab hanya akulah satu-satunya yang mampu menyejukkan hati dan menyucikan jiwa.

"Dapatkanlah aku, niscaya Ridho Ilahi robbi akan menerangi hidup dan kehidupanmu, rengkuhlah aku dan rebahkan aku dalam hatimu niscaya Allah akan merahmatimu, ikatlah aku dalam jiwamu agar Sang Maha Cinta menurunkan keindahan ketika engkau menghadapi ujian dan cobaan"
.
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat” (QS. Al Baqarah: 45)
Sabar itu Super Otoriter Yang Sangat Kejam

Sabar itu Super Otoriter Yang Sangat Kejam

Oleh: Andik Priyo Kunarbowo

Pahamilah.com - Semua orang pasti mengenal kata "sabar", namun tidak semua orang mampu untuk mendapatkan dirinya, tidak seluruh manusia tahan dalam menanggung segala bebannya, bukanlah persoalan mudah ketika "sabar" itu disematkan kedalam dada, juga tidaklah gampang menjiwainya.

Sabar itu sangat kejam sebab dia tidak mentoleransi apapun yang bertentangan dengannya, ia luar biasa super otoriter karena ia tidak mau diperintah oleh siapa pun bahkan oleh manusia itu sendiri.

Dengan Tegas ia menolak kehadiran "sifat dengki", ia pasti merantai "ketergesaan" yang bernafsu, ia juga tidak menyukai kehadiran si "buruk sangka", ia akan melemparkan sang "dendam" ke jurang maut apabila berani mencoba untuk mendekat , ia bahkan mengutuk si "irihati", ia pantang mundur hingga si "galau" pun diterkam kematian, bahkan ia dengan pedangnya siap membunuh "patah hati" demi mencegah sang "putus asa" menduduki peraduan jiwa.


Sabar itu Super Otoriter Yang Sangat Kejam - ia tidak menghendaki siapa pun kecuali dirinya sendiri karena kesabaran itu adalah jalan keluar yang TIDAK memberikan jalan keluar.

Iblis dan setan gemetar tertunduk oleh karena ketakutan, sebab sang "sabar" berteriak keras bagai gemuruh ombak yang hendak memecah karang "Akulah sang sabar, aku tidak menghendaki apa pun berada disampingku, aku tidak mau bersekutu dengan siapa pun, aku tidak mengenal dengki, dendam, putus asa, galau bin resah, aku tidak mau berteman dengan si sakit hati, aku tolak semuanya.

Jangan pernah kalian mendekat, telah kuhunus pedang "kesabaran" ini untuk membunuh sifat jelek, akulah sang sabar, akulah sang makhluk yang sangat berbeda dari yang pernah diciptakan, aku tidak akan pernah tunduk kepada apa pun dan siapa pun, aku hanya mau bersujud dihadapan ridho Ilahi Rabbi.

"Wahai kalian manusia yang lagi terperangkap diruang bosan dengan kehidupan, yang putus asa lagi menangis darah, yang mati enggan namun hidup pun tak mau, yang lagi terhimpit kesusahan, yang terluka, yang dikhianati, yang disakiti dan yang tidak dipedulikan, yang dianggap sampah dan yang dipermainkan; berpegang teguhlah padaku, sebab hanya akulah satu-satunya yang mampu menyejukkan hati dan menyucikan jiwa.

"Dapatkanlah aku, niscaya Ridho Ilahi robbi akan menerangi hidup dan kehidupanmu, rengkuhlah aku dan rebahkan aku dalam hatimu niscaya Allah akan merahmatimu, ikatlah aku dalam jiwamu agar Sang Maha Cinta menurunkan keindahan ketika engkau menghadapi ujian dan cobaan"
.
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat” (QS. Al Baqarah: 45)