middle ad
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
 Oleh: Andik Priyo Kunarbowo

Setan tersenyum membaca judul ini bahkan ada yang tertawa ngakak, malaikat pun kelabakan, mereka berontak saling adu argumentasi mempertahankan apa yang telah diyakini sesuai dengan tugas dan kewajibannya, aku pun tersenyum, "ah buat apa dipikirin itu urusan mereka"

Setan dengan semangatnya mengajari manusia dengan bisikan lembut yang penuh tipu daya,
sedang malaikat mengangkat panji-panji kebenaran dengan sangat tinggi setinggi kebenaran itu sendiri.

Malaikat dan setan mempunyai kedudukan masing-masing, tidak ada yang unggul dan saling mengungguli, setan tidak bisa menandingi kebajikan malaikat dan malaikat pun tidak mungkin sanggup menandingi keburukan setan. yah dua dunia yang sangat berbeda, namun tidak dapat dipisahkan.

Setan suka menipu dengan jutaan rayuan kebohongannya, sedang malaikat sangat jujur hingga kejujuran yang tiada terukur dalamnya.

suatu ketika mereka berdebat, riuh sekali, setan berkata SORGA TERNYATA TIDAK ADA,
sang malaikat pun marah besar, "hai setan apa engkau tidak beriman kepada Allah?"
setan pun menjawab "oleh karena imanku dan atas ke Agungan-NYA maka aku bersaksi bahwa SORGA TERNYATA TIDAK ADA"

Malaikat pun semakin gusar "anda itu memang setan yang kerjaannya hanya merusak kebenaran"
setan pun menyela "untuk satu ini aku sama sekali tidak berbohong aku bertaruh jika aku berbohong kematianku yang ditangguhkan sekarang juga tercabut"

Malaikat pun semakin gusar "hai terlaknat sungguh engkau telah mempermainkan kebenaran"
kemudian setan pun tak kalah kerasnya dia pun berkata "tunggu sobat dengarkan penjelasanku dulu, dengarlah kebenaran ini bahwa SORGA TERNYATA TIDAK ADA bagi orang yang;

1. Murtad
2. Kafir dan Menghalangi Orang Dari Jalan Allah
3. Menyesatkan Manusia Dari Agama Allah

SEBAB MEREKA INI KEKAL DIDALAM NERAKA, jadi SORGA TIDAK BERLAKU BAGI MEREKA itulah alasannya SORGA TERNYATA TIDAK ADA bagi golongan tersebut, itu saja ya penjelasanku, daripada nanti aku di kira menyabotase kepandaianmu wahai malaikat", dan setelah itu setan pun pergi dengan santainya meninggalkan malaikat yang geleng-geleng kepala atas kelakuan sang setan...


Ponorogo 12 Januari 2010

Dan Surga Ternyata Tidak Ada

 Oleh: Andik Priyo Kunarbowo

Setan tersenyum membaca judul ini bahkan ada yang tertawa ngakak, malaikat pun kelabakan, mereka berontak saling adu argumentasi mempertahankan apa yang telah diyakini sesuai dengan tugas dan kewajibannya, aku pun tersenyum, "ah buat apa dipikirin itu urusan mereka"

Setan dengan semangatnya mengajari manusia dengan bisikan lembut yang penuh tipu daya,
sedang malaikat mengangkat panji-panji kebenaran dengan sangat tinggi setinggi kebenaran itu sendiri.

Malaikat dan setan mempunyai kedudukan masing-masing, tidak ada yang unggul dan saling mengungguli, setan tidak bisa menandingi kebajikan malaikat dan malaikat pun tidak mungkin sanggup menandingi keburukan setan. yah dua dunia yang sangat berbeda, namun tidak dapat dipisahkan.

Setan suka menipu dengan jutaan rayuan kebohongannya, sedang malaikat sangat jujur hingga kejujuran yang tiada terukur dalamnya.

suatu ketika mereka berdebat, riuh sekali, setan berkata SORGA TERNYATA TIDAK ADA,
sang malaikat pun marah besar, "hai setan apa engkau tidak beriman kepada Allah?"
setan pun menjawab "oleh karena imanku dan atas ke Agungan-NYA maka aku bersaksi bahwa SORGA TERNYATA TIDAK ADA"

Malaikat pun semakin gusar "anda itu memang setan yang kerjaannya hanya merusak kebenaran"
setan pun menyela "untuk satu ini aku sama sekali tidak berbohong aku bertaruh jika aku berbohong kematianku yang ditangguhkan sekarang juga tercabut"

Malaikat pun semakin gusar "hai terlaknat sungguh engkau telah mempermainkan kebenaran"
kemudian setan pun tak kalah kerasnya dia pun berkata "tunggu sobat dengarkan penjelasanku dulu, dengarlah kebenaran ini bahwa SORGA TERNYATA TIDAK ADA bagi orang yang;

1. Murtad
2. Kafir dan Menghalangi Orang Dari Jalan Allah
3. Menyesatkan Manusia Dari Agama Allah

SEBAB MEREKA INI KEKAL DIDALAM NERAKA, jadi SORGA TIDAK BERLAKU BAGI MEREKA itulah alasannya SORGA TERNYATA TIDAK ADA bagi golongan tersebut, itu saja ya penjelasanku, daripada nanti aku di kira menyabotase kepandaianmu wahai malaikat", dan setelah itu setan pun pergi dengan santainya meninggalkan malaikat yang geleng-geleng kepala atas kelakuan sang setan...


Ponorogo 12 Januari 2010
 Oleh: Andik Priyo Kunarbowo

Saya ingat beberapa waktu lalu ada konferensi kecil-kecilan, bukan dengan meja kotak atau bundar tapi hanya menggunakan tikar alias lesehan, kegiatan tersebut biasa dilakukan sambil ngopi ditepian bumi yang kian riuh diterpa gemuruhnya kegalauan manusia dalam hilir mudik kehidupannya,

"Mas aku pengen takdirku berubah" itu kata seorang orator yang mengacaukan "takeoff" nya kepulan asap rokok yang berontak ingin mencapai langit tujuh tingkatan, "takdir dimasa depan bagitukah maksudnya?" aku pun mengatakan demikian oleh karena otakku yang "njlimet" ini gak mau menghentikan roda pemikirannya.

"Ya jelas dong mas, apa saya akan terus begini aja?" dia menyahut dalam penuh harap-harap cemas, lalu aku pun menimpali "mas mari berpikir yang realistis aja, jangan berpikir yang tidak-tidak, mending kita berpikir yang iya-iya aja" dan dia pun  bertanya "maksud realistis itu yang gimana?"

Sembari meletakkan cangkir kopi "Star Mbak" yang rasa dan aromanya tidak kalah bahkan lebih nikmat dari "Starbucks" aku pun berkata "sudah tahukah yang akan datang itu mas akan ditakdirin jadi apa? misal gini, kira-kira seminggu lagi atau sebulan lagi atau bahkan setahun lagi kira-kira takdir mas itu akan jadi apa?" sambil mengernyitkan dahi oleh karena full nya benang-benang pikiran yang nyangkut di dahi dia menjawab "ya jelas gak tahu dong".

Sambil menghisap rokok dalam-dalam lalu menikmatinya hingga hembusan terakhir aku pun mengatakan "Jika saya di izinkan bicara "ANDAI" maka coba kita renungkan; andai kita minggu depan atau bulan depan atau mungkin tahun depan ditakdirkan menjadi bupati atau gubernur bahkan menteri atau presiden sekalipun, apakah hal itu tetap akan kita minta untuk dirubah karena tidak terima? jika kita ngotot untuk lebih baik, apakah hal itu merupakan wujud dari rasa syukur atau rakus? kemudian dia pun menimpali "itu bukan rasa syukur dan bisa dikatakan tidak syukur alias rakus"

Kemudian saya berkata lagi "Oke, hal itu jika mengetahui bahwa kedepannya kita akan menjadi lebih baik, namun sebaliknya apabila di masa depan kita malah menjadi yang lebih rendah dari itu , misal memperoleh pekerjaan tidak bergengsi sama sekali atau hanya alakadarnya atau bahkan bisa jadi gak dapat apa-apa hingga jadi (maaf) kere sekalipun, apa yang bisa kita lakukan? apakah kita menolaknya dan tidak terima lalu protes kepada Sang Penguasa Anugerah?"

Dia mencoba untuk berargumentasi "mas takdir itu kan ada takdir baik dan takdir buruk?" aku pun menjawab "baiklah, kalau begitu saya coba untuk perjelas dan "se simple" mungkin; dimasa datang kita tahu apa tidak bahwa kelak ditakdirkan untuk menjadi lebih baik atau sebaliknya? lalu dia menjawab "yang jelas kita semua tidak tahu"

Saya bertanya lagi "Jika kita tidak tahu maka yang dirubah itu takdir yang mana? kecuali dari waktu kekinian kita tahu bahwa dimasa depan bakal memperoleh sesuatu yang buruk, maka untuk menghindari hal itu lalu mencoba melobi Sang Pencipta agar nantinya terhindar dari hal tersebut, mungkin seperti itu ya? dan sayang kita bukan dukun, dan lebih sayangnya lagi bahwa dukun pun tidak tahu masa depan mereka seperti apa, sebab semua itu rahasia Allah semata, semua manusia pasti ingin lebih baik, yang penting kita disini berusaha sebaik dan semaksimal yang kita mampui, mengenai hasilnya bagaimana dan seperti apa, kita sebagai manusia tidak punya hak untuk menentukan hal itu, sebab merupakan hak prerogatif Allah SWT, maka dari itu marilah kita jaga niat, lalu mencoba senantiasa menyempurnakan ihtiar.


“Innallaha laa yughayyiru maa biqawmim hattaa yughayyiru bianfusihim..” {QS. Ar-Ra’d :11}

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri...


Ponorogo 18 Januari 2014

Membingungkan Takdir

 Oleh: Andik Priyo Kunarbowo

Saya ingat beberapa waktu lalu ada konferensi kecil-kecilan, bukan dengan meja kotak atau bundar tapi hanya menggunakan tikar alias lesehan, kegiatan tersebut biasa dilakukan sambil ngopi ditepian bumi yang kian riuh diterpa gemuruhnya kegalauan manusia dalam hilir mudik kehidupannya,

"Mas aku pengen takdirku berubah" itu kata seorang orator yang mengacaukan "takeoff" nya kepulan asap rokok yang berontak ingin mencapai langit tujuh tingkatan, "takdir dimasa depan bagitukah maksudnya?" aku pun mengatakan demikian oleh karena otakku yang "njlimet" ini gak mau menghentikan roda pemikirannya.

"Ya jelas dong mas, apa saya akan terus begini aja?" dia menyahut dalam penuh harap-harap cemas, lalu aku pun menimpali "mas mari berpikir yang realistis aja, jangan berpikir yang tidak-tidak, mending kita berpikir yang iya-iya aja" dan dia pun  bertanya "maksud realistis itu yang gimana?"

Sembari meletakkan cangkir kopi "Star Mbak" yang rasa dan aromanya tidak kalah bahkan lebih nikmat dari "Starbucks" aku pun berkata "sudah tahukah yang akan datang itu mas akan ditakdirin jadi apa? misal gini, kira-kira seminggu lagi atau sebulan lagi atau bahkan setahun lagi kira-kira takdir mas itu akan jadi apa?" sambil mengernyitkan dahi oleh karena full nya benang-benang pikiran yang nyangkut di dahi dia menjawab "ya jelas gak tahu dong".

Sambil menghisap rokok dalam-dalam lalu menikmatinya hingga hembusan terakhir aku pun mengatakan "Jika saya di izinkan bicara "ANDAI" maka coba kita renungkan; andai kita minggu depan atau bulan depan atau mungkin tahun depan ditakdirkan menjadi bupati atau gubernur bahkan menteri atau presiden sekalipun, apakah hal itu tetap akan kita minta untuk dirubah karena tidak terima? jika kita ngotot untuk lebih baik, apakah hal itu merupakan wujud dari rasa syukur atau rakus? kemudian dia pun menimpali "itu bukan rasa syukur dan bisa dikatakan tidak syukur alias rakus"

Kemudian saya berkata lagi "Oke, hal itu jika mengetahui bahwa kedepannya kita akan menjadi lebih baik, namun sebaliknya apabila di masa depan kita malah menjadi yang lebih rendah dari itu , misal memperoleh pekerjaan tidak bergengsi sama sekali atau hanya alakadarnya atau bahkan bisa jadi gak dapat apa-apa hingga jadi (maaf) kere sekalipun, apa yang bisa kita lakukan? apakah kita menolaknya dan tidak terima lalu protes kepada Sang Penguasa Anugerah?"

Dia mencoba untuk berargumentasi "mas takdir itu kan ada takdir baik dan takdir buruk?" aku pun menjawab "baiklah, kalau begitu saya coba untuk perjelas dan "se simple" mungkin; dimasa datang kita tahu apa tidak bahwa kelak ditakdirkan untuk menjadi lebih baik atau sebaliknya? lalu dia menjawab "yang jelas kita semua tidak tahu"

Saya bertanya lagi "Jika kita tidak tahu maka yang dirubah itu takdir yang mana? kecuali dari waktu kekinian kita tahu bahwa dimasa depan bakal memperoleh sesuatu yang buruk, maka untuk menghindari hal itu lalu mencoba melobi Sang Pencipta agar nantinya terhindar dari hal tersebut, mungkin seperti itu ya? dan sayang kita bukan dukun, dan lebih sayangnya lagi bahwa dukun pun tidak tahu masa depan mereka seperti apa, sebab semua itu rahasia Allah semata, semua manusia pasti ingin lebih baik, yang penting kita disini berusaha sebaik dan semaksimal yang kita mampui, mengenai hasilnya bagaimana dan seperti apa, kita sebagai manusia tidak punya hak untuk menentukan hal itu, sebab merupakan hak prerogatif Allah SWT, maka dari itu marilah kita jaga niat, lalu mencoba senantiasa menyempurnakan ihtiar.


“Innallaha laa yughayyiru maa biqawmim hattaa yughayyiru bianfusihim..” {QS. Ar-Ra’d :11}

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri...


Ponorogo 18 Januari 2014
Jatahmu...
Tidak mungkin tertukar dengan jatahku,
Jatahmu...
Mustahil pula dapat kurebut lalu kuganti jatahku,
Segala sesuatu tertakar dan diatur oleh sang Pencipta,
Jatahmu dan jatahku melingkupi segala sesuatu ketika hidup didunia.

Sesungguhnya kepastian itu bukan milik kita;
Bisa jadi menurutku dan pendapatmu itu pasti,
Namun apalah daya jika menurut jatah mu dan jatahku,
Segala sesuatunya Ternyata hanya lewat saja.

Jatahmu dan jatahku hanya titipan;
Jika bukan titipan maka gantengku dan cantikmu tidak akan lari,
meninggalkan tubuh kita yang kian termakan usia.
Inilah sebutir kisah mengenai jatahmu dan jatahku.

Jatahku Dan Jatahmu

Jatahmu...
Tidak mungkin tertukar dengan jatahku,
Jatahmu...
Mustahil pula dapat kurebut lalu kuganti jatahku,
Segala sesuatu tertakar dan diatur oleh sang Pencipta,
Jatahmu dan jatahku melingkupi segala sesuatu ketika hidup didunia.

Sesungguhnya kepastian itu bukan milik kita;
Bisa jadi menurutku dan pendapatmu itu pasti,
Namun apalah daya jika menurut jatah mu dan jatahku,
Segala sesuatunya Ternyata hanya lewat saja.

Jatahmu dan jatahku hanya titipan;
Jika bukan titipan maka gantengku dan cantikmu tidak akan lari,
meninggalkan tubuh kita yang kian termakan usia.
Inilah sebutir kisah mengenai jatahmu dan jatahku.
Dosaku lebih banyak dari dosamu,
Tapi engkau menyangkal sebaliknya,

Lalu kukatakan "aku punya rekening dosa di mata, telinga, hidung, dan mulutku juga memiliki rekening dosa sendiri, bahkan dari ujung rambut hingga ujung kaki ada JUTAAN rekening dosa yang harus kupertanggung jawabkan kelak dalam pengadilan-NYA",
Namun... engkau juga menyatakan hal yang sama.

Lalu siapakah yang paling berdosa?,
Aku atau kamu?.

Soal dosa...,
Sesungguhnya aku dan kamu hanyalah manusia,
Yang hanya mengharap ridho ampunan-NYA.

Tiadakah aku dan kamu lupa intisari dari Firman-NYA;
"Aku mengampuni SEMUA DOSA kecuali dosa karena mempersekutukan-KU dengan yang lain"
Inilah jaminan Allah kepada hamba-NYA dalam QS. An-Nisaa:48

Dosaku dan Dosamu

Dosaku lebih banyak dari dosamu,
Tapi engkau menyangkal sebaliknya,

Lalu kukatakan "aku punya rekening dosa di mata, telinga, hidung, dan mulutku juga memiliki rekening dosa sendiri, bahkan dari ujung rambut hingga ujung kaki ada JUTAAN rekening dosa yang harus kupertanggung jawabkan kelak dalam pengadilan-NYA",
Namun... engkau juga menyatakan hal yang sama.

Lalu siapakah yang paling berdosa?,
Aku atau kamu?.

Soal dosa...,
Sesungguhnya aku dan kamu hanyalah manusia,
Yang hanya mengharap ridho ampunan-NYA.

Tiadakah aku dan kamu lupa intisari dari Firman-NYA;
"Aku mengampuni SEMUA DOSA kecuali dosa karena mempersekutukan-KU dengan yang lain"
Inilah jaminan Allah kepada hamba-NYA dalam QS. An-Nisaa:48