middle ad
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan

Pahamilah.com - Amerika Serikat pernah begitu bangga mengumumkan kepada dunia, bahwa mereka akhirnya bisa membunuh teroris paling licin di dunia, yakni Osama bin Laden.

Tapi, jurnalis AS, Seymour Hersh, baru-baru ini mengklaim Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, telah membohongi masyarakat dunia, soal kronologis pembunuhan Osama.

Menurut Seymour, pasukan Amerika sebenarnya tidak berperan banyak dalam aksi penyergapan pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, pada 2 Mei 2011 silam.

Seymour, yang pernah memenangkan penghargaan tertinggi di dunia jurnalistik, yakni Pulitzer ini, menyebut, pasukan AS hanya numpang tenar, karena sebenarnya, pasukan Pakistan yang paling berperan dalam penyergapan Osama tersebut.

Menurut Seymour Hersh, yang pernah bekerja di New York Times,orang-orang Pakistan sebenarnya sudah menangkap Osama bin Laden selama bertahun-tahun.

CIA, kata Seymour, juga berbohong soal operasi penyerangan Osama.

Menurut Seymour, CIA mengetahui lokasi Osama bukan dari hasil interogasi tahanan-tahanan Al Qaeda, melainkan dari informan asal Pakistan, yang berharap kecipratan hadiah 25 juta dolar AS, untuk reward penangkapan Osama.

Yang mengejutkan, Seymour juga menuding, pejabat AS, sudah melakukan 'deal' dengan pemerintahan Pakistan, agar nanti mereka bisa mengklaim bahwa Amerika-lah yang membunuh Osama.

Dan, Seymour menyebut, sebenarnya tidak ada kontak senjata antara pasukan Navi SEALS dengan anggota Al Qaeda selama penyergapan ini.

Osama, tewas dibunuh dengan satu tembakan saja. Dan, ketika itu, Osama tidak membawa senjata.

Hingga Seymour menulis kronologi pembunuhan ini, pihak Gedung Putih belum memberikan konfirmasi. (suryamalang.tribunnews/pahamilah)

Terbongkar, Kebohongan Amerika Tentang Penyergapan Osama bin Laden!


Pahamilah.com - Amerika Serikat pernah begitu bangga mengumumkan kepada dunia, bahwa mereka akhirnya bisa membunuh teroris paling licin di dunia, yakni Osama bin Laden.

Tapi, jurnalis AS, Seymour Hersh, baru-baru ini mengklaim Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, telah membohongi masyarakat dunia, soal kronologis pembunuhan Osama.

Menurut Seymour, pasukan Amerika sebenarnya tidak berperan banyak dalam aksi penyergapan pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, pada 2 Mei 2011 silam.

Seymour, yang pernah memenangkan penghargaan tertinggi di dunia jurnalistik, yakni Pulitzer ini, menyebut, pasukan AS hanya numpang tenar, karena sebenarnya, pasukan Pakistan yang paling berperan dalam penyergapan Osama tersebut.

Menurut Seymour Hersh, yang pernah bekerja di New York Times,orang-orang Pakistan sebenarnya sudah menangkap Osama bin Laden selama bertahun-tahun.

CIA, kata Seymour, juga berbohong soal operasi penyerangan Osama.

Menurut Seymour, CIA mengetahui lokasi Osama bukan dari hasil interogasi tahanan-tahanan Al Qaeda, melainkan dari informan asal Pakistan, yang berharap kecipratan hadiah 25 juta dolar AS, untuk reward penangkapan Osama.

Yang mengejutkan, Seymour juga menuding, pejabat AS, sudah melakukan 'deal' dengan pemerintahan Pakistan, agar nanti mereka bisa mengklaim bahwa Amerika-lah yang membunuh Osama.

Dan, Seymour menyebut, sebenarnya tidak ada kontak senjata antara pasukan Navi SEALS dengan anggota Al Qaeda selama penyergapan ini.

Osama, tewas dibunuh dengan satu tembakan saja. Dan, ketika itu, Osama tidak membawa senjata.

Hingga Seymour menulis kronologi pembunuhan ini, pihak Gedung Putih belum memberikan konfirmasi. (suryamalang.tribunnews/pahamilah)
Mahasiswi Marshall University ketika ditantang mengenakan hijab. 

Pahamilah.com - Mahasiswi Muslim di Marshal University mengajak rekan mereka yang non-Muslim untuk mengenakan hijab. Ajakan ini merupakan bagian dari kampanye tentang hijab dan Islam.

Suzann Al-Qawasmi, alumni Marshall University mengatakan kampanye ini diharapkan menciptakan pemahaman yang benar tentang hijab dan Islam. "Kami sederhana saja, bawa meja lalu letakan hijab diatasnya. Kami ajak mahasiswi untuk mencoba dan merasakan pengalaman mengenakan hijab. Kami ingin melihat seperti apa reaksi mereka," kata dia seperti dilansir onislam.net, Kamis (18/9).

Antusiaspun muncul. "Ada mahasiswi akhir mencoba. Lalu menyusul teman-temannya," kata dia.

CJ Payne, salah seorang mahasiswi yang coba mengenakan hijab mengaku ada perspektif mulia ketika hijab melekat pada kepala seorang Muslimah. "Setiap pria akan melihat Muslimah bukan karena tampilan fisiknya tetapi hatinya. Ini adalah bentuk kesopanan yang luar biasa," kata dia.

Tak hanya mahasiswa, para staf kampus juga mencoba mengenakan hijab. "Ini pengalaman menarik bagi saya," kata Allyson Jasper.

"Saya menyadari kecantikan itu bersinar dan menjadi diri sendiri. Tidak peduli apa yang Anda kenakan," ucap dia.

Di Amerika, Muslimah berhijab acapkali menjadi korban serangan islamofobia. Sejumlah penelitian menyebutkan hijab dianggap simbol agama. (republika/pahamilah)

Saat Ditantang Kenakan Hijab, ini Reaksi Mahasiswi AS

Mahasiswi Marshall University ketika ditantang mengenakan hijab. 

Pahamilah.com - Mahasiswi Muslim di Marshal University mengajak rekan mereka yang non-Muslim untuk mengenakan hijab. Ajakan ini merupakan bagian dari kampanye tentang hijab dan Islam.

Suzann Al-Qawasmi, alumni Marshall University mengatakan kampanye ini diharapkan menciptakan pemahaman yang benar tentang hijab dan Islam. "Kami sederhana saja, bawa meja lalu letakan hijab diatasnya. Kami ajak mahasiswi untuk mencoba dan merasakan pengalaman mengenakan hijab. Kami ingin melihat seperti apa reaksi mereka," kata dia seperti dilansir onislam.net, Kamis (18/9).

Antusiaspun muncul. "Ada mahasiswi akhir mencoba. Lalu menyusul teman-temannya," kata dia.

CJ Payne, salah seorang mahasiswi yang coba mengenakan hijab mengaku ada perspektif mulia ketika hijab melekat pada kepala seorang Muslimah. "Setiap pria akan melihat Muslimah bukan karena tampilan fisiknya tetapi hatinya. Ini adalah bentuk kesopanan yang luar biasa," kata dia.

Tak hanya mahasiswa, para staf kampus juga mencoba mengenakan hijab. "Ini pengalaman menarik bagi saya," kata Allyson Jasper.

"Saya menyadari kecantikan itu bersinar dan menjadi diri sendiri. Tidak peduli apa yang Anda kenakan," ucap dia.

Di Amerika, Muslimah berhijab acapkali menjadi korban serangan islamofobia. Sejumlah penelitian menyebutkan hijab dianggap simbol agama. (republika/pahamilah)

Brant Rosen, rabbi Amerika

Pahamilah.com - Rosen, yang juga seorang jurnalis, penulis dan blogger, mengundurkan diri pada hari Selasa (2/9/14) sebagai kepala Jemaat Yahudi Rekonstruksionis dari Evanston, Illinois, setelah 17 tahun pelayanan.

Rabi berhenti karena apa yang dia sebut ketegangan lama atas solidaritas dengan Palestina dalam konflik mereka dengan Israel, meskipun dia mengatakan dewan sinagoga tidak memaksanya untuk mundur.

"Ada anggota jemaat yang sangat sedih dengan apa yang saya katakan dan lakukan," katanya. "Masalah ini sangat menjengkelkan, sangat pribadi. Sangat sulit bagi mereka. Itu telah mempengaruhi lingkungan dalam jemaat, dan telah mempengaruhi saya juga."

Namun, dia menekankan bahwa aktivitasnya akan terus berlanjut. "Ini adalah bagian yang sangat besar dari siapa saya, dan telah berjalan sangat lama," kata Rosen.

Tapi pengunduran dirinya tidak mengejutkan bagi mereka yang di masyarakat, karena dia telah bertindak pro-Palestina dengan semakin vokal selama beberapa tahun terakhir. Rosen telah lama berbicara menentang agresi Israel, dan blog-nya, rabbibrant.com, berisi banyak tulisan yang kritis terhadap kebijakan Israel, terutama tentang pertempuran di Gaza baru-baru ini.

Rabi 51 tahun ikut berbaris- dalam demonstrasi solidaritas pro Palestina di Chicago pada puncak perang di Gaza. Dia juga co-pendiri dewan rabbi Jewish Voice for Peace, salah satu dari 10 organisasi anti-Israel di AS.

Israel mulai menggempur Jalur Gaza pada awal Juli, menimbulkan kerugian besar di wilayah Palestina. Setidaknya 2.140 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, termasuk wanita, anak-anak dan orang tua, tewas dalam serangan Israel. Sekitar 11.000 lainnya luka-luka.. (islamtimes/pahamilah)

Rabbi AS Diberhentikan Karena Mengkritik Kebijakan Israel

Brant Rosen, rabbi Amerika

Pahamilah.com - Rosen, yang juga seorang jurnalis, penulis dan blogger, mengundurkan diri pada hari Selasa (2/9/14) sebagai kepala Jemaat Yahudi Rekonstruksionis dari Evanston, Illinois, setelah 17 tahun pelayanan.

Rabi berhenti karena apa yang dia sebut ketegangan lama atas solidaritas dengan Palestina dalam konflik mereka dengan Israel, meskipun dia mengatakan dewan sinagoga tidak memaksanya untuk mundur.

"Ada anggota jemaat yang sangat sedih dengan apa yang saya katakan dan lakukan," katanya. "Masalah ini sangat menjengkelkan, sangat pribadi. Sangat sulit bagi mereka. Itu telah mempengaruhi lingkungan dalam jemaat, dan telah mempengaruhi saya juga."

Namun, dia menekankan bahwa aktivitasnya akan terus berlanjut. "Ini adalah bagian yang sangat besar dari siapa saya, dan telah berjalan sangat lama," kata Rosen.

Tapi pengunduran dirinya tidak mengejutkan bagi mereka yang di masyarakat, karena dia telah bertindak pro-Palestina dengan semakin vokal selama beberapa tahun terakhir. Rosen telah lama berbicara menentang agresi Israel, dan blog-nya, rabbibrant.com, berisi banyak tulisan yang kritis terhadap kebijakan Israel, terutama tentang pertempuran di Gaza baru-baru ini.

Rabi 51 tahun ikut berbaris- dalam demonstrasi solidaritas pro Palestina di Chicago pada puncak perang di Gaza. Dia juga co-pendiri dewan rabbi Jewish Voice for Peace, salah satu dari 10 organisasi anti-Israel di AS.

Israel mulai menggempur Jalur Gaza pada awal Juli, menimbulkan kerugian besar di wilayah Palestina. Setidaknya 2.140 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, termasuk wanita, anak-anak dan orang tua, tewas dalam serangan Israel. Sekitar 11.000 lainnya luka-luka.. (islamtimes/pahamilah)

Pentagon

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama telah menghentikan pengiriman rudal ke Israel dan pertikaian diplomatik besar baru telah muncul, dimana beberapa pejabat menyebutnya "perpecahan sangat serius" yang muncul malam ini, setelah Wall Street Journal mengungkapkan dimana Israel mengambil senjata AS untuk digunakan di Gaza tanpa izin Gedung Putih.

Menurut pejabat AS, kementerian perang Israel mengambil langsung senjata dari stockpile Pentagon tanpa meminta izin baik dari Gedung Putih ataupun Departemen Luar Negeri AS, AntiWar menulis dalam sebuah artikel.

Hal ini dilakukan meskipun senjata telah datang bersamaan dengan pembicaraan langsung AS-Israel tentang dana AS $ 225 juta yang lain untuk sistem Iron Dome mereka.

"Kami terpukul," kata salah satu diplomatik AS, sementara yang lain mengatakan mereka sangat prihatin bahwa Israel mengambil artileri bukan senjata presisi-dipandu untuk digunakan selama pemboman mereka di daerah sipil Gaza.

Itu sangat menyakitkan bahwa Israel mengambil senjata tanpa meminta izin Gedung Putih, karena miliaran dolar bantuan tahunan AS pada dasarnya telah mendukung pembiayaan seluruh Perang Gaza, dan telah hangus melalui semua senjata dan amunisi mereka yang disediakan AS, mereka hanya pergi ke gudang Pentagon dan mengambil lagi.

Pejabat Pentagon berusaha untuk mengecilkan insiden itu, mengatakan bahwa Israel tidak membutuhkan izin dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri untuk mengambil senjata.

Apakah iya atau tidak, itu sepenuhnya tidak jelas, namun hal ini jelas menjengkelkan pemerintah.

Selain menghentikan pengiriman, Departemen Luar Negeri mengumumkan "review" baru dari semua pengiriman senjata ke rezim Israel, meskipun mereka bersikeras bahwa waktu ini hanya kebetulan, dan itu hanya karena kekhawatiran tentang invasi Gaza. (islamtimes/pahamilah)

Pejabat AS ‘Terpukul' ketika Israel 'Mengambil' Senjata Pentagon

Pentagon

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama telah menghentikan pengiriman rudal ke Israel dan pertikaian diplomatik besar baru telah muncul, dimana beberapa pejabat menyebutnya "perpecahan sangat serius" yang muncul malam ini, setelah Wall Street Journal mengungkapkan dimana Israel mengambil senjata AS untuk digunakan di Gaza tanpa izin Gedung Putih.

Menurut pejabat AS, kementerian perang Israel mengambil langsung senjata dari stockpile Pentagon tanpa meminta izin baik dari Gedung Putih ataupun Departemen Luar Negeri AS, AntiWar menulis dalam sebuah artikel.

Hal ini dilakukan meskipun senjata telah datang bersamaan dengan pembicaraan langsung AS-Israel tentang dana AS $ 225 juta yang lain untuk sistem Iron Dome mereka.

"Kami terpukul," kata salah satu diplomatik AS, sementara yang lain mengatakan mereka sangat prihatin bahwa Israel mengambil artileri bukan senjata presisi-dipandu untuk digunakan selama pemboman mereka di daerah sipil Gaza.

Itu sangat menyakitkan bahwa Israel mengambil senjata tanpa meminta izin Gedung Putih, karena miliaran dolar bantuan tahunan AS pada dasarnya telah mendukung pembiayaan seluruh Perang Gaza, dan telah hangus melalui semua senjata dan amunisi mereka yang disediakan AS, mereka hanya pergi ke gudang Pentagon dan mengambil lagi.

Pejabat Pentagon berusaha untuk mengecilkan insiden itu, mengatakan bahwa Israel tidak membutuhkan izin dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri untuk mengambil senjata.

Apakah iya atau tidak, itu sepenuhnya tidak jelas, namun hal ini jelas menjengkelkan pemerintah.

Selain menghentikan pengiriman, Departemen Luar Negeri mengumumkan "review" baru dari semua pengiriman senjata ke rezim Israel, meskipun mereka bersikeras bahwa waktu ini hanya kebetulan, dan itu hanya karena kekhawatiran tentang invasi Gaza. (islamtimes/pahamilah)

Takfiri ISIS

Pahamilah.com - Presiden AS Barack Obama mengumumkan bahwa dirinya mengotorisasi serangan udara AS di Irak. Ia menggambarkan intervensi itu sebagai "upaya kemanusiaan untuk membantu menyelamatkan ribuan warga sipil Irak yang terjebak di gunung" dan sebagai upaya "melindungi personil Amerika kami."

Satu kata yang tidak disebutkannya adalah "minyak," namun itu berada dekat pusat motif Amerika untuk melakukan intervensi.

AS sedang melakukan bantuan lewat udara untuk membantu kaum Yazidi yang melarikan diri dari seranga kawanan teroris Negara Islam. Anehnya, AS justru melancarkan serangan udara di sekitar Erbil, yang letaknya di sebelah barat. Memang ada personil konsuler AS di Erbil, namun mereka dapat segera dievakuasi jika diperlukan.

Apa yang tidak diucapkan Obama adalah bahwa Erbil, sebuah kota dengan 1,5 juta penduduk, adalah ibukota pemerintah daerah Kurdi dan pusat administrasi industri minyak, yang menyumbang sekitar seperempat minyak Irak. Kurdi mengklaim bahwa jika menjadi negara merdeka, mereka akan memiliki cadangan minyak terbesar kesembilan di dunia. Sumur-sumur minyak itu berada di dekat Erbil.

Jika Negara Islam mengambil alih Erbil, mereka akan membahayakan produksi minyak Irak dan, lebih luas lagi, akses global terhadap minyak. Harga [minyak] akan melonjak saat Eropa, yang membeli minyak dari Irak, masih belum lolos dari resesi global.

Harga minyak telah meningkat sebagai tanggapan atas ancaman Negara Islam pada Erbil, dan pada hari Kamis (7/8), perusahaan minyak AS, Chevron dan Exxon Mobile, mulai mengevakuasi personilnya dari Kurdistan. Namun para pedagang minyak memprediksi bahwa intervensi AS dapat menghentikan lonjakan [harga] itu.

Dalam menggambarkan intervensi Amerika di Irak sebagai upaya murni kemanusiaan, Obama mengikuti naskah yang dibacanya dari Libya, saat ia membenarkan intervensi AS sebagai upaya mencegah pembantaian di Benghazi.  (islamtimes/pahamilah)


Serangan Udara AS Terhadap ISIS untuk Lindungi Minyak

Takfiri ISIS

Pahamilah.com - Presiden AS Barack Obama mengumumkan bahwa dirinya mengotorisasi serangan udara AS di Irak. Ia menggambarkan intervensi itu sebagai "upaya kemanusiaan untuk membantu menyelamatkan ribuan warga sipil Irak yang terjebak di gunung" dan sebagai upaya "melindungi personil Amerika kami."

Satu kata yang tidak disebutkannya adalah "minyak," namun itu berada dekat pusat motif Amerika untuk melakukan intervensi.

AS sedang melakukan bantuan lewat udara untuk membantu kaum Yazidi yang melarikan diri dari seranga kawanan teroris Negara Islam. Anehnya, AS justru melancarkan serangan udara di sekitar Erbil, yang letaknya di sebelah barat. Memang ada personil konsuler AS di Erbil, namun mereka dapat segera dievakuasi jika diperlukan.

Apa yang tidak diucapkan Obama adalah bahwa Erbil, sebuah kota dengan 1,5 juta penduduk, adalah ibukota pemerintah daerah Kurdi dan pusat administrasi industri minyak, yang menyumbang sekitar seperempat minyak Irak. Kurdi mengklaim bahwa jika menjadi negara merdeka, mereka akan memiliki cadangan minyak terbesar kesembilan di dunia. Sumur-sumur minyak itu berada di dekat Erbil.

Jika Negara Islam mengambil alih Erbil, mereka akan membahayakan produksi minyak Irak dan, lebih luas lagi, akses global terhadap minyak. Harga [minyak] akan melonjak saat Eropa, yang membeli minyak dari Irak, masih belum lolos dari resesi global.

Harga minyak telah meningkat sebagai tanggapan atas ancaman Negara Islam pada Erbil, dan pada hari Kamis (7/8), perusahaan minyak AS, Chevron dan Exxon Mobile, mulai mengevakuasi personilnya dari Kurdistan. Namun para pedagang minyak memprediksi bahwa intervensi AS dapat menghentikan lonjakan [harga] itu.

Dalam menggambarkan intervensi Amerika di Irak sebagai upaya murni kemanusiaan, Obama mengikuti naskah yang dibacanya dari Libya, saat ia membenarkan intervensi AS sebagai upaya mencegah pembantaian di Benghazi.  (islamtimes/pahamilah)


Barack Obama - Presiden Obama

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama "panik" akan kebangkitan teroris ISIS di Irak, "rakasa" yang awalnya tercipta dengan bantuan AS, seorang jurnalis investigasi Amerika mengatakan.

Presiden AS Barack Obama pada Kamis (7/8/14) mengizinkan serangan udara untuk menargetkan teroris Takfiri ISIS (IS) di Irak untuk melindungi personil Amerika di sana dan  membantu para pengungsi Irak terlantar dan terkepung teroris di Gunung Sinjar, utara Irak.

ISIS yang juga menguasai beberapa wilayah Suriah, mengirim pejuangnya ke negara tetangga Irak pada bulan Juni lalu dan menguasai wilayah besar yang meliputi perbatasan antara kedua negara.

Para teroris ini meneror seluruh masyarakat Irak, termasuk Syiah, Sunni, Kurdi, Kristen, Yazidi dan lainnya.

Sebelumnya, AS menyediakan senjata dan melatih ISIS dan kelompok teroris lainnya di Suriah untuk melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Mereka dilatih CIA di Yordania pada tahun 2012.

"AS dan presiden jelas panik karena sangat menyadari jenis peralatan dan pelatihan yang diberikan pada pasukan ISIS ini di Yordania," kata Wayne Madsen pada Press TV hari Sabtu (9/8).

"Obama harus mengambil tindakan karena dia yang menciptakan 'raksasa Frankenstein' dengan pelatihan fundamentalis radikal Takfiri ini," katanya. "Sekarang, mereka tidak hanya mengancam Baghdad, tapi juga Beirut karena mereka juga ada di Libanon."

Madsen mengatakan, satu-satunya cara menghentikan ISIS adalah "memotong dukungan keuangan mereka" melalui "tindakan eksekutif" melawan Arab Saudi, penyandang dana utama kelompok teroris di wilayah tersebut.

Beberapa analis mengatakan, munculnya ISIS mengingatkan dukungan AS untuk kelompok Mujahidin melawan Uni Soviet pada 1980-an yang melahirkan kelompok-kelompok ekstremis seperti al-Qaeda dan Taliban. (islamtimes/pahamilah)

ISIS Bangkit, Obama 'Panik'

Barack Obama - Presiden Obama

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama "panik" akan kebangkitan teroris ISIS di Irak, "rakasa" yang awalnya tercipta dengan bantuan AS, seorang jurnalis investigasi Amerika mengatakan.

Presiden AS Barack Obama pada Kamis (7/8/14) mengizinkan serangan udara untuk menargetkan teroris Takfiri ISIS (IS) di Irak untuk melindungi personil Amerika di sana dan  membantu para pengungsi Irak terlantar dan terkepung teroris di Gunung Sinjar, utara Irak.

ISIS yang juga menguasai beberapa wilayah Suriah, mengirim pejuangnya ke negara tetangga Irak pada bulan Juni lalu dan menguasai wilayah besar yang meliputi perbatasan antara kedua negara.

Para teroris ini meneror seluruh masyarakat Irak, termasuk Syiah, Sunni, Kurdi, Kristen, Yazidi dan lainnya.

Sebelumnya, AS menyediakan senjata dan melatih ISIS dan kelompok teroris lainnya di Suriah untuk melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Mereka dilatih CIA di Yordania pada tahun 2012.

"AS dan presiden jelas panik karena sangat menyadari jenis peralatan dan pelatihan yang diberikan pada pasukan ISIS ini di Yordania," kata Wayne Madsen pada Press TV hari Sabtu (9/8).

"Obama harus mengambil tindakan karena dia yang menciptakan 'raksasa Frankenstein' dengan pelatihan fundamentalis radikal Takfiri ini," katanya. "Sekarang, mereka tidak hanya mengancam Baghdad, tapi juga Beirut karena mereka juga ada di Libanon."

Madsen mengatakan, satu-satunya cara menghentikan ISIS adalah "memotong dukungan keuangan mereka" melalui "tindakan eksekutif" melawan Arab Saudi, penyandang dana utama kelompok teroris di wilayah tersebut.

Beberapa analis mengatakan, munculnya ISIS mengingatkan dukungan AS untuk kelompok Mujahidin melawan Uni Soviet pada 1980-an yang melahirkan kelompok-kelompok ekstremis seperti al-Qaeda dan Taliban. (islamtimes/pahamilah)

Amerika adalah Zionis

Pahamilah.com - Mantan anggota AIPAC, Richard Forer mengatakan Israel tidak akan mampu melanjutkan kekejaman terhadap warga Palestina di Gaza jika tidak mendapat dukungan AS.

"Sudah cukup lama Amerika memberi Israel izin. Misalnya, sejak perang 1967 ketika Israel mengambil alih Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan," kata Forer pada Press TV hari Minggu (3/8/14).

"Jika Anda perhatikan, selama bertahun-tahun Amerika membiarkan Israel menghindari perundingan perdamaian yang benar-benar serius," tambahnya.

AS memberi senjata dan amunisi yang Israel butuhkan untuk melawan Palestina dalam tahun-tahun terakhir. "Amerika memberi Israel begitu banyak senjata yang membuka jalan bagi Israel untuk melanjutkan serangan-serangannya," katanya.

Forer melanjutkan, "Di babak terbaru ini, beberapa hari lalu Israel memberitahu Amerika bahwa mereka kehabisan amunisi dan kemudian Amerika mengizinkan mereka mengakses gudang besar amunisi Amerika di Israel."

Forer juga mengatakan, AS sudah menghabiskan banyak uang dalam membantu Israel menjaga kekuatan militernya. "Amerika Serikat menghabiskan lebih dari setengah jumlah uangnya bagi Israel untuk mempertahankan militernya," katanya.

"Saya tidak berpikir bahwa Israel akan mampu mempertahankan pendudukannya tanpa Amerika dan melanjutkan-perlakuan buruk atas rakyat Palestina..." katanya.

Lebih dari 1.850 warga Palestina telah tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta 9.300 lainnya terluka dalam agresi Israel di Jalur Gaza. (islamtimes/pahamilah)


Richard Forer Mantan AIPAC: Israel Akan Gagal Tanpa Dukungan AS

Amerika adalah Zionis

Pahamilah.com - Mantan anggota AIPAC, Richard Forer mengatakan Israel tidak akan mampu melanjutkan kekejaman terhadap warga Palestina di Gaza jika tidak mendapat dukungan AS.

"Sudah cukup lama Amerika memberi Israel izin. Misalnya, sejak perang 1967 ketika Israel mengambil alih Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan," kata Forer pada Press TV hari Minggu (3/8/14).

"Jika Anda perhatikan, selama bertahun-tahun Amerika membiarkan Israel menghindari perundingan perdamaian yang benar-benar serius," tambahnya.

AS memberi senjata dan amunisi yang Israel butuhkan untuk melawan Palestina dalam tahun-tahun terakhir. "Amerika memberi Israel begitu banyak senjata yang membuka jalan bagi Israel untuk melanjutkan serangan-serangannya," katanya.

Forer melanjutkan, "Di babak terbaru ini, beberapa hari lalu Israel memberitahu Amerika bahwa mereka kehabisan amunisi dan kemudian Amerika mengizinkan mereka mengakses gudang besar amunisi Amerika di Israel."

Forer juga mengatakan, AS sudah menghabiskan banyak uang dalam membantu Israel menjaga kekuatan militernya. "Amerika Serikat menghabiskan lebih dari setengah jumlah uangnya bagi Israel untuk mempertahankan militernya," katanya.

"Saya tidak berpikir bahwa Israel akan mampu mempertahankan pendudukannya tanpa Amerika dan melanjutkan-perlakuan buruk atas rakyat Palestina..." katanya.

Lebih dari 1.850 warga Palestina telah tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta 9.300 lainnya terluka dalam agresi Israel di Jalur Gaza. (islamtimes/pahamilah)


 Dirk Adriaensens analis asal Belgia

Pahamilah.com - Amerika Serikat, negara yang selalu sok menjadi hansip dunia, menciptakan perang abadi di dunia demi memulihkan perekonomian dan kekuasaannya, ungkap seorang analis politik seperti dilansir Press TV.

Dirk Adriaensens asal Belgia mengatakan, "Amerika berusaha menghancurkan semua hubungan antara warga, antara negara, antara bangsa. Mereka seolah membutuhkan perang abadi. Dan tentu saja, semua itu sudah tertulis dalam Proyek Abad Baru Amerika pada tahun 1997, [yang ingin] membangun kembali kekuatan Amerika."

"Sepanjang sejarahnya, Amerika selalu melatih, mempersenjatai, dan mendukung pasukan berani mati. Mereka melatih kekuatan mematikan di Vietnam, Amerika Tengah. Di Afghanistan mereka menciptakan al-Qaeda. Dan kita lihat di Irak, kita lihat di Suriah, kita lihat di Libya. Dan sekarang mereka akan melatih pasukan juga di Ukraina," sesalnya.

Sebelum ini, Amerika mengumumkan akan segera mengirim pasukan ke Ukraina demi 'melatih' pasukan militer Ukraina. Gedung Putih malah sudah meminta Kongres menyediakan dana 19 juta dolar untuk pelatihan tersebut.

Adriaensens berpendapat, Amerika memang selalu membutuhkan perang karena ekonomi Amerika adalah ekonomi perang.

"Saya berasumsi mereka sangat membutuhkan perang untuk bisa pulih dari krisis mereka. Ekonomi Amerika sudah menjadi ekonomi perang dan mereka harus memproduksi senjata. Dan senjata-senjata ini akan membunuh orang dan menghancurkan seluruh negara dalam waktu dekat. Dan mereka sedang sibuk melakukannya," tegasnya.

Analis dari Brussel Tribunal itu juga menyebut Amerika sebagai negara nakal yang sibuk menghancurkan dunia. Jika masyarakat internasional tidak segera sadar, Amerika akan terus melanjutkan aksinya sampai perang dunia ketiga tercipta, catatnya (islamtimes/pahamilah)


Analis asal Belgia: Amerika Butuh Perang Abadi Demi Ekonomi

 Dirk Adriaensens analis asal Belgia

Pahamilah.com - Amerika Serikat, negara yang selalu sok menjadi hansip dunia, menciptakan perang abadi di dunia demi memulihkan perekonomian dan kekuasaannya, ungkap seorang analis politik seperti dilansir Press TV.

Dirk Adriaensens asal Belgia mengatakan, "Amerika berusaha menghancurkan semua hubungan antara warga, antara negara, antara bangsa. Mereka seolah membutuhkan perang abadi. Dan tentu saja, semua itu sudah tertulis dalam Proyek Abad Baru Amerika pada tahun 1997, [yang ingin] membangun kembali kekuatan Amerika."

"Sepanjang sejarahnya, Amerika selalu melatih, mempersenjatai, dan mendukung pasukan berani mati. Mereka melatih kekuatan mematikan di Vietnam, Amerika Tengah. Di Afghanistan mereka menciptakan al-Qaeda. Dan kita lihat di Irak, kita lihat di Suriah, kita lihat di Libya. Dan sekarang mereka akan melatih pasukan juga di Ukraina," sesalnya.

Sebelum ini, Amerika mengumumkan akan segera mengirim pasukan ke Ukraina demi 'melatih' pasukan militer Ukraina. Gedung Putih malah sudah meminta Kongres menyediakan dana 19 juta dolar untuk pelatihan tersebut.

Adriaensens berpendapat, Amerika memang selalu membutuhkan perang karena ekonomi Amerika adalah ekonomi perang.

"Saya berasumsi mereka sangat membutuhkan perang untuk bisa pulih dari krisis mereka. Ekonomi Amerika sudah menjadi ekonomi perang dan mereka harus memproduksi senjata. Dan senjata-senjata ini akan membunuh orang dan menghancurkan seluruh negara dalam waktu dekat. Dan mereka sedang sibuk melakukannya," tegasnya.

Analis dari Brussel Tribunal itu juga menyebut Amerika sebagai negara nakal yang sibuk menghancurkan dunia. Jika masyarakat internasional tidak segera sadar, Amerika akan terus melanjutkan aksinya sampai perang dunia ketiga tercipta, catatnya (islamtimes/pahamilah)