middle ad
Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan
 Ilustrasi suami istri

Pahamilah.com - Setiap orang memiliki rahasia hati, baik pria maupun wanita, baik tua mapun muda terlebih suami dan istri, hasil coaching counseling saya selama kurang lebih 10 tahun untuk pasangan suami istri menemukan fakta dan sebenarnya ini sudah dinyatakan banyak riset, artinya temuan saya cocok dengan banyak temuan para peneliti lainnya bahwa masalah utama suami istri adalah keterbukaan, komunikasi yang lemah. Keinginan dan harapan suami yang tak terbaca oleh istri atau sebaliknya adalah pemicu utama pertengkaran dan berakhir dengan perceraian.

Selain keterbukaan dan komunikasi, unsur lain yang penting adalah saling percaya dan saling menjaga kepercayaan. Saya pastikan Anda tidak akan pernah bahagia dalam menjalani hidup tatkala Anda tidak mempercayai penuh pasangan Anda dan tidak menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pasangan Anda.

Pasangan itu baru terasa aneh setelah Anda menikah, banyak ketidakmengertian Anda padanya, banyak yang Anda akhirnya ter-oh..oh…atau bahkan bingung sebenarnya maunya apa sich? Maka langkah pertama adalah open mind dan mari bicara seperti iklan salah satu teh di Indonesia.

Ada seorang istri yang curhat tentang suaminya yang dingin, kadang menyahut seperlunya, tak banyak bicara, asik dengan dirinya sendiri, misalnya ketika ditanya “Papa, nanti jemput mama ya di Masjid A setelah pengajian? Jawabnya paling “Iya”, Rasanya kesel sekali terkesan tidak ikhlas buat menjawab dan apalagi menjemput kata sang istri, lalu ketika sampai waktunya sang istri SMS lagi “Papa..nanti pulang jemput mama, kita ke H****art ya?” Sang suami hanya menjawab “Iya”, dan ketika sampai di H****art sang istri berkata, “Papa, kita beli sarden ya, sudah lama kita tidak sahur bareng untuk puasa sunnah” eh sang suami dengan tetap dingin menjawab “Boleh….”, Gondok rasanya, pengen nangis malu, pengen mukul ga boleh, pengen diem-dieman nggak bisa, pasrah. Penulis lalu menanyakan ini kepada sang istri tersebut “Pernah ibu sampaikan soal ini langsung kepada suami kalau ibu tidak suka” jawaban dari sang istri adalah “Nggak pernah, takut suami saya tersinggung”, Jawaban saya adalah “Selamat menderita aja deh…hahahaha”, Intinya sampaikan saja dan mari bicara.

Sebenarnya banyak suami memendam rasa dihatinya, maka banyak rahasia dihatinya, ini yang banyak tidak diketahui oleh banyak istri di dunia ini. Hasil Coaching Counseling Saya pada kebanyakan suami ditemukan fakta setidaknya ada 6 perkara yang mereka rahasiakan dan sulit untuk diungkapkan, ini HARUS diketahui para istri:
  1. Terkadang Suami Ingin Istrinya Menjadi Pemimpin Dan Mengambil Keputusan Sendiri
“Arrijalu qawwamuna ‘alan nisa” Sesungguhnya laki-laki itu pemimpin bagi wanita, ini firman Allah Taala, begitu tertanam di benak pria dan wanita “shalih”, sehingga bagi suami yang fanatik bahwa keputusan selalu di tangannya, sedangkan istri yang fanatik tertanam di batinnya, wajib suami yang memutuskan ini dan itu.

Sesungguhnya, ada hal yang tidak terungkap secara nyata dalam diri banyak pria (suami), diungkapkan tidak tetapi nyatanya sikap dan perilaku menunjukan hal berbeda, jika Anda menemukan suami Anda hanya menjawab pendek tentang hal yang harus diputuskan itu tandanya dia menyerahkan kepada Anda untuk memutuskannya dan percayalah suami Anda tidak menyesali keputusan Anda apapun yang terjadi, tetapi dalam hal mengambil keputusan dan ketika Anda memberikan sebuah proposal kemudian suami Anda banyak memberikan komentar itu pertanda dia ingin memutuskan itu, jangan Anda memutuskannya.

Misalnya Anda mengusulkan “Pak…kita nanti bulan madu ke-10 jalan-jalan ke Malaysia ya..”, Suami Anda hanya menjawab “Iya” atau “Boleh” itu pertanda dia sudah menyerahkan pemimpinnya ada pada Anda, tetapi jika komentarnya panjang lebar itu pertanda biarkan dia memutuskan sendiri walaupun nanti tetap meminta pendapat Anda, maka dia tetap pemutus dari proposal Anda.
  1. Suami Ingin Istrinya Tahu Jika Dia Sangat Mencintai Anda
Banyak pria tidak suka “lebay” dalam mengungkapkan rasa, tetapi berbeda dengan Saya yang selalu menyampaikan saja apa yang ingin saya sampaikan pada istri saya, tetapi kebanyakan pria tidak suka hal-hal romantis, so sweet dengan kata-kata, tetapi ketika dia membelai rambut Anda, mengusap kerudung Anda atau memegang dagu Anda dengan gemes, menggenggam jemari Anda ketika jalan-jalan, membetulkan kerudung Anda yang berantakan atau tiba-tiba membawa oleh-oleh yang Anda tidak sangka, begitulah cara kebanyakan lelaki mengungkapkan cinta, Maka Anda sebagai istri harus langsung merespon dengan mengatakan “Ayah…I Love You So much” maka setidaknya suami Anda sudah memahami bahwa Anda pun mencintainya.
  1. Suami Ingin Istrinya Mandiri
Point ke-3 ini bagi Penulis bukan lagi barang baru, karena istri saya super mandiri, tidak pernah sepanjang 10 tahun pernikahan penulis bekerja di kantor dari jam 7.30 sampai 16.30 diganggu dengan telp hanya buat mengabari “Anak sakit, rumah bocor, gas habis dll”, tidak pernah sama sekali, jikapun anak saya masuk rumah sakit misalnya, saya baru tahu tepat jam 16.30 WIB pulang kerja dengan bunyi SMS “Ayah, Fathi masuk rumah sakit Islam, kamar Aisyah, ayah langsung ke sini saja jangan langsung ke rumah”, untuk kemandirian ini sudah saya tulis bersama istri saya dalam buku “Extraordinary Wife”, artinya harapan penulis sebagai suami di poin ini sudah tercapai.

Kebanyakan suami yang tidak dipahami banyak istri adalah suami Anda ingin Anda mandiri tanpa mengganggunya, Ketika Anda mampu mengatur kapan bekerja, kapan menyuci pakaian keluarga, kapan masak, kapan mendampingi anak-anak mengerjakan PR, kapan berdakwah diluar rumah, kapan bersosialisasi dengan tetangga maka dalam pandangan Suami bahwa Anda seorang yang Mandiri, dan banyak wanita tidak mengetahui bahwa wanita mandiri dalam pandangan suami sangat seksi. Keinginan suami ini kebanyakan tidak pernah sampai pada istrinya, sehingga banyak istri bergantung kepada suaminya.
  1. Suami Ingin Anda menghargainya
Ini hal yang paling sensitif dan banyak para istri mengabaikan ini baik karena ketidaktahuan atau sengaja ingin menyakiti suaminya, misalnya ketika suami Anda pulang dari jauh-jauh misalnya pulang kerja dari luar kota, lalu Anda diberi kejutan dengan sebuah oleh-oleh dengan harapan Anda senang, jangan pernah Anda komentari sedikit pun bahwa Anda tidak suka sebenarnya, terima saja dan pakai saja demi menyenangkan hatinya.

Suatu ketika seorang suami pernah Penulis Counseling karena merasa tidak bahagia karena istrinya tidak menghargainya dan itu sering terjadi dalam kehidupan rumah tangganya, salah satu yang paling menyakitkan hatinya tatkala dia pulang dari kerja di Kalimantan diperkebunan sawit, dia pulang dengan bahagia dengan uang yang banyak serta oleh-oleh, sebuah baju tidur yang cantik menurut suaminya, lalu sang istri berkomentar “Kenapa beli warna merah, mama kan gak suka warna merah!” dengan kesal suaminya merampas baju tidur itu lalu kemudian dicincang menggunakan golok yang ada di rumahnya. Pertengkaran pun terjadi. Jadi, hargai apapun yang dibelikannya karena tanpa Anda sadari dia sangat ingin Anda bahagia dengan pembeliannya. Ucapkan terima kasih dan peluklah dia karena sesungguhnya walaupun Anda tidak suka baik karena tidak sesuai selera, bahwa suami Anda telah membuktikan dia mencintai Anda dengan membelikan sesuatu yang dia suka untuk Anda.
  1. Suami ingin Bilang “Hari ini Kau Milikku, Bukan Milik Partaimu, Bukan Milik Kantormu”
Kesibukan suami Anda dan kepenatannya bekerja sepanjang hari membutuhkan waktu yang dia ingin hanya Anda, dia dan anak-anak Anda menikmatinya diakhir pekan, Maka jangan heran jika suami Anda marah besar saat dihari sabtu minggu Anda masih memiliki kegiatan yang banyak diluar rumah seperti partai, pendidikan, sosial, ngaji, apapun jenis kegiatan Anda. Tatkala dia jarang bersama Anda, dia ingin hari itu Anda hanya bersamanya, jangan coba-coba Anda sibuk dengan gadget Anda karena itupun baginya sangat sensitif untuknya yang menandakan bahwa Anda telah menganggapnya tidak penting.

Tetapi, terkadang Anda sebagai istri sulit menebak hatinya, karena bisa jadi sabtu minggu dia ingin sendiri saja, dia ingin tidur saja dan membiarkan Anda dalam kegiatan sosial Anda, Penting untuk Anda ketahui bahwa dalam menjalin hubungan suami istri perlu ada waktu “Aku igin sendiri” baik itu istri maupun suami, tetapi yang banyak terjadi pada suami. Dia tidak ingin diganggu telp masuk, dia tidak ingin diganggu masalah, dia hanya ingin sendiri, merenung dan berfikir tentang hidupnya.

Kesulitan menebak inilah yang mengharuskan adanya komunikasi, sehingga tinggal ditanyakan saja “Pekan ini pengen Kanda gimana?” Pengen jalan-jalan sama anak-anak atau di rumah saja, jika pilihannya di rumah itu pertanda dia ingin menyendiri tetapi jika dia memilih untuk bepergian dengan Anda dan anak-anak Anda dia ingin waktu Anda hanya untuknya saat itu.

Terkesan egois memang, tetapi begitulah kebanyakan laki-laki, Anda boleh tidak mengikuti nasihat ini asal siap dengan resiko yang Anda hadapi dalam rumah tangga. Penulis sudah melakukan banyak interview dengan pasangan-pasangan suami istri dan menemukan banyak kasus perceraian dengan alasan yang tidak jelas hamya karena “miskin komunikasi” dan “sama-sama egois”.
  1. Suami Berharap Anda Mengerti Tentangnya
Sebuah petikan lagu bahwa “Wanita ingin dimengerti” sesungguhnya tidak hanya kebutuhan para istri, tetapi para suami pun ingin dimengerti, maka saling pengertian inilah yang harus dibangun dengan rasa kepercayaan tingkat tinggi, Anda percaya saja bahwa apapun yang menjadi keputusan dalam hubungan Anda tentang apapun harus ada saling pengertian, jangan hanya karena hal sepele menjadikan rumah tangga Anda neraka Jahannam di dunia.

Nah gimana para istri, apakah sudah paham akan apa saja yang diinginkan oleh suami Anda? Mulai sekarang silakan biasakan diri dan lakukan hal yang sangat disukai pasangan Anda agar hubungan asmara Anda dengannya lebih bahagia, sakinah mawaddah wa rahmah. (dakwatuna/pahamilah)

Pahamilah 6 Rahasia Hati Suami yang Harus Diketahui Para Istri

 Ilustrasi suami istri

Pahamilah.com - Setiap orang memiliki rahasia hati, baik pria maupun wanita, baik tua mapun muda terlebih suami dan istri, hasil coaching counseling saya selama kurang lebih 10 tahun untuk pasangan suami istri menemukan fakta dan sebenarnya ini sudah dinyatakan banyak riset, artinya temuan saya cocok dengan banyak temuan para peneliti lainnya bahwa masalah utama suami istri adalah keterbukaan, komunikasi yang lemah. Keinginan dan harapan suami yang tak terbaca oleh istri atau sebaliknya adalah pemicu utama pertengkaran dan berakhir dengan perceraian.

Selain keterbukaan dan komunikasi, unsur lain yang penting adalah saling percaya dan saling menjaga kepercayaan. Saya pastikan Anda tidak akan pernah bahagia dalam menjalani hidup tatkala Anda tidak mempercayai penuh pasangan Anda dan tidak menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pasangan Anda.

Pasangan itu baru terasa aneh setelah Anda menikah, banyak ketidakmengertian Anda padanya, banyak yang Anda akhirnya ter-oh..oh…atau bahkan bingung sebenarnya maunya apa sich? Maka langkah pertama adalah open mind dan mari bicara seperti iklan salah satu teh di Indonesia.

Ada seorang istri yang curhat tentang suaminya yang dingin, kadang menyahut seperlunya, tak banyak bicara, asik dengan dirinya sendiri, misalnya ketika ditanya “Papa, nanti jemput mama ya di Masjid A setelah pengajian? Jawabnya paling “Iya”, Rasanya kesel sekali terkesan tidak ikhlas buat menjawab dan apalagi menjemput kata sang istri, lalu ketika sampai waktunya sang istri SMS lagi “Papa..nanti pulang jemput mama, kita ke H****art ya?” Sang suami hanya menjawab “Iya”, dan ketika sampai di H****art sang istri berkata, “Papa, kita beli sarden ya, sudah lama kita tidak sahur bareng untuk puasa sunnah” eh sang suami dengan tetap dingin menjawab “Boleh….”, Gondok rasanya, pengen nangis malu, pengen mukul ga boleh, pengen diem-dieman nggak bisa, pasrah. Penulis lalu menanyakan ini kepada sang istri tersebut “Pernah ibu sampaikan soal ini langsung kepada suami kalau ibu tidak suka” jawaban dari sang istri adalah “Nggak pernah, takut suami saya tersinggung”, Jawaban saya adalah “Selamat menderita aja deh…hahahaha”, Intinya sampaikan saja dan mari bicara.

Sebenarnya banyak suami memendam rasa dihatinya, maka banyak rahasia dihatinya, ini yang banyak tidak diketahui oleh banyak istri di dunia ini. Hasil Coaching Counseling Saya pada kebanyakan suami ditemukan fakta setidaknya ada 6 perkara yang mereka rahasiakan dan sulit untuk diungkapkan, ini HARUS diketahui para istri:
  1. Terkadang Suami Ingin Istrinya Menjadi Pemimpin Dan Mengambil Keputusan Sendiri
“Arrijalu qawwamuna ‘alan nisa” Sesungguhnya laki-laki itu pemimpin bagi wanita, ini firman Allah Taala, begitu tertanam di benak pria dan wanita “shalih”, sehingga bagi suami yang fanatik bahwa keputusan selalu di tangannya, sedangkan istri yang fanatik tertanam di batinnya, wajib suami yang memutuskan ini dan itu.

Sesungguhnya, ada hal yang tidak terungkap secara nyata dalam diri banyak pria (suami), diungkapkan tidak tetapi nyatanya sikap dan perilaku menunjukan hal berbeda, jika Anda menemukan suami Anda hanya menjawab pendek tentang hal yang harus diputuskan itu tandanya dia menyerahkan kepada Anda untuk memutuskannya dan percayalah suami Anda tidak menyesali keputusan Anda apapun yang terjadi, tetapi dalam hal mengambil keputusan dan ketika Anda memberikan sebuah proposal kemudian suami Anda banyak memberikan komentar itu pertanda dia ingin memutuskan itu, jangan Anda memutuskannya.

Misalnya Anda mengusulkan “Pak…kita nanti bulan madu ke-10 jalan-jalan ke Malaysia ya..”, Suami Anda hanya menjawab “Iya” atau “Boleh” itu pertanda dia sudah menyerahkan pemimpinnya ada pada Anda, tetapi jika komentarnya panjang lebar itu pertanda biarkan dia memutuskan sendiri walaupun nanti tetap meminta pendapat Anda, maka dia tetap pemutus dari proposal Anda.
  1. Suami Ingin Istrinya Tahu Jika Dia Sangat Mencintai Anda
Banyak pria tidak suka “lebay” dalam mengungkapkan rasa, tetapi berbeda dengan Saya yang selalu menyampaikan saja apa yang ingin saya sampaikan pada istri saya, tetapi kebanyakan pria tidak suka hal-hal romantis, so sweet dengan kata-kata, tetapi ketika dia membelai rambut Anda, mengusap kerudung Anda atau memegang dagu Anda dengan gemes, menggenggam jemari Anda ketika jalan-jalan, membetulkan kerudung Anda yang berantakan atau tiba-tiba membawa oleh-oleh yang Anda tidak sangka, begitulah cara kebanyakan lelaki mengungkapkan cinta, Maka Anda sebagai istri harus langsung merespon dengan mengatakan “Ayah…I Love You So much” maka setidaknya suami Anda sudah memahami bahwa Anda pun mencintainya.
  1. Suami Ingin Istrinya Mandiri
Point ke-3 ini bagi Penulis bukan lagi barang baru, karena istri saya super mandiri, tidak pernah sepanjang 10 tahun pernikahan penulis bekerja di kantor dari jam 7.30 sampai 16.30 diganggu dengan telp hanya buat mengabari “Anak sakit, rumah bocor, gas habis dll”, tidak pernah sama sekali, jikapun anak saya masuk rumah sakit misalnya, saya baru tahu tepat jam 16.30 WIB pulang kerja dengan bunyi SMS “Ayah, Fathi masuk rumah sakit Islam, kamar Aisyah, ayah langsung ke sini saja jangan langsung ke rumah”, untuk kemandirian ini sudah saya tulis bersama istri saya dalam buku “Extraordinary Wife”, artinya harapan penulis sebagai suami di poin ini sudah tercapai.

Kebanyakan suami yang tidak dipahami banyak istri adalah suami Anda ingin Anda mandiri tanpa mengganggunya, Ketika Anda mampu mengatur kapan bekerja, kapan menyuci pakaian keluarga, kapan masak, kapan mendampingi anak-anak mengerjakan PR, kapan berdakwah diluar rumah, kapan bersosialisasi dengan tetangga maka dalam pandangan Suami bahwa Anda seorang yang Mandiri, dan banyak wanita tidak mengetahui bahwa wanita mandiri dalam pandangan suami sangat seksi. Keinginan suami ini kebanyakan tidak pernah sampai pada istrinya, sehingga banyak istri bergantung kepada suaminya.
  1. Suami Ingin Anda menghargainya
Ini hal yang paling sensitif dan banyak para istri mengabaikan ini baik karena ketidaktahuan atau sengaja ingin menyakiti suaminya, misalnya ketika suami Anda pulang dari jauh-jauh misalnya pulang kerja dari luar kota, lalu Anda diberi kejutan dengan sebuah oleh-oleh dengan harapan Anda senang, jangan pernah Anda komentari sedikit pun bahwa Anda tidak suka sebenarnya, terima saja dan pakai saja demi menyenangkan hatinya.

Suatu ketika seorang suami pernah Penulis Counseling karena merasa tidak bahagia karena istrinya tidak menghargainya dan itu sering terjadi dalam kehidupan rumah tangganya, salah satu yang paling menyakitkan hatinya tatkala dia pulang dari kerja di Kalimantan diperkebunan sawit, dia pulang dengan bahagia dengan uang yang banyak serta oleh-oleh, sebuah baju tidur yang cantik menurut suaminya, lalu sang istri berkomentar “Kenapa beli warna merah, mama kan gak suka warna merah!” dengan kesal suaminya merampas baju tidur itu lalu kemudian dicincang menggunakan golok yang ada di rumahnya. Pertengkaran pun terjadi. Jadi, hargai apapun yang dibelikannya karena tanpa Anda sadari dia sangat ingin Anda bahagia dengan pembeliannya. Ucapkan terima kasih dan peluklah dia karena sesungguhnya walaupun Anda tidak suka baik karena tidak sesuai selera, bahwa suami Anda telah membuktikan dia mencintai Anda dengan membelikan sesuatu yang dia suka untuk Anda.
  1. Suami ingin Bilang “Hari ini Kau Milikku, Bukan Milik Partaimu, Bukan Milik Kantormu”
Kesibukan suami Anda dan kepenatannya bekerja sepanjang hari membutuhkan waktu yang dia ingin hanya Anda, dia dan anak-anak Anda menikmatinya diakhir pekan, Maka jangan heran jika suami Anda marah besar saat dihari sabtu minggu Anda masih memiliki kegiatan yang banyak diluar rumah seperti partai, pendidikan, sosial, ngaji, apapun jenis kegiatan Anda. Tatkala dia jarang bersama Anda, dia ingin hari itu Anda hanya bersamanya, jangan coba-coba Anda sibuk dengan gadget Anda karena itupun baginya sangat sensitif untuknya yang menandakan bahwa Anda telah menganggapnya tidak penting.

Tetapi, terkadang Anda sebagai istri sulit menebak hatinya, karena bisa jadi sabtu minggu dia ingin sendiri saja, dia ingin tidur saja dan membiarkan Anda dalam kegiatan sosial Anda, Penting untuk Anda ketahui bahwa dalam menjalin hubungan suami istri perlu ada waktu “Aku igin sendiri” baik itu istri maupun suami, tetapi yang banyak terjadi pada suami. Dia tidak ingin diganggu telp masuk, dia tidak ingin diganggu masalah, dia hanya ingin sendiri, merenung dan berfikir tentang hidupnya.

Kesulitan menebak inilah yang mengharuskan adanya komunikasi, sehingga tinggal ditanyakan saja “Pekan ini pengen Kanda gimana?” Pengen jalan-jalan sama anak-anak atau di rumah saja, jika pilihannya di rumah itu pertanda dia ingin menyendiri tetapi jika dia memilih untuk bepergian dengan Anda dan anak-anak Anda dia ingin waktu Anda hanya untuknya saat itu.

Terkesan egois memang, tetapi begitulah kebanyakan laki-laki, Anda boleh tidak mengikuti nasihat ini asal siap dengan resiko yang Anda hadapi dalam rumah tangga. Penulis sudah melakukan banyak interview dengan pasangan-pasangan suami istri dan menemukan banyak kasus perceraian dengan alasan yang tidak jelas hamya karena “miskin komunikasi” dan “sama-sama egois”.
  1. Suami Berharap Anda Mengerti Tentangnya
Sebuah petikan lagu bahwa “Wanita ingin dimengerti” sesungguhnya tidak hanya kebutuhan para istri, tetapi para suami pun ingin dimengerti, maka saling pengertian inilah yang harus dibangun dengan rasa kepercayaan tingkat tinggi, Anda percaya saja bahwa apapun yang menjadi keputusan dalam hubungan Anda tentang apapun harus ada saling pengertian, jangan hanya karena hal sepele menjadikan rumah tangga Anda neraka Jahannam di dunia.

Nah gimana para istri, apakah sudah paham akan apa saja yang diinginkan oleh suami Anda? Mulai sekarang silakan biasakan diri dan lakukan hal yang sangat disukai pasangan Anda agar hubungan asmara Anda dengannya lebih bahagia, sakinah mawaddah wa rahmah. (dakwatuna/pahamilah)

Menjadi ibu ternyata menguntungkan sejumlah bagian tubuh, membuat ibu jadi lebih sehat.

Pahamilah.com - Saat Anda kurang tidur, mengonsumsi biskuit untuk makan siang, dan bermain tepuk tangan sebagai olahraga, Anda akan sulit untuk merasa sehat. Namun, menjadi seorang ibu menguntungkan tubuh Anda, terutama di bagian tubuh ini.

Otak
“Otak ibu” hanya sebuah mitos. Dikutip dari parentsindonesia.com, menjadi seorang ibu sebenarnya membuat beberapa area di otak berkembang. Para peneliti berkata bahwa perubahan hormon akan membentuk kembali otak untuk memersiapkan Anda mengasuh buah hati Anda.

Jantung
Sebuah studi terbaru menemukan bahwa suami istri yang memiliki anak memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan pasangan yang tidak memiliki anak. Para ahli percaya bahwa anak-anak membawa sebuah tujuan di kehidupan Anda yang mungkin berhubungan dengan kesehatan yang lebih baik.

Payudara
Melahirkan dapat mengurangi risiko kanker payudara. Mengalami siklus mentruasi yang lebih sedikit berarti sedikit mendapatkan hormon estrogen yang berkaitan dengan meningkatnya risiko terserang penyakit.

Rahim
Siklus mentruasi yang lebih sedikit dapat juga melindungi Anda dari kanker rahim. Beberapa peneliti percaya bahwa peradangan yang terjadi selama masa ovulasi membuat rusak sel yang kemudian dapat memicu kanker. (republika/pahamilah)

Fakta: Menjadi Ibu Membuat Anda Lebih Sehat

Menjadi ibu ternyata menguntungkan sejumlah bagian tubuh, membuat ibu jadi lebih sehat.

Pahamilah.com - Saat Anda kurang tidur, mengonsumsi biskuit untuk makan siang, dan bermain tepuk tangan sebagai olahraga, Anda akan sulit untuk merasa sehat. Namun, menjadi seorang ibu menguntungkan tubuh Anda, terutama di bagian tubuh ini.

Otak
“Otak ibu” hanya sebuah mitos. Dikutip dari parentsindonesia.com, menjadi seorang ibu sebenarnya membuat beberapa area di otak berkembang. Para peneliti berkata bahwa perubahan hormon akan membentuk kembali otak untuk memersiapkan Anda mengasuh buah hati Anda.

Jantung
Sebuah studi terbaru menemukan bahwa suami istri yang memiliki anak memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan pasangan yang tidak memiliki anak. Para ahli percaya bahwa anak-anak membawa sebuah tujuan di kehidupan Anda yang mungkin berhubungan dengan kesehatan yang lebih baik.

Payudara
Melahirkan dapat mengurangi risiko kanker payudara. Mengalami siklus mentruasi yang lebih sedikit berarti sedikit mendapatkan hormon estrogen yang berkaitan dengan meningkatnya risiko terserang penyakit.

Rahim
Siklus mentruasi yang lebih sedikit dapat juga melindungi Anda dari kanker rahim. Beberapa peneliti percaya bahwa peradangan yang terjadi selama masa ovulasi membuat rusak sel yang kemudian dapat memicu kanker. (republika/pahamilah)
Ibu dan Anak (Ilustrasi) 

Pahamilah.com -  Kapan usia terbaik untuk menjadi seorang ibu atau memiliki anak? Apakah ketika Anda lebih muda dengan kesuburan tinggi dan lebih banyak energi, atau ketika Anda lebih tua dengan lebih banyak pengalaman dan keamanan?

Ini adalah topik yang menjadi perdebatan panjang. Usia rata-rata seorang wanita memiliki bayi pertamanya di Australia pada tahun 2000 misalnya 27,3 tahun. Satu dari 10 wanita di Australia memiliki anak pertama pada usia 35 tahun.

Menurut medis, usia terbaik untuk wanita memiliki bayi adalah dua puluh tahunan, ketika wanita cenderung subur dan tak memiliki banyak komplikasi jika menjalani kehamilan.

Wanita hamil di usia tiga puluhan dalam banya kasus terjadi peningkatan peluang melahirkan kembar, namun juga mengalami preeklampsia, kelainan kromosom seperti down syndrom, dan melahirkan melalui operasi caesar.

Tanpa memandang usia, wanita bisa tetap hamil sehat jika memastikan mereka sendiri bugar dan sehat. Berhenti merokok, membatasi asupan alkohol, dan memastikan berat badan ideal, olah raga, serta makan makanan sehat.

Seorang ibu di Amerika, Alexa Aguilar memutuskan melahirkan anak pertama pada usia 20 tahun, kemudian melahirkan anak kedua dan ketiga saat usianya 32 dan 34 tahun. Aguilar mengaku dia mempunyai stamina kuat sebagai ibu muda.

"Ketika putri pertamaku tumbuh dewasa, anak kedua dan ketigaku bisa belajar mandiri dan independen," kata Aguilar, dilansir dari Mother and Baby, Rabu (13/5).

Menjadi seorang ibu untuk kedua dan ketiga kalinya diusia tiga puluhan, Aguilar mengklaim dirinya memiliki waktu yang baik antara pekerjaan dan pernikahannya. Dia bahkan menjadi seorang ibu neurotik yang terobsesi dengan perkembangan anak-anaknya. (republika/pahamilah)

Kapan Usia Terbaik Jadi Seorang Ibu?

Ibu dan Anak (Ilustrasi) 

Pahamilah.com -  Kapan usia terbaik untuk menjadi seorang ibu atau memiliki anak? Apakah ketika Anda lebih muda dengan kesuburan tinggi dan lebih banyak energi, atau ketika Anda lebih tua dengan lebih banyak pengalaman dan keamanan?

Ini adalah topik yang menjadi perdebatan panjang. Usia rata-rata seorang wanita memiliki bayi pertamanya di Australia pada tahun 2000 misalnya 27,3 tahun. Satu dari 10 wanita di Australia memiliki anak pertama pada usia 35 tahun.

Menurut medis, usia terbaik untuk wanita memiliki bayi adalah dua puluh tahunan, ketika wanita cenderung subur dan tak memiliki banyak komplikasi jika menjalani kehamilan.

Wanita hamil di usia tiga puluhan dalam banya kasus terjadi peningkatan peluang melahirkan kembar, namun juga mengalami preeklampsia, kelainan kromosom seperti down syndrom, dan melahirkan melalui operasi caesar.

Tanpa memandang usia, wanita bisa tetap hamil sehat jika memastikan mereka sendiri bugar dan sehat. Berhenti merokok, membatasi asupan alkohol, dan memastikan berat badan ideal, olah raga, serta makan makanan sehat.

Seorang ibu di Amerika, Alexa Aguilar memutuskan melahirkan anak pertama pada usia 20 tahun, kemudian melahirkan anak kedua dan ketiga saat usianya 32 dan 34 tahun. Aguilar mengaku dia mempunyai stamina kuat sebagai ibu muda.

"Ketika putri pertamaku tumbuh dewasa, anak kedua dan ketigaku bisa belajar mandiri dan independen," kata Aguilar, dilansir dari Mother and Baby, Rabu (13/5).

Menjadi seorang ibu untuk kedua dan ketiga kalinya diusia tiga puluhan, Aguilar mengklaim dirinya memiliki waktu yang baik antara pekerjaan dan pernikahannya. Dia bahkan menjadi seorang ibu neurotik yang terobsesi dengan perkembangan anak-anaknya. (republika/pahamilah)
Wanita perlu memahami ilmu mengelola keuangan rumah tangga. 

Pahamilah.com - Tujuan berkeluarga adalah untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan. Ini dapat diperoleh dengan mengabdikan diri sepenuhnya kepada pasangan halal masing-masing. Rasa cinta, dan saling sayang merupakan bumbu utama dalam membina rumah tangga.

Dilansir dari laman arabnews, Jumat (8/5), berikut ini ada delapan cara membina rumah tangga yang damai yang Insya Allah memperkuat hubungan dalam keluarga.

Pertama, sikap yang baik. Dengan bersikap baik, bertutur kata yang baik, dan dapat memandang positif terhadap kehidupan, percaya dan selalu mensukuri nikmat Allah yang diberikan, itulah modal utama untuk tetciptanya kehidupan yang damai.

Kedua, saling membantu. Tugas istri adalah membantu dan menjaga diri dan harta benda suaminya dan tugas suami adalah menjaga dan melindungi istri dari segala macam bahaya. Allah memberitahukan seberapa pentingnya agar suami membatu istriya, dan juga bagaimana istri harus selalu membantu dan mendukung suaminya.

Ketiga, kepercayaan. Saat dua orang memutuskan untuk menikah, maka sudah sewajarnya untuk saling percaya satu sama lain. Kepercayaan yang dibina bersama-sama dalam berkeluarga merupakan kunci awal menghindari perselisihan.

Keempat, saling menghormati.  Dalam Islam memberikan menghormati sesama Muslim dan non-Muslim merupakan hal yang seharusnya dilakukan, apalagi rasa hormat yang untuk orang tua juga pasangan hidup.
Kelima, bersenang-senang dengan pasangan. Maka dihalalkan untuk pasangan yang sudah menikah untuk bersenang-senang dengan istrinya, begitupun yang dilakukan Rasulullah kepada Siti Aisyah, beliau juga bersenang-senang dan bermain bersama.

Keenam, memberikan maaf. Dalam Islam, saling memaafkan sudah barang tentu wajib hukumnya. Allah sendiri mengatakan, siapapun yang tidak memaafkan maka tidak akan diampuni oleh-Nya. Untuk itu, kita selalu dituntut undapat salaing memberimaaf kepada sesama apalagi kepada pasangan hidup untuk tetap terjaganya suatu hubungan kasih.

Ketujuh, memanfaatkan waktu bersama. Memanfaatkan waktu ini kadang yang suka dilupakan oleh pasangan ketika sudah memiliki anak, padahal saat sudah memiliki anak juga pasangan tetap harus memilik waktu berdua untuk tetap menjagacinta kasihnya. Ciptakan waktu untuk jalan-jalan berama, mengunjungi kawan lama atau rang yang sedang sakit, berpuasa senin-kamis, atau juga pergi haji bersama pasangan.

Kedelapan, shalat berjamaah. Suami harus menjadi imam untuk istri dan anak-anaknya jika itu terjaga maka terbinalah segala kerukunan. jika memang terdapat masjid di dekat rumah, alangkah baiknya jika suami seharusnya untuk melakukan solat sunnah di rumah. Nabi SAW berkata untuk tidak membuat kuburan di rumah masing-masing dengan tidak adanya suara orang berdoa dan mengaji.

Penting, Bina Rumah Tangga dalam Islam dengan Delapan Cara

Wanita perlu memahami ilmu mengelola keuangan rumah tangga. 

Pahamilah.com - Tujuan berkeluarga adalah untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan. Ini dapat diperoleh dengan mengabdikan diri sepenuhnya kepada pasangan halal masing-masing. Rasa cinta, dan saling sayang merupakan bumbu utama dalam membina rumah tangga.

Dilansir dari laman arabnews, Jumat (8/5), berikut ini ada delapan cara membina rumah tangga yang damai yang Insya Allah memperkuat hubungan dalam keluarga.

Pertama, sikap yang baik. Dengan bersikap baik, bertutur kata yang baik, dan dapat memandang positif terhadap kehidupan, percaya dan selalu mensukuri nikmat Allah yang diberikan, itulah modal utama untuk tetciptanya kehidupan yang damai.

Kedua, saling membantu. Tugas istri adalah membantu dan menjaga diri dan harta benda suaminya dan tugas suami adalah menjaga dan melindungi istri dari segala macam bahaya. Allah memberitahukan seberapa pentingnya agar suami membatu istriya, dan juga bagaimana istri harus selalu membantu dan mendukung suaminya.

Ketiga, kepercayaan. Saat dua orang memutuskan untuk menikah, maka sudah sewajarnya untuk saling percaya satu sama lain. Kepercayaan yang dibina bersama-sama dalam berkeluarga merupakan kunci awal menghindari perselisihan.

Keempat, saling menghormati.  Dalam Islam memberikan menghormati sesama Muslim dan non-Muslim merupakan hal yang seharusnya dilakukan, apalagi rasa hormat yang untuk orang tua juga pasangan hidup.
Kelima, bersenang-senang dengan pasangan. Maka dihalalkan untuk pasangan yang sudah menikah untuk bersenang-senang dengan istrinya, begitupun yang dilakukan Rasulullah kepada Siti Aisyah, beliau juga bersenang-senang dan bermain bersama.

Keenam, memberikan maaf. Dalam Islam, saling memaafkan sudah barang tentu wajib hukumnya. Allah sendiri mengatakan, siapapun yang tidak memaafkan maka tidak akan diampuni oleh-Nya. Untuk itu, kita selalu dituntut undapat salaing memberimaaf kepada sesama apalagi kepada pasangan hidup untuk tetap terjaganya suatu hubungan kasih.

Ketujuh, memanfaatkan waktu bersama. Memanfaatkan waktu ini kadang yang suka dilupakan oleh pasangan ketika sudah memiliki anak, padahal saat sudah memiliki anak juga pasangan tetap harus memilik waktu berdua untuk tetap menjagacinta kasihnya. Ciptakan waktu untuk jalan-jalan berama, mengunjungi kawan lama atau rang yang sedang sakit, berpuasa senin-kamis, atau juga pergi haji bersama pasangan.

Kedelapan, shalat berjamaah. Suami harus menjadi imam untuk istri dan anak-anaknya jika itu terjaga maka terbinalah segala kerukunan. jika memang terdapat masjid di dekat rumah, alangkah baiknya jika suami seharusnya untuk melakukan solat sunnah di rumah. Nabi SAW berkata untuk tidak membuat kuburan di rumah masing-masing dengan tidak adanya suara orang berdoa dan mengaji.


Pahamilah.com - Ketika Anak Bertanya Tentang Allah? Allah itu Siapa?
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe).

Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH. Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya…

Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Tanya 2: “Bu, Bentuk Allahitu seperti apa?”
Tanya 3: “Bu, Kenapa kita gak bisa lihat Allah?”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Tanya 5: “Bu, Kenapa kita harus nyembah Allah?”

Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Jawablah:
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini:
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.

Jawablah begini:
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)

[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)

[baca juga Melihat Tuhan]

Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?“
Jangan jawab begini:
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Al-Hadid (57) : 3

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.

Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.

Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.

إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ (١٦) مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ (١٧)

[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17)
{ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam}

Jawablah begini:
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris)


“Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!”

Atau bisa juga beri jawaban:

“Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.”

Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”.
 

Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?

Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”

Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.”
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip "Allahu Akbar" itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]

ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ‌ۚ
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <– Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.

Juga jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.

Jawablah begini:
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.”
[baca juga Mulai Saat Ini Jangan Sebut-sebut Lagi Yang Di Atas]

“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.(Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)

وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡ‌ۚ
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)

“Allah sering lho bicara sama kita..misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

وَٱللَّهُ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)

Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Jangan jawab begini:
“Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.”

Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!”

“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Jawablah begini:
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.

Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru.”
(Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
[baca juga Mengapa Allah Menciptakan Makhluk?]

Katakan juga pada anak:

“Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?!” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

“Kenapa, Bu?”

“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”

Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis). (FBmutiarahikmah/pahamilah)

Allahu a’lam.



Berbagi Pengetahuan, sebarkan, semoga Allah SWT meridhoi

 

Ketika Anak Bertanya Tentang Allah? inilah Jawabannya



Pahamilah.com - Ketika Anak Bertanya Tentang Allah? Allah itu Siapa?
Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe).

Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH. Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya…

Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:
Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Tanya 2: “Bu, Bentuk Allahitu seperti apa?”
Tanya 3: “Bu, Kenapa kita gak bisa lihat Allah?”
Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Tanya 5: “Bu, Kenapa kita harus nyembah Allah?”

Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?”
Jawablah:
“Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Tanya 2: “Bu, bentuk Allah itu seperti apa?”
Jangan jawab begini:
“Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu….” karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.

Jawablah begini:
“Adek tahu ‘kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)

[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)

[baca juga Melihat Tuhan]

Tanya 3: “Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?“
Jangan jawab begini:
Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.
Al-Hadid (57) : 3

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.

Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) “barang” dan “sesuatu” yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai’un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.

Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af’al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af’al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.

إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ (١٦) مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ (١٧)

[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17)
{ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua’lam}

Jawablah begini:
“Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?”
Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris)


“Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak ‘kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya ‘kan?!”

Atau bisa juga beri jawaban:

“Adek, lihat langit yang luas dan ‘besar’ itu ‘kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit ‘kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.”

Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan “Melihat Tuhan”.
 

Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek ‘kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?

Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. “Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara.”

Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?”
Jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy.”
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah…berarti prinsip "Allahu Akbar" itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]

ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ‌ۚ
Dia bersemayam di atas ’Arsy. <– Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.

Juga jangan jawab begini:
“Nak, Allah itu ada di mana-mana.”
Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.

Jawablah begini:
“Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada.”
[baca juga Mulai Saat Ini Jangan Sebut-sebut Lagi Yang Di Atas]

“Qalbun mukmin baitullah”, ‘Hati seorang mukmin itu istana Allah.” (Hadis)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.(Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)

وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡ‌ۚ
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)

“Allah sering lho bicara sama kita..misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang.” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

وَٱللَّهُ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)

Tanya 5: “Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?”
Jangan jawab begini:
“Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga.”

Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,”Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!”

“Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya.” (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Jawablah begini:
“Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, ‘kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.

Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru.”
(Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)
[baca juga Mengapa Allah Menciptakan Makhluk?]

Katakan juga pada anak:

“Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?!” (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

“Kenapa, Bu?”

“Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu.”

Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis). (FBmutiarahikmah/pahamilah)

Allahu a’lam.



Berbagi Pengetahuan, sebarkan, semoga Allah SWT meridhoi

 

Oleh: *Cahyadi Takariawan

Banyak istri mengeluhkan suami yang kehilangan romantisme. Dulu saat masih masa pacaran, tampak sisi romantisme yang membuat mereka berinteraksi secara intim dan mesra. Demikian pula saat pengantin baru, sisi-sisi romantisme masih dirasakan. Namun seiring perjalanan waktu, istri mulai mengeluhkan sikap suami yang cenderung pasif dan kehilangan romantisme. Interaksi dan komunikasi setelah berumah tangga semakin lama semakin mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitas.

“Mengapa engkau tidak pernah lagi memuji dan merayuku? Dulu engkau bisa berlaku romantis, sekarang sudah tidak bisa lagi”, keluh Mia kepada Bayu, suaminya.

“Kita sudah tambah tua, anak sudah besar, apa iya disuruh seperti anak muda pacaran yang suka merayu…. Ingat Ma, kita sudah tidak muda lagi…”, jawab Bayu.

“Apakah pasangan umur empat puluhan seperti kita sudah tidak layak untuk romantis lagi Pa? Kita ini belum terlalu tua…” sergah Mia tidak mau mengalah.

Apakah yang terjadi pada Bayu dan Mia? Sebenarnya ini bukan soal “salah siapa”, namun hanya persoalan perbedaan khas antara dunia laki-laki dan dunia perempuan. Mereka saling tidak memahami ada yang berbeda di antara suami dan istri, sehingga menimbulkan suasana saling heran bahkan saling menyalahkan satu dengan yang lain.

Apa yang Terjadi Pada Suami?

Secara umum, laki-laki cenderung memiliki “zona nyaman” dalam suatu hubungan. Sebelum memiliki istri, ia berusaha mendapatkan istri yang ideal menurut standar kelelakiannya, dan untuk itu ia rela melakukan apapun demi mendapatkan calon pendamping hidupnya.  Seorang lelaki berusaha mengejar dan mendapatkan perempuan yang menarik dan membuatnya tergila-gila, yang diharapkan menjadi istri. Ia melakukan berbagai usaha agar bisa mendapatkan perempuan tersebut, walau kadang harus bersaing dengan banyak lelaki lain.

Namun setelah memiliki istri, laki-laki mulai memasuki zona nyaman. Ia merasa aman, tidak perlu mengejar atau melakukan usaha untuk mendapatkan pendamping hidup, karena sudah ada di sampingnya. Ketika sudah memasuki zona nyaman dalam hubungan, laki-laki merasa bisa fokus pada hal lain dalam hidupnya tanpa harus memusingkan lagi urusan mencari pendamping hidup. Ia bisa fokus pada karier, pekerjaan, organisasi, hobi, dan lain sebagainya, dan yakin bahwa istri juga nyaman berada di sampingnya.

Pada beberapa kalangan suami, ketika sedang berduaan dengan istri, tidak masalah bila dia asyik membaca koran, menonton berita di TV atau bekerja di laptop, dan istrinya pun asyik membaca buku atau memainkan blackberry. Saling sibuk dan asyik mengerjakan urusan masing-masing, adalah sebuah kedamaian dan kebahagiaan tersendiri bagi beberapa kalangan laki-laki. Baginya, itu sudah lebih dari cukup. Maka laki-laki terkesan berubah menjadi lebih cuek setelah menikah, padahal itu artinya dia sudah merasa nyaman dan stabil dengan istrinya.

Sikap seperti inilah yang oleh kebanyakan istri disebut sebagai tidak romantis dan tidak peduli. Di mata istri, suami kehilangan romantisme setelah berumah tangga, apalagi ketika sudah menempuh masa yang panjang. Padahal suami merasa tidak ada yang berubah dari dirinya. Bahkan dia merasa sudah sedemikian nyaman hidup berumah tangga, dan heran mengapa sang istri masih mencari-cari kekurangannya.

Apa yang Terjadi pada Istri?

Di sisi lain, perempuan memerlukan “perhatian yang konsisten” dalam suatu hubungan. Istri ingin diperlakukan secara romantis, sedikit dicemburui, dirayu, dipuji, butuh bermesraan, dan lain sebagainya. Apalagi bila sebelum menikah dulu si laki-laki sudah tampak romantis, maka perempuan memiliki ekspektasi yang tinggi bahwa suaminya akan semakin romantis setelah menikah. Banyak perempuan menginginkan romance dan drama dalam suatu hubungan, dia ingin melihat suaminya berusaha membahagiakan dirinya. Bahkan cukup dengan melihat usahanya saja, perempuan sudah merasa bahagia. Karena itu, ketika sedang berduaan, wanita akan mengeluh bila suaminya asyik bekerja di laptop atau memainkan blackberry tanpa mempedulikannya.

Ketika istri sedang berduaan dengan suami di rumah dan melihat suami sibuk melakukan aktivitas di komputer atau handphone, istri akan berpikir, “Mengapa aku dicuekin begini? Sudah dia super sibuk, jarang di rumah, begitu di rumah malah asyik dengan aktivitasnya sendiri. Mungkin dia sudah tidak sayang lagi padaku….” Padahal yang ada di dalam pikiran suami adalah, “Ada kamu di sini saja, aku sudah senang. Sekarang aku bisa beraktivitas dengan tenang….”

Istri berpikir, “Kenapa asyik dengan laptop atau handphone saat berduaan dengan aku? Kamu kan bisa melakukan itu saat di kantor. Mengapa engkau tidak peduli kepadaku?” Sementara suami berpikir, “Kenapa harus nungguin aku yang lagi kerja di laptop? Kamu kan bisa mengerjakan hal lain, nonton TV, baca koran atau baca buku atau apapunlah yang menyenangkanmu…”

Apabila berulang kali mengalami kejadian seperti ini, istri akan mulai mengeluh pada suami. Lama kelamaan keluhan ini berubah menjadi tuntutan. Tanggapan suami biasanya tersinggung dan membela diri, karena merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Istri menuduh suami tidak peka, tidak romantis dan tidak pengertian, sedangkan suami menuduh istri banyak menuntut dan mencari-cari masalah. Akibatnya pertengkaran pun terjadi dan saling menyalahkan satu sama lain. Hanya karena keduanya tidak mengerti kebutuhan pasangannya, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Saling Memahami, Saling Kompromi

Dalam kejadian seperti yang dialami oleh Mia dan Bayu di atas, sebenarnya tidak ada yang perlu disalahkan. Keduanya hanya perlu dilatih dan dibiasakan untuk saling mengerti, saling memahami dan saling kompromi. Bila Mia dan Bayu sudah mengerti apa yang dibutuhkan pasangannya, maka solusinya menjadi mudah mereka dapatkan. Yang diperlukan adalah kesediaan suami dan istri untuk selalu berusaha memahami pasangan, dan kemudian menentukan titik kompromi yang paling mungkin atas perbedaan yang terjadi di antara mereka.

Para istri harus mengerti kecenderungan umum laki-laki dalam mengapresiasi sebuah hubungan, demikian pula para suami harus mengerti kecenderungan umum perempuan. Mereka berdua akan lebih mudah menyesuaikan diri, karena mengerti mengapa perbedaan sudut pandang ini bisa terjadi. Kompromi lebih mungkin dilakukan antara suami dengan istri, apabila keduanya sudah saling memahami dengan baik keinginan pasangannya.

Contoh kompromi itu adalah, suami dan istri menyediakan waktu-waktu khusus untuk tidak boleh ada gangguan dalam hubungan. Misalnya hari tertentu atau jam tertentu, suami dan istri tidak disibukkan oleh pekerjaan dan aktivitas masing-masing. Bisa duduk, bercengkerama, bercanda berdua dengan leluasa. Tanpa diganggu handphone, blackberry, laptop, koran, majalah, TV dan lain sebagainya. Waktu-waktu yang istimewa dan spesial, di mana mereka bisa leluasa mengobrol dan memperbincangkan apa saja tanpa diganggu oleh kesibukan masing-masing. (Dakwatuna/pahamilah)



Footenote______________________________

Cahyadi Takariawan adalah Senior Editor di PT Era Intermedia, Pembina di Harum Foundation, Direktur Jogja family Center, Staf Ahli Lembaga Psikologi Terapan Cahaya Umat. Alumni Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM)

Dan Mengapa Suami Cenderung Tidak Romantis di Mata Istri?

Oleh: *Cahyadi Takariawan

Banyak istri mengeluhkan suami yang kehilangan romantisme. Dulu saat masih masa pacaran, tampak sisi romantisme yang membuat mereka berinteraksi secara intim dan mesra. Demikian pula saat pengantin baru, sisi-sisi romantisme masih dirasakan. Namun seiring perjalanan waktu, istri mulai mengeluhkan sikap suami yang cenderung pasif dan kehilangan romantisme. Interaksi dan komunikasi setelah berumah tangga semakin lama semakin mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitas.

“Mengapa engkau tidak pernah lagi memuji dan merayuku? Dulu engkau bisa berlaku romantis, sekarang sudah tidak bisa lagi”, keluh Mia kepada Bayu, suaminya.

“Kita sudah tambah tua, anak sudah besar, apa iya disuruh seperti anak muda pacaran yang suka merayu…. Ingat Ma, kita sudah tidak muda lagi…”, jawab Bayu.

“Apakah pasangan umur empat puluhan seperti kita sudah tidak layak untuk romantis lagi Pa? Kita ini belum terlalu tua…” sergah Mia tidak mau mengalah.

Apakah yang terjadi pada Bayu dan Mia? Sebenarnya ini bukan soal “salah siapa”, namun hanya persoalan perbedaan khas antara dunia laki-laki dan dunia perempuan. Mereka saling tidak memahami ada yang berbeda di antara suami dan istri, sehingga menimbulkan suasana saling heran bahkan saling menyalahkan satu dengan yang lain.

Apa yang Terjadi Pada Suami?

Secara umum, laki-laki cenderung memiliki “zona nyaman” dalam suatu hubungan. Sebelum memiliki istri, ia berusaha mendapatkan istri yang ideal menurut standar kelelakiannya, dan untuk itu ia rela melakukan apapun demi mendapatkan calon pendamping hidupnya.  Seorang lelaki berusaha mengejar dan mendapatkan perempuan yang menarik dan membuatnya tergila-gila, yang diharapkan menjadi istri. Ia melakukan berbagai usaha agar bisa mendapatkan perempuan tersebut, walau kadang harus bersaing dengan banyak lelaki lain.

Namun setelah memiliki istri, laki-laki mulai memasuki zona nyaman. Ia merasa aman, tidak perlu mengejar atau melakukan usaha untuk mendapatkan pendamping hidup, karena sudah ada di sampingnya. Ketika sudah memasuki zona nyaman dalam hubungan, laki-laki merasa bisa fokus pada hal lain dalam hidupnya tanpa harus memusingkan lagi urusan mencari pendamping hidup. Ia bisa fokus pada karier, pekerjaan, organisasi, hobi, dan lain sebagainya, dan yakin bahwa istri juga nyaman berada di sampingnya.

Pada beberapa kalangan suami, ketika sedang berduaan dengan istri, tidak masalah bila dia asyik membaca koran, menonton berita di TV atau bekerja di laptop, dan istrinya pun asyik membaca buku atau memainkan blackberry. Saling sibuk dan asyik mengerjakan urusan masing-masing, adalah sebuah kedamaian dan kebahagiaan tersendiri bagi beberapa kalangan laki-laki. Baginya, itu sudah lebih dari cukup. Maka laki-laki terkesan berubah menjadi lebih cuek setelah menikah, padahal itu artinya dia sudah merasa nyaman dan stabil dengan istrinya.

Sikap seperti inilah yang oleh kebanyakan istri disebut sebagai tidak romantis dan tidak peduli. Di mata istri, suami kehilangan romantisme setelah berumah tangga, apalagi ketika sudah menempuh masa yang panjang. Padahal suami merasa tidak ada yang berubah dari dirinya. Bahkan dia merasa sudah sedemikian nyaman hidup berumah tangga, dan heran mengapa sang istri masih mencari-cari kekurangannya.

Apa yang Terjadi pada Istri?

Di sisi lain, perempuan memerlukan “perhatian yang konsisten” dalam suatu hubungan. Istri ingin diperlakukan secara romantis, sedikit dicemburui, dirayu, dipuji, butuh bermesraan, dan lain sebagainya. Apalagi bila sebelum menikah dulu si laki-laki sudah tampak romantis, maka perempuan memiliki ekspektasi yang tinggi bahwa suaminya akan semakin romantis setelah menikah. Banyak perempuan menginginkan romance dan drama dalam suatu hubungan, dia ingin melihat suaminya berusaha membahagiakan dirinya. Bahkan cukup dengan melihat usahanya saja, perempuan sudah merasa bahagia. Karena itu, ketika sedang berduaan, wanita akan mengeluh bila suaminya asyik bekerja di laptop atau memainkan blackberry tanpa mempedulikannya.

Ketika istri sedang berduaan dengan suami di rumah dan melihat suami sibuk melakukan aktivitas di komputer atau handphone, istri akan berpikir, “Mengapa aku dicuekin begini? Sudah dia super sibuk, jarang di rumah, begitu di rumah malah asyik dengan aktivitasnya sendiri. Mungkin dia sudah tidak sayang lagi padaku….” Padahal yang ada di dalam pikiran suami adalah, “Ada kamu di sini saja, aku sudah senang. Sekarang aku bisa beraktivitas dengan tenang….”

Istri berpikir, “Kenapa asyik dengan laptop atau handphone saat berduaan dengan aku? Kamu kan bisa melakukan itu saat di kantor. Mengapa engkau tidak peduli kepadaku?” Sementara suami berpikir, “Kenapa harus nungguin aku yang lagi kerja di laptop? Kamu kan bisa mengerjakan hal lain, nonton TV, baca koran atau baca buku atau apapunlah yang menyenangkanmu…”

Apabila berulang kali mengalami kejadian seperti ini, istri akan mulai mengeluh pada suami. Lama kelamaan keluhan ini berubah menjadi tuntutan. Tanggapan suami biasanya tersinggung dan membela diri, karena merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Istri menuduh suami tidak peka, tidak romantis dan tidak pengertian, sedangkan suami menuduh istri banyak menuntut dan mencari-cari masalah. Akibatnya pertengkaran pun terjadi dan saling menyalahkan satu sama lain. Hanya karena keduanya tidak mengerti kebutuhan pasangannya, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Saling Memahami, Saling Kompromi

Dalam kejadian seperti yang dialami oleh Mia dan Bayu di atas, sebenarnya tidak ada yang perlu disalahkan. Keduanya hanya perlu dilatih dan dibiasakan untuk saling mengerti, saling memahami dan saling kompromi. Bila Mia dan Bayu sudah mengerti apa yang dibutuhkan pasangannya, maka solusinya menjadi mudah mereka dapatkan. Yang diperlukan adalah kesediaan suami dan istri untuk selalu berusaha memahami pasangan, dan kemudian menentukan titik kompromi yang paling mungkin atas perbedaan yang terjadi di antara mereka.

Para istri harus mengerti kecenderungan umum laki-laki dalam mengapresiasi sebuah hubungan, demikian pula para suami harus mengerti kecenderungan umum perempuan. Mereka berdua akan lebih mudah menyesuaikan diri, karena mengerti mengapa perbedaan sudut pandang ini bisa terjadi. Kompromi lebih mungkin dilakukan antara suami dengan istri, apabila keduanya sudah saling memahami dengan baik keinginan pasangannya.

Contoh kompromi itu adalah, suami dan istri menyediakan waktu-waktu khusus untuk tidak boleh ada gangguan dalam hubungan. Misalnya hari tertentu atau jam tertentu, suami dan istri tidak disibukkan oleh pekerjaan dan aktivitas masing-masing. Bisa duduk, bercengkerama, bercanda berdua dengan leluasa. Tanpa diganggu handphone, blackberry, laptop, koran, majalah, TV dan lain sebagainya. Waktu-waktu yang istimewa dan spesial, di mana mereka bisa leluasa mengobrol dan memperbincangkan apa saja tanpa diganggu oleh kesibukan masing-masing. (Dakwatuna/pahamilah)



Footenote______________________________

Cahyadi Takariawan adalah Senior Editor di PT Era Intermedia, Pembina di Harum Foundation, Direktur Jogja family Center, Staf Ahli Lembaga Psikologi Terapan Cahaya Umat. Alumni Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM)
Oleh: Sri Wahyuni

Pernah saya baca sebuah buku karangan Asma Nadia, berjudul “Catatan Hati Seorang Istri”. Buku yang berisi kumpulan kisah nyata, menceritakan bagaimana setiap permasalahan dapat mendera rumah tangga. Menguji iman dan kesabaran. Menuntut sangat sebuah kesetiaan. Menggambarkan betapa mulianya hati seorang istri ketika sang suami melakukan hal yang tidak hanya sekedar menyakitkan hati, tapi meluluhlantahkan jiwa raga hingga dunia pun terasa telah menghimpitnya.

Seorang suami yang pergi bekerja di negeri nan jauh dari mata. Kerelaan hati seorang istri dituntut agar ikhlas melepas sang suami yang pergi bekerja. Mencari nafkah untuk sesuap nasi dan tabungan untuk bekal keluarga.

Di kala sang suami jauh, doa tak pernah putus-putusnya ia panjatkan kepada ilahi agar sang suami selalu dalam keadaan yang baik-baik saja. Tak henti-hentinya seorang istri ini meminta kepada yang kuasa agar Dia selalu menjaga suaminya. Meminta kepada sang pemilik bumi agar sang suami bisa pulang dan berkumpul bersama lagi.

Seiring berjalannya waktu, cinta seorang istri ini tidak seperti baju yang bisa pudar. Meski jarak memisahkan dan banyak godaan yang datang, dia selalu menjaga teguh cinta yang dia miliki hanya untuk suami. Untuk seorang lelaki yang telah dia pilih menjadi ayah dari anak-anaknya.

Di saat seorang istri ini bertahan dalam penantian, terdengarlah kabar sang suami beristrikan lagi dengan wanita lain. Sebagai istri yang baik  yang percaya dengan suami, tentu dia tidak akan langsung mengiyakan kabar itu. Tentang hitam putihnya kabar itu ingin diketahuinya langsung dari penjelasan sang suami. Ingin di dengar langsung dari mulut laki-laki yang telah memiliki seluruh hatinya itu.

Ketika lelaki itu pulang, senyum itu telah dia ukir di wajahnya. Berpura-pura tidak tahu tentang apa yang dia ketahui. Menunggu hingga sang suami telah selesai melepas penatnya. Setelah semua keadaan memungkinkan, akhirnya dengan keberanian yang dia kumpulkan, perihal yang mengganggu otaknya selama inipun ia sampaikan.

Ternyata berita itu betul. Suaminya mengaku bahwa dia telah beristri lagi dengan seorang wanita yang berasal dari daerah tempat ia bekerja. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang istri ini. Cintanya telah jelas-jelas dikhianati oleh sang suami.

Apakah dia meminta cerai kepada suaminya? Tidak.

Dia mencoba menerima semua yang terjadi ini dengan lapang dada. Dia berprasangka baik kepada Tuhannya. Dia sangat sadar bahwa dia pernah berdoa agar Tuhan selalu menjaga suaminya. Dan dia menganggap tuhan mengabulkan doanya. Sang suami dijaga melalui tangan wanita lain.

Tidak terbayangkan betapa kuatnya wanita ini.  Tidak terkirakan betapa mulianya hati wanita ini. Di saat dia telah jelas-jelas dikhianati, dia masih berpikir positif tentang semua yang terjadi.

Karena keikhlasan dan kesabaran yang dia punya, akhirnya sang suami betah di rumah dan tak lagi melanjutkan bekerja di tempat yang lama. Alhasil, suaminya pun lama tak kembali ke rumah istri kedua.

Alam seolah mengetahui keikhlasan wanita ini. tanpa di sangka-sangka, ternyata istri kedua meminta cerai karena laki-laki ini karena telah lama tak kembali pulang. Dan perceraian itu terjadi.

Wanita yang tadinya di madu ini mengucapkan puji dan syukur kepada Ilahi karena suaminya telah menjadi miliknya lagi seutuhnya. Dia tak perlu lagi berbagi suami dengan wanita lain.  Keikhlasan dan kesabarannya tidak sia-sia.

Dari sepenggal cerita tadi, pasti kita setuju sekali dengan sepenggal kalimat ini, Man shabaran zhafira. Siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung.  Memang setelah kejadian ini terlewati, sang suami dengan jelas dapat melihat ketulusan dan keikhlasan istrinya. Hingga akhirnya, sang suami menjadi lebih mencintai dan menghargai wanita ini.

Perlu dipahami oleh seorang istri, apapun yang terjadi di dalam rumah tangga, itu adalah ujian untuk mengetahui sejauh mana kita mampu untuk mempertahankannya. Jika tak kuat kita menghadapi cobaan itu, maka kehancuran rumah tangga sudah pasti ada di depan mata. Namun jika ternyata kita sebagai seorang istri bisa sabar mengatasinya, maka cobaan ini akan lebih memuliakan kita di hadapan manusia dan Tuhan kita. (dakwatuna/pahamilah)



Footenote_________________________________
* Sri Wahyuni adalah Pengamat pendidikan dan Guru Muda SGI DD (Sekolah Guru Indonesia) yang menginspirasi di pelosok Indonesia. Saat ini penulis ditempatkan di Kubu Raya, Kalimantan Barat.





Teruntuk Seorang Istri

Oleh: Sri Wahyuni

Pernah saya baca sebuah buku karangan Asma Nadia, berjudul “Catatan Hati Seorang Istri”. Buku yang berisi kumpulan kisah nyata, menceritakan bagaimana setiap permasalahan dapat mendera rumah tangga. Menguji iman dan kesabaran. Menuntut sangat sebuah kesetiaan. Menggambarkan betapa mulianya hati seorang istri ketika sang suami melakukan hal yang tidak hanya sekedar menyakitkan hati, tapi meluluhlantahkan jiwa raga hingga dunia pun terasa telah menghimpitnya.

Seorang suami yang pergi bekerja di negeri nan jauh dari mata. Kerelaan hati seorang istri dituntut agar ikhlas melepas sang suami yang pergi bekerja. Mencari nafkah untuk sesuap nasi dan tabungan untuk bekal keluarga.

Di kala sang suami jauh, doa tak pernah putus-putusnya ia panjatkan kepada ilahi agar sang suami selalu dalam keadaan yang baik-baik saja. Tak henti-hentinya seorang istri ini meminta kepada yang kuasa agar Dia selalu menjaga suaminya. Meminta kepada sang pemilik bumi agar sang suami bisa pulang dan berkumpul bersama lagi.

Seiring berjalannya waktu, cinta seorang istri ini tidak seperti baju yang bisa pudar. Meski jarak memisahkan dan banyak godaan yang datang, dia selalu menjaga teguh cinta yang dia miliki hanya untuk suami. Untuk seorang lelaki yang telah dia pilih menjadi ayah dari anak-anaknya.

Di saat seorang istri ini bertahan dalam penantian, terdengarlah kabar sang suami beristrikan lagi dengan wanita lain. Sebagai istri yang baik  yang percaya dengan suami, tentu dia tidak akan langsung mengiyakan kabar itu. Tentang hitam putihnya kabar itu ingin diketahuinya langsung dari penjelasan sang suami. Ingin di dengar langsung dari mulut laki-laki yang telah memiliki seluruh hatinya itu.

Ketika lelaki itu pulang, senyum itu telah dia ukir di wajahnya. Berpura-pura tidak tahu tentang apa yang dia ketahui. Menunggu hingga sang suami telah selesai melepas penatnya. Setelah semua keadaan memungkinkan, akhirnya dengan keberanian yang dia kumpulkan, perihal yang mengganggu otaknya selama inipun ia sampaikan.

Ternyata berita itu betul. Suaminya mengaku bahwa dia telah beristri lagi dengan seorang wanita yang berasal dari daerah tempat ia bekerja. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang istri ini. Cintanya telah jelas-jelas dikhianati oleh sang suami.

Apakah dia meminta cerai kepada suaminya? Tidak.

Dia mencoba menerima semua yang terjadi ini dengan lapang dada. Dia berprasangka baik kepada Tuhannya. Dia sangat sadar bahwa dia pernah berdoa agar Tuhan selalu menjaga suaminya. Dan dia menganggap tuhan mengabulkan doanya. Sang suami dijaga melalui tangan wanita lain.

Tidak terbayangkan betapa kuatnya wanita ini.  Tidak terkirakan betapa mulianya hati wanita ini. Di saat dia telah jelas-jelas dikhianati, dia masih berpikir positif tentang semua yang terjadi.

Karena keikhlasan dan kesabaran yang dia punya, akhirnya sang suami betah di rumah dan tak lagi melanjutkan bekerja di tempat yang lama. Alhasil, suaminya pun lama tak kembali ke rumah istri kedua.

Alam seolah mengetahui keikhlasan wanita ini. tanpa di sangka-sangka, ternyata istri kedua meminta cerai karena laki-laki ini karena telah lama tak kembali pulang. Dan perceraian itu terjadi.

Wanita yang tadinya di madu ini mengucapkan puji dan syukur kepada Ilahi karena suaminya telah menjadi miliknya lagi seutuhnya. Dia tak perlu lagi berbagi suami dengan wanita lain.  Keikhlasan dan kesabarannya tidak sia-sia.

Dari sepenggal cerita tadi, pasti kita setuju sekali dengan sepenggal kalimat ini, Man shabaran zhafira. Siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung.  Memang setelah kejadian ini terlewati, sang suami dengan jelas dapat melihat ketulusan dan keikhlasan istrinya. Hingga akhirnya, sang suami menjadi lebih mencintai dan menghargai wanita ini.

Perlu dipahami oleh seorang istri, apapun yang terjadi di dalam rumah tangga, itu adalah ujian untuk mengetahui sejauh mana kita mampu untuk mempertahankannya. Jika tak kuat kita menghadapi cobaan itu, maka kehancuran rumah tangga sudah pasti ada di depan mata. Namun jika ternyata kita sebagai seorang istri bisa sabar mengatasinya, maka cobaan ini akan lebih memuliakan kita di hadapan manusia dan Tuhan kita. (dakwatuna/pahamilah)



Footenote_________________________________
* Sri Wahyuni adalah Pengamat pendidikan dan Guru Muda SGI DD (Sekolah Guru Indonesia) yang menginspirasi di pelosok Indonesia. Saat ini penulis ditempatkan di Kubu Raya, Kalimantan Barat.






Hadis Nabi yang mengatakan bahwa perempuan sesungguhnya diciptakan dari tulang rusuk laki-laki tak perlu diragukan lagi. Hal ini ternyata bisa dibuktikan secara genetik dalam sebuah studi yang dilakukan sebuah tim dari Boulder Institute of Behavioral Science di Universitas Colorado.

Pemimpin peneliti, Benjamin Domingue mengatakan timnya meneliti genetika dari 825 pasangan menikah di Amerika yang dipilih secara acak. Peneliti membandingkan lebih dari 1,7 juta titik potensi kemiripan genetik. Salah satu pasangan cenderung memiliki kemiripan secara genetik dengan pasangannya, sehingga keduanya memiliki keyakinan untuk menikah.

"Kesamaan gen akhirnya mendorong hati kita dengan berbagai peluang dan struktur ketika menentukan dengan siapa kita akan menikah. Sebagai contoh, gen pula yang menentukan apakah calon pasangan Anda harus berbadan tinggi, berat badannya, latar belakang etnisnya, agama, hingga tingkat pendidikannya," ujar Domingue, dilansir dari Easy Good Health, Senin (9/6).

Kesimpulan ini kemudian diteliti lagi lewat model statistik untuk memahami perbedaan genetik antara populasi manusia yang tidak sedarah. Ada perbedaan kesamaan genetik antara pasangan yang menikah dengan saudara sekandung mereka. Kesamaan antara orang-orang yang sudah menikah hampir tidak sedalam saudara kandung.

"Saudara kandung rata-rata memiliki kesamaan genetik berkisar 40-60 persen, sedangkan rentang persamaan gen antara pasangan yang sudah menikah lebih kecil dari itu," ujar Domingue.

Pasangan menikah cenderung memiliki sifat genetik yang sama karena gen mereka membantu menentukan dengan siapa mereka akan bertemu selama hidup mereka. Orang-orang dengan gen yang mirip misalnya, akhirnya menginginkan pasangan dengan latar belakang pendidikan yang sama, misalnya sama-sama S1. Seseorang juga cenderung untuk menikahi pasangan yang mirip dengan diri mereka sendiri, dalam hal etnis, ras, dan ukuran tubuh.

Gen-gen juga membentuk perbedaan biologis yang lebih halus namun justru bisa saling menarik satu sama lain untuk saling menyukai lewat cara-cara yang tidak kita mengerti. Setidaknya, pasangan sudah menikah memiliki seperti kesamaan dalam hidup mereka. (republika/pahamilah)

Bukti Perempuan Diciptakan dari Tulang Rusuk Laki-Laki


Hadis Nabi yang mengatakan bahwa perempuan sesungguhnya diciptakan dari tulang rusuk laki-laki tak perlu diragukan lagi. Hal ini ternyata bisa dibuktikan secara genetik dalam sebuah studi yang dilakukan sebuah tim dari Boulder Institute of Behavioral Science di Universitas Colorado.

Pemimpin peneliti, Benjamin Domingue mengatakan timnya meneliti genetika dari 825 pasangan menikah di Amerika yang dipilih secara acak. Peneliti membandingkan lebih dari 1,7 juta titik potensi kemiripan genetik. Salah satu pasangan cenderung memiliki kemiripan secara genetik dengan pasangannya, sehingga keduanya memiliki keyakinan untuk menikah.

"Kesamaan gen akhirnya mendorong hati kita dengan berbagai peluang dan struktur ketika menentukan dengan siapa kita akan menikah. Sebagai contoh, gen pula yang menentukan apakah calon pasangan Anda harus berbadan tinggi, berat badannya, latar belakang etnisnya, agama, hingga tingkat pendidikannya," ujar Domingue, dilansir dari Easy Good Health, Senin (9/6).

Kesimpulan ini kemudian diteliti lagi lewat model statistik untuk memahami perbedaan genetik antara populasi manusia yang tidak sedarah. Ada perbedaan kesamaan genetik antara pasangan yang menikah dengan saudara sekandung mereka. Kesamaan antara orang-orang yang sudah menikah hampir tidak sedalam saudara kandung.

"Saudara kandung rata-rata memiliki kesamaan genetik berkisar 40-60 persen, sedangkan rentang persamaan gen antara pasangan yang sudah menikah lebih kecil dari itu," ujar Domingue.

Pasangan menikah cenderung memiliki sifat genetik yang sama karena gen mereka membantu menentukan dengan siapa mereka akan bertemu selama hidup mereka. Orang-orang dengan gen yang mirip misalnya, akhirnya menginginkan pasangan dengan latar belakang pendidikan yang sama, misalnya sama-sama S1. Seseorang juga cenderung untuk menikahi pasangan yang mirip dengan diri mereka sendiri, dalam hal etnis, ras, dan ukuran tubuh.

Gen-gen juga membentuk perbedaan biologis yang lebih halus namun justru bisa saling menarik satu sama lain untuk saling menyukai lewat cara-cara yang tidak kita mengerti. Setidaknya, pasangan sudah menikah memiliki seperti kesamaan dalam hidup mereka. (republika/pahamilah)
Oleh: Nashih Nashrullah

Sikap arif menahan amarah dan tidak mengumpat adalah bentuk kedewasaan diri yang paripurna.
Prinsip mendasar dalam hidup berumah tangga adalah saling berinteraksi secara baik serta saling menghormati dan menghargai. Setiap permasalahan yang mengemuka, diatasi dengan cara yang santun dan kepala dingin.

Ini sesuai dengan tuntunan yang terdapat dalam surah an-Nisaa ayat 19: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Akan tetapi, hidup berumah tangga tak selalu mulus. Ada kalanya senang, terkadang pula suram akibat perselisihan pandangan tentang satu dan lain hal. Itulah seni berkeluarga.

Ketika perbedaan dan masalah timbul, di saat emosi kedua belah pihak memuncak, sering kali rasa marah mengalahkan logika dan nurani. Kata-kata kasar pun mudah terucapkan.

Lembaga Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab pun berbagi nasihat agar kedua pasangan dalam kondisi emosi memuncak tetap bisa menjaga diri, minimal tidak mengeluarkan kata-kata kotor.

Bukan hanya di pihak lelaki, melainkan juga perempuan. Dalam suasana apa pun, baik muncul masalah maupun tidak, seyogyanya kata-kata kasar itu tidak terucap.

Mengumpat suami atau sebaliknya merupakan perbuatan yang tercela. Menurut hadis riwayat Abdullah bin Masud, berkata kasar dan jelek kepada suami adalah bentuk kefasikan.

Tindakan itu semestinya dihindari oleh siapa pun, tak terkecuali istri kepada suami. Mencela atau memaki, sebagaimana ditegaskan hadis dari Abdullah bin Masud dalam riwayat yang lain, tidak termasuk karakter seorang mukmin.
Setiap masalah yang terjadi dan berdampak pada gesekan antarkeduanya, harus dilesaikan dengan bijak, bukan dengan umpatan dan kata kasar.

Namun, menurut Syekh Shalih Ibn al-Utsaimin, jika suami berlaku kasar dan cenderung jauh dari ketakwaan, istri berhak untuk tidak memenuhi sejumlah kewajibannya sebagai pendamping.

Misal, bila suami suka bermaksiat. “Barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.” (QS al-Baqarah [2]: 194). Namun, tetap dalam koridor yang diperbolehkan.
Dan, terakhir kali kekerasan fisik ataupun nonfisik berupa ucapan-ucapan tak sedap di telinga atau perasaan, bukan cara yang tepat dalam mengurai masalah rumah tangga.

Saling terbuka, hormat-menghormati, dan tetap menjaga etika kala menghadap persoalan. Membalas keburukan dengan kebaikan adalah keutamaan yang tak ternilai harganya, sekalipun memang sulit dilakukan.

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS Fusshilat [41]: 34).

Ketakwaan yang berwujud pada pengabdian tulus seorang istri, akan berbalas setimpal, yakni ganjaran surga kelak.

Maka, berhati-hatilah para istri agar tidak gampang mengeluarkan perkataan kasar atau tak patut kepada suami.

Posisi suami, dalam hidup berumah tangga, harus dihormati. Sejumlah keutamaan yang mereka miliki mestinya menuntun bahtera rumah tangga ke arah ridha Allah SWT.

Taatlah kepada suami. Seandainya, kata Rasulullah SAW dalam sabdanya yang dinukilkan oleh Imam at-Tirmidzi, ada sosok yang lebih pantas untuk bersujud di hadapannya, maka niscaya kepada suamilah seorang istri itu dituntut bersimpuh. (republika/pahamilah))

Menahan Marah atas Sikap Suami

Oleh: Nashih Nashrullah

Sikap arif menahan amarah dan tidak mengumpat adalah bentuk kedewasaan diri yang paripurna.
Prinsip mendasar dalam hidup berumah tangga adalah saling berinteraksi secara baik serta saling menghormati dan menghargai. Setiap permasalahan yang mengemuka, diatasi dengan cara yang santun dan kepala dingin.

Ini sesuai dengan tuntunan yang terdapat dalam surah an-Nisaa ayat 19: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Akan tetapi, hidup berumah tangga tak selalu mulus. Ada kalanya senang, terkadang pula suram akibat perselisihan pandangan tentang satu dan lain hal. Itulah seni berkeluarga.

Ketika perbedaan dan masalah timbul, di saat emosi kedua belah pihak memuncak, sering kali rasa marah mengalahkan logika dan nurani. Kata-kata kasar pun mudah terucapkan.

Lembaga Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab pun berbagi nasihat agar kedua pasangan dalam kondisi emosi memuncak tetap bisa menjaga diri, minimal tidak mengeluarkan kata-kata kotor.

Bukan hanya di pihak lelaki, melainkan juga perempuan. Dalam suasana apa pun, baik muncul masalah maupun tidak, seyogyanya kata-kata kasar itu tidak terucap.

Mengumpat suami atau sebaliknya merupakan perbuatan yang tercela. Menurut hadis riwayat Abdullah bin Masud, berkata kasar dan jelek kepada suami adalah bentuk kefasikan.

Tindakan itu semestinya dihindari oleh siapa pun, tak terkecuali istri kepada suami. Mencela atau memaki, sebagaimana ditegaskan hadis dari Abdullah bin Masud dalam riwayat yang lain, tidak termasuk karakter seorang mukmin.
Setiap masalah yang terjadi dan berdampak pada gesekan antarkeduanya, harus dilesaikan dengan bijak, bukan dengan umpatan dan kata kasar.

Namun, menurut Syekh Shalih Ibn al-Utsaimin, jika suami berlaku kasar dan cenderung jauh dari ketakwaan, istri berhak untuk tidak memenuhi sejumlah kewajibannya sebagai pendamping.

Misal, bila suami suka bermaksiat. “Barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.” (QS al-Baqarah [2]: 194). Namun, tetap dalam koridor yang diperbolehkan.
Dan, terakhir kali kekerasan fisik ataupun nonfisik berupa ucapan-ucapan tak sedap di telinga atau perasaan, bukan cara yang tepat dalam mengurai masalah rumah tangga.

Saling terbuka, hormat-menghormati, dan tetap menjaga etika kala menghadap persoalan. Membalas keburukan dengan kebaikan adalah keutamaan yang tak ternilai harganya, sekalipun memang sulit dilakukan.

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS Fusshilat [41]: 34).

Ketakwaan yang berwujud pada pengabdian tulus seorang istri, akan berbalas setimpal, yakni ganjaran surga kelak.

Maka, berhati-hatilah para istri agar tidak gampang mengeluarkan perkataan kasar atau tak patut kepada suami.

Posisi suami, dalam hidup berumah tangga, harus dihormati. Sejumlah keutamaan yang mereka miliki mestinya menuntun bahtera rumah tangga ke arah ridha Allah SWT.

Taatlah kepada suami. Seandainya, kata Rasulullah SAW dalam sabdanya yang dinukilkan oleh Imam at-Tirmidzi, ada sosok yang lebih pantas untuk bersujud di hadapannya, maka niscaya kepada suamilah seorang istri itu dituntut bersimpuh. (republika/pahamilah))