middle ad
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Pahamilah.com -  Ada banyak ilmuwan dunia yang akhirnya mengakui kebenaran Alquran setelah melakukan penelitian di bidangnya. Siapa saja mereka?

Di abad modern ini, pembuktian kebenaran Alquran sudah banyak dilakukan oleh ilmuwan non-muslim. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya dengan ikhlas mengucap dua kalimat syahadat.

Para ilmuwan yang jadi mualaf ini datang dari berbagai disiplin ilmu, seperti: astronomi, biologi, fisika, kedokteran, dll.

Berikut adalah beberapa tokoh ilmuwan dunia yang masuk Islam setelah takjub melihat kebenaran Al Qur’an dan Hadist, setelah melakukan serangkaian penelitian.

1. Maurice Bucaille

Prof Dr Maurice Bucaille adalah seorang ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah memimpin klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.


 Maurice Bucaille

Pada suatu hari, pemerintah Prancis menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Bucaille-lah yang jadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama untuk penelitian tersebut.

Ternyata, hasil akhir yang Bucaille peroleh sangat mengejutkan; sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam.

Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara Firaun), padahal telah dikeluarkan dari laut?

Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yakni tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul 'Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern', dengan judul aslinya, 'Les Momies des Pharaons et la Midecine'.



Saat menyiapkan laporan akhir, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu di telinga Bucaille seraya berkata: "Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini".

Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.

Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia masih bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut.

Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa as, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.

Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: "Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS Yunus: 92).

Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: "Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini".

2. Jacques Yves Costeau

Jika anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV chanel `Discovery Chanel’ pasti kenal Mr. Jacques Yves Costeau, ia adalah seorang ahli Oceanografer dan pakar selam terkemuka dari Perancis.

 Jacques Yves Costeau

Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya. Profesor tersebut lalu teringat ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez.

Ayat itu berbunyi: "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing".

Kemudian dibacakan surat Al-Furqan ayat 53 : "Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi."

Terpesonalah Mr Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Costeau pun berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Tak lama kemudian, Mr Costeau pun memeluk agama Islam.

3. Demitri Bolykov

Demitri Bolykov yang merupakan seorang ahli fisika asal Ukraina, mengatakan bahwa pintu masuk ke Islam baginya adalah fisika. Demitri tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof Nicolai Kosinikov, yang juga merupakan pakar fisika.


Teori yang dikemukan oleh Prof Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menafsirkan fenomena perputaran Bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sampel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus.

Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan "Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika". Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya.

Pada tingkat realita di alam ini, daya Matahari merupakan "kekuatan penggerak" yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran Bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya intensitas daya Matahari.

Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet Bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam setahun.

Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet Bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti Bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa "gerak" perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat.
 
Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian.

Ketika ia menelaah kitab-kitab Samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima taubatnya."

4. Dr.Fidelma OLeary

Dr Fidelma, ahli neurologi asal Amerika Serikat mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak manusia. Ketika melakukan penelitian, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah yang cukup agar dapat berfungsi secara normal.



Penasaran dengan penemuannya, Dr.Fidelma mencoba mengkaji lebih serius. Setelah memakan waktu lama, penelitiannya pun tidak sia-sia. Akhirnya dia menemukan bahwa ternyata darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia secara sempurna kecuali ketika seseorang tersebut melakukan sujud dalam salat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan ibadah shalat, otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal.

Rupanya memang urat saraf dalam otak tersebut hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat otak dengan mengikuti waktu salat.

Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Karena posisi sujud akan mengalirkan darah yang kaya oksigen secara maksimal dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.


Setelah penelitian mengejutkan tersebut, Fidelma mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku Islam dan diskusi dengan rekan-rekan muslimnya. Setelah mempelajari dan mendiskusikannya, ia malah merasa bahwa ajaran Islam sangat logis. Hatinya begitu tenang ketika mengkaji dan menyelami agama samawi ini.

05. Profesor William

Pada sebuah penelitian ilmiah yang diberitakan oleh sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, menyebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang mengadakan penelitian mendapatkan suara halus yang keluar dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa.

 William Brown

Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam dengan sebuah alat perekam tercanggih yang pernah ada.

Para ilmuwan selama hampir tiga tahun meneliti fenomena yang mencengangkan ini berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik (kahrudhoiyah ) dengan sebuah alat canggih yang bernama Oscilloscope. Akhirnya para ilmuwan tersebut bisa menyaksikan denyutan cahaya elektrik itu berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik!

Prof. William Brown yang memimpin para pakar sains untuk mengkaji fenomena tersebut mengisyaratkan setelah dicapainya hasil bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut.

Padahal seperti diakui oleh sang profesor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika juga Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena bahkan semuanya tercengang tidak tahu harus berkomentar apa.

Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar dari Britania, dan diantara mereka ada seorang ilmuwan muslim yang berasal dari India. Sang peneliti muslim kemudian membaca ayat dalam Alquran yang berbunyi:

"Bertasbih kepada-Nya langit yang tujuh, dan bumi (juga), dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun,
" (QS Isra: 44).

Setelah menjelaskan tentang Islam dan ayat tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.

Selang beberapa hari setelah peristwa itu, Profesor William berceramah di Universitas Carnegie Mellon. Ia mengatakan:

"Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain," demikian ungkapan William. (inilah/pahamilah)


Fakta: 5 Ilmuwan Jadi Mualaf Pasca Lakukan Riset Sains


Pahamilah.com -  Ada banyak ilmuwan dunia yang akhirnya mengakui kebenaran Alquran setelah melakukan penelitian di bidangnya. Siapa saja mereka?

Di abad modern ini, pembuktian kebenaran Alquran sudah banyak dilakukan oleh ilmuwan non-muslim. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya dengan ikhlas mengucap dua kalimat syahadat.

Para ilmuwan yang jadi mualaf ini datang dari berbagai disiplin ilmu, seperti: astronomi, biologi, fisika, kedokteran, dll.

Berikut adalah beberapa tokoh ilmuwan dunia yang masuk Islam setelah takjub melihat kebenaran Al Qur’an dan Hadist, setelah melakukan serangkaian penelitian.

1. Maurice Bucaille

Prof Dr Maurice Bucaille adalah seorang ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah memimpin klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.


 Maurice Bucaille

Pada suatu hari, pemerintah Prancis menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Bucaille-lah yang jadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama untuk penelitian tersebut.

Ternyata, hasil akhir yang Bucaille peroleh sangat mengejutkan; sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam.

Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara Firaun), padahal telah dikeluarkan dari laut?

Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yakni tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul 'Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern', dengan judul aslinya, 'Les Momies des Pharaons et la Midecine'.



Saat menyiapkan laporan akhir, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu di telinga Bucaille seraya berkata: "Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini".

Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.

Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia masih bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut.

Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa as, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.

Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: "Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS Yunus: 92).

Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: "Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini".

2. Jacques Yves Costeau

Jika anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV chanel `Discovery Chanel’ pasti kenal Mr. Jacques Yves Costeau, ia adalah seorang ahli Oceanografer dan pakar selam terkemuka dari Perancis.

 Jacques Yves Costeau

Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya. Profesor tersebut lalu teringat ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez.

Ayat itu berbunyi: "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing".

Kemudian dibacakan surat Al-Furqan ayat 53 : "Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi."

Terpesonalah Mr Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Costeau pun berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Tak lama kemudian, Mr Costeau pun memeluk agama Islam.

3. Demitri Bolykov

Demitri Bolykov yang merupakan seorang ahli fisika asal Ukraina, mengatakan bahwa pintu masuk ke Islam baginya adalah fisika. Demitri tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof Nicolai Kosinikov, yang juga merupakan pakar fisika.


Teori yang dikemukan oleh Prof Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menafsirkan fenomena perputaran Bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sampel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus.

Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan "Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika". Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya.

Pada tingkat realita di alam ini, daya Matahari merupakan "kekuatan penggerak" yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran Bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya intensitas daya Matahari.

Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet Bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam setahun.

Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet Bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti Bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa "gerak" perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat.
 
Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian.

Ketika ia menelaah kitab-kitab Samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima taubatnya."

4. Dr.Fidelma OLeary

Dr Fidelma, ahli neurologi asal Amerika Serikat mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak manusia. Ketika melakukan penelitian, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah yang cukup agar dapat berfungsi secara normal.



Penasaran dengan penemuannya, Dr.Fidelma mencoba mengkaji lebih serius. Setelah memakan waktu lama, penelitiannya pun tidak sia-sia. Akhirnya dia menemukan bahwa ternyata darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia secara sempurna kecuali ketika seseorang tersebut melakukan sujud dalam salat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan ibadah shalat, otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal.

Rupanya memang urat saraf dalam otak tersebut hanya memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat otak dengan mengikuti waktu salat.

Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Karena posisi sujud akan mengalirkan darah yang kaya oksigen secara maksimal dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.


Setelah penelitian mengejutkan tersebut, Fidelma mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku Islam dan diskusi dengan rekan-rekan muslimnya. Setelah mempelajari dan mendiskusikannya, ia malah merasa bahwa ajaran Islam sangat logis. Hatinya begitu tenang ketika mengkaji dan menyelami agama samawi ini.

05. Profesor William

Pada sebuah penelitian ilmiah yang diberitakan oleh sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, menyebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang mengadakan penelitian mendapatkan suara halus yang keluar dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa.

 William Brown

Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam dengan sebuah alat perekam tercanggih yang pernah ada.

Para ilmuwan selama hampir tiga tahun meneliti fenomena yang mencengangkan ini berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik (kahrudhoiyah ) dengan sebuah alat canggih yang bernama Oscilloscope. Akhirnya para ilmuwan tersebut bisa menyaksikan denyutan cahaya elektrik itu berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik!

Prof. William Brown yang memimpin para pakar sains untuk mengkaji fenomena tersebut mengisyaratkan setelah dicapainya hasil bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut.

Padahal seperti diakui oleh sang profesor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika juga Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena bahkan semuanya tercengang tidak tahu harus berkomentar apa.

Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar dari Britania, dan diantara mereka ada seorang ilmuwan muslim yang berasal dari India. Sang peneliti muslim kemudian membaca ayat dalam Alquran yang berbunyi:

"Bertasbih kepada-Nya langit yang tujuh, dan bumi (juga), dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun,
" (QS Isra: 44).

Setelah menjelaskan tentang Islam dan ayat tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.

Selang beberapa hari setelah peristwa itu, Profesor William berceramah di Universitas Carnegie Mellon. Ia mengatakan:

"Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain," demikian ungkapan William. (inilah/pahamilah)


Syafruddin Prawiranegara - (Foto : istimewa)

Pahamilah.com - Pada saat menjadi ketua Pemerintahan darurat republik Indonesia sekaligus ‘presiden’ RI menggantikan Soekarno yang ditawan Belanda, ia memerintah di hutan-hutan Sumatra. Syafruddin harus meninggalkan istrinya, Teuku Siti Halimah bersama anak-anak yang masih kecil di Yogyakarta.

Untuk menghidupi keluarga Halimah harus berjualan sukun goreng untuk menghidupi anak-anaknya. Halimah tak pernah meminta-minta untuk dapat layanan dari para bawahan suaminya.

Pada saatnya, setelah masa-masa pergolakan usai, masyarakat layak mendecakkan lidah, kagum. Pada 1962, Syafruddin Prawiranegara mengembalikan 29 kilogram emas kepada negara, yang dipendamnya sebagai cadangan untuk perjuangan PRRI di Sumatra. Emas, yang tak segram pun diambilnya, sementara keluarganya kesulitan hanya untuk makan.

“...semuanya ada 29 kilogram. Emas itu secara resmi diserahkan Syafruddin kepada Pejabat Presiden Djuanda pada bulan Maret 1962, yang kemudian meneruskannya kepada Menteri/Gubernur Bank Indonesia Sumarno, SH sebagai kekayaan Negara,” tulis Ajip Rosidi dalam bukunya, “Syafruddin Prawiranegara Lebih Takut Pada Allah SWT “. (inilah/pahamilah)

Ibu Menteri Pun Berjualan Gorengan

Syafruddin Prawiranegara - (Foto : istimewa)

Pahamilah.com - Pada saat menjadi ketua Pemerintahan darurat republik Indonesia sekaligus ‘presiden’ RI menggantikan Soekarno yang ditawan Belanda, ia memerintah di hutan-hutan Sumatra. Syafruddin harus meninggalkan istrinya, Teuku Siti Halimah bersama anak-anak yang masih kecil di Yogyakarta.

Untuk menghidupi keluarga Halimah harus berjualan sukun goreng untuk menghidupi anak-anaknya. Halimah tak pernah meminta-minta untuk dapat layanan dari para bawahan suaminya.

Pada saatnya, setelah masa-masa pergolakan usai, masyarakat layak mendecakkan lidah, kagum. Pada 1962, Syafruddin Prawiranegara mengembalikan 29 kilogram emas kepada negara, yang dipendamnya sebagai cadangan untuk perjuangan PRRI di Sumatra. Emas, yang tak segram pun diambilnya, sementara keluarganya kesulitan hanya untuk makan.

“...semuanya ada 29 kilogram. Emas itu secara resmi diserahkan Syafruddin kepada Pejabat Presiden Djuanda pada bulan Maret 1962, yang kemudian meneruskannya kepada Menteri/Gubernur Bank Indonesia Sumarno, SH sebagai kekayaan Negara,” tulis Ajip Rosidi dalam bukunya, “Syafruddin Prawiranegara Lebih Takut Pada Allah SWT “. (inilah/pahamilah)

Syafruddin Prawiranegara - (Foto : istimewa)

Pahamilah.com - Generasi pertama pendiri negeri ini memang tokoh-tokoh yang layak diteladani. Mereka terbiasa hidup sederhana, sebagaimana juga diteladankan Sang Maulana, Rasulullah SAW.

Salah satu contoh mudah adalah kehidupan Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara. Sastrawan Ajip Rosidi—yang mengenal dekat almarhum Syafruddin pernah berkisah, pada saat bayi laki-lakinya, Khalid, lahir, Syafruddin dan istri tak punya uang sama sekali untuk pembeli popok dan gurita pembungkus badan bayi mungil itu.

“Ibu Halimah (istri Syafruddin) sampai harus menyobek kain kasur dan menjadikannya sebagai gurita,” ujar Ayip dalam “Syafruddin Prawiranegara Lebih Takut Pada Allah SWT “. Padahal, saat itu Syafruddin Prawiranegara adalah seorang menteri keuangan yang mengurusi keuangan negara.

Sebagaimana mentor yang dihormatinya, H Agus Salim, Syafruddin pun tak memiliki rumah. Bagaikan gipsy, Syaf sekelurga senantiasa berpindah-pindah, tergantung rumah yang bisa mereka kontrak.

Ketika Pemerintah RI terpaksa harus berpindah Ke Yogyakarta, keluarga Syaf pun harus hijrah. Di Yogjakarta, dicarinya kontrakkan, tempat bernaung istri dan buah hati. Namun keadaan di sana penuh sesak pengungsi.

Menteri Syaf pun mencari tempat lain, berpindah ke Magelang. Akhirnya, Dr Soekiman (ketua Masyumi saat itu) memberikan tumpangan di paviliunnya di Pakualaman. Tinggallah Syafruddin sekeluarga di sana, berbagi tempat dengan keluarga Mr. Syamsuddin dan Dr Soekiman sekeluarga. (inilah/pahamilah)

Syafruddin, Menkeu yang tak Mampu Beli Popok

Syafruddin Prawiranegara - (Foto : istimewa)

Pahamilah.com - Generasi pertama pendiri negeri ini memang tokoh-tokoh yang layak diteladani. Mereka terbiasa hidup sederhana, sebagaimana juga diteladankan Sang Maulana, Rasulullah SAW.

Salah satu contoh mudah adalah kehidupan Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara. Sastrawan Ajip Rosidi—yang mengenal dekat almarhum Syafruddin pernah berkisah, pada saat bayi laki-lakinya, Khalid, lahir, Syafruddin dan istri tak punya uang sama sekali untuk pembeli popok dan gurita pembungkus badan bayi mungil itu.

“Ibu Halimah (istri Syafruddin) sampai harus menyobek kain kasur dan menjadikannya sebagai gurita,” ujar Ayip dalam “Syafruddin Prawiranegara Lebih Takut Pada Allah SWT “. Padahal, saat itu Syafruddin Prawiranegara adalah seorang menteri keuangan yang mengurusi keuangan negara.

Sebagaimana mentor yang dihormatinya, H Agus Salim, Syafruddin pun tak memiliki rumah. Bagaikan gipsy, Syaf sekelurga senantiasa berpindah-pindah, tergantung rumah yang bisa mereka kontrak.

Ketika Pemerintah RI terpaksa harus berpindah Ke Yogyakarta, keluarga Syaf pun harus hijrah. Di Yogjakarta, dicarinya kontrakkan, tempat bernaung istri dan buah hati. Namun keadaan di sana penuh sesak pengungsi.

Menteri Syaf pun mencari tempat lain, berpindah ke Magelang. Akhirnya, Dr Soekiman (ketua Masyumi saat itu) memberikan tumpangan di paviliunnya di Pakualaman. Tinggallah Syafruddin sekeluarga di sana, berbagi tempat dengan keluarga Mr. Syamsuddin dan Dr Soekiman sekeluarga. (inilah/pahamilah)


Bung Hatta atau Muhammad Hatta - (Foto: istimewa)
 
Pahamilah.com - Para pendiri bangsa iniadalah mereka yang sadar bahwa kesederhanaan akan mengukuhkan jiwa. Muhammad Hatta, hanya satu dari banyak teladan untuk kita hari ini.

Bung Hatta begitu sederhana. Mungkin terlalu sederhana, untuk ukuran para pejabat kita saat ini. Bayangkan, pria yang pernah menjadi wakil presiden RI itu, hingga akhir hayatnya tak pernah mampu membeli sepatu Bally yang sangat ia impikan.

Sekretaris pribadi Bung Hatta, Iding Wangsa Widjaja, pernah bercerita. Suatu masa Bung Hatta pernah berjalan-jalan, cuci mata melewati etalase pertokoan di luar negeri. Saat itu Bung Hatta melihat sepasang sepatu Bally, gagah terpajang di kaca etalase.

Bung Hatta disebutkan sangat terkesima, dan ingin memiliki sepatu Bally yang menarik hatinya itu. Sampai-sampai, kata iding, guntingan iklan sepatu Bally itu disimpannya terus di dalam dompet. Ia berharap, pada saatnya akan mampu membeli.

Tetapi harapan itu tak pernah terpenuhi. Tabungan Sang Proklamator tak pernah cukup karena selalu diambil untuk membiayai keperluan rumah tangga, atau membantu saudara dan kerabatnya. Hingga maut menjemput pada 14 Maret 1980.

Sungguh wajar bila Iwan Fals terketuk dan mencipta lagu yang hingga kini bisa menggedor simpati kita pada si Bung.

“Jujur, lugu dan bijaksana. Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa rakyat Indonesia.Hujan air mata dari pelosok negeri. Saat melepas engkau pergi. Berjuta kepala tertunduk haru...” –‘Hatta’, Iwan Fals.. (inilah/pahamilah)

 

Dan Sampai Mati, Bung Hatta tak Bisa Beli Sepatu Bally


Bung Hatta atau Muhammad Hatta - (Foto: istimewa)
 
Pahamilah.com - Para pendiri bangsa iniadalah mereka yang sadar bahwa kesederhanaan akan mengukuhkan jiwa. Muhammad Hatta, hanya satu dari banyak teladan untuk kita hari ini.

Bung Hatta begitu sederhana. Mungkin terlalu sederhana, untuk ukuran para pejabat kita saat ini. Bayangkan, pria yang pernah menjadi wakil presiden RI itu, hingga akhir hayatnya tak pernah mampu membeli sepatu Bally yang sangat ia impikan.

Sekretaris pribadi Bung Hatta, Iding Wangsa Widjaja, pernah bercerita. Suatu masa Bung Hatta pernah berjalan-jalan, cuci mata melewati etalase pertokoan di luar negeri. Saat itu Bung Hatta melihat sepasang sepatu Bally, gagah terpajang di kaca etalase.

Bung Hatta disebutkan sangat terkesima, dan ingin memiliki sepatu Bally yang menarik hatinya itu. Sampai-sampai, kata iding, guntingan iklan sepatu Bally itu disimpannya terus di dalam dompet. Ia berharap, pada saatnya akan mampu membeli.

Tetapi harapan itu tak pernah terpenuhi. Tabungan Sang Proklamator tak pernah cukup karena selalu diambil untuk membiayai keperluan rumah tangga, atau membantu saudara dan kerabatnya. Hingga maut menjemput pada 14 Maret 1980.

Sungguh wajar bila Iwan Fals terketuk dan mencipta lagu yang hingga kini bisa menggedor simpati kita pada si Bung.

“Jujur, lugu dan bijaksana. Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa rakyat Indonesia.Hujan air mata dari pelosok negeri. Saat melepas engkau pergi. Berjuta kepala tertunduk haru...” –‘Hatta’, Iwan Fals.. (inilah/pahamilah)

 
H Agus Salim - (Foto: ilustrasi)

Pahamilah.com - Pemimpin besar adalah mereka yang mampu memukau bahkan musuhnya sendiri. H Agus Salim tentu saja salah satu dari para pemimpin besar yang ikut menanamkan fondasi bagi rumah besar bernama Indonesia ini.

Keparipurnaan jiwa Agus Salim mengesankan lawannya, Ketua Delegasi Belanda dalam Perundingan Linggarjati, Prof Willem Schermerhorn. Schermerhon terpukau tak hanya pada ketegasan sikap Agus Salim dalam perdebatan-perdebatan diplomasi Indonesia-Belanda, melainkan juga akan kesederhaan hidupnya.

“Dia pemimpin, salah seorang pendiri negara. Selama hidupnya selalu melarat dan miskin,” kata Schermerhorn. Tapi sang professor tahu, melarat dan miskin, bukanlah padanan kata ‘menderita’.

Kemiskinan Agus Salim adalah kemiskinan yang dijalani dengan sadar dan bangga. Secara tersirat, ada penempatan tanggung jawab yang sangat tinggi di sana.

Leiden is lijden. Memimpin itu menderita,” kata Kasman Singodimedjo, mengulang pepatah kuno Belanda yang sering diucapkan Agus Salim. Sahabat dan adik mentor Agus Salim, mengabadikan kalimat itu dalam buku yang ditulisnya untuk sang mentor, ’Haji Agus Salim, Memimpin adalah Menderita’.

Sebagai pejabat tinggi negara, Agus Salim pernah tinggal di sebuah rumah kontrakan di Gang Lontar Satu; sebuah gang kecil yang sulit diakses di kepadatan permukiman Jakarta. Sebelum menemukan pintu rumahnya, Agus Salim harus lebih dulu masuk ke Gang Kernolong, lalu mlubus ke sebuah gang sempit, sebelum menemukan gang sempit lain yang menjadi lokasi rumahnya. Sebuah buku bahkan pernah menulis, lubang peturasan di rumah itu selalu meluap manakala banjir tahunan datang.

Leiden is lijden. Sebuah pepatah yang mungkin membuat meriang para pemimpin saat ini. Wajar bila mereka menjauhi kata keduanya. (inilah/pahamilah)


Agus Salim, Pemimpin yang Nyaman Melarat

H Agus Salim - (Foto: ilustrasi)

Pahamilah.com - Pemimpin besar adalah mereka yang mampu memukau bahkan musuhnya sendiri. H Agus Salim tentu saja salah satu dari para pemimpin besar yang ikut menanamkan fondasi bagi rumah besar bernama Indonesia ini.

Keparipurnaan jiwa Agus Salim mengesankan lawannya, Ketua Delegasi Belanda dalam Perundingan Linggarjati, Prof Willem Schermerhorn. Schermerhon terpukau tak hanya pada ketegasan sikap Agus Salim dalam perdebatan-perdebatan diplomasi Indonesia-Belanda, melainkan juga akan kesederhaan hidupnya.

“Dia pemimpin, salah seorang pendiri negara. Selama hidupnya selalu melarat dan miskin,” kata Schermerhorn. Tapi sang professor tahu, melarat dan miskin, bukanlah padanan kata ‘menderita’.

Kemiskinan Agus Salim adalah kemiskinan yang dijalani dengan sadar dan bangga. Secara tersirat, ada penempatan tanggung jawab yang sangat tinggi di sana.

Leiden is lijden. Memimpin itu menderita,” kata Kasman Singodimedjo, mengulang pepatah kuno Belanda yang sering diucapkan Agus Salim. Sahabat dan adik mentor Agus Salim, mengabadikan kalimat itu dalam buku yang ditulisnya untuk sang mentor, ’Haji Agus Salim, Memimpin adalah Menderita’.

Sebagai pejabat tinggi negara, Agus Salim pernah tinggal di sebuah rumah kontrakan di Gang Lontar Satu; sebuah gang kecil yang sulit diakses di kepadatan permukiman Jakarta. Sebelum menemukan pintu rumahnya, Agus Salim harus lebih dulu masuk ke Gang Kernolong, lalu mlubus ke sebuah gang sempit, sebelum menemukan gang sempit lain yang menjadi lokasi rumahnya. Sebuah buku bahkan pernah menulis, lubang peturasan di rumah itu selalu meluap manakala banjir tahunan datang.

Leiden is lijden. Sebuah pepatah yang mungkin membuat meriang para pemimpin saat ini. Wajar bila mereka menjauhi kata keduanya. (inilah/pahamilah)