middle ad
Tampilkan postingan dengan label Israel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Israel. Tampilkan semua postingan
 Worldbulletin

Pahamilah.com - Seorang tentara Israel menuliskan pengakuan, tentang apa yang terjadi dalam Perang 50 Hari di Jalur Gaza pada Juli 2014, dalam sebuah artikel, dan dipublikasikan saat penduduk Palestina memperingari Hari Nakba.

"Komandan unit memerintahkan kami bebas menembak warga sipil untuk membalas kematian seorang tentara," ujar Arieh, tulis tentara berusia 20 tahun itu, seperti dikutip worldbulletin.net.

Arieh mengaku dipanggil untuk tugas tempur awal Juli 2014 dan ditempatkan di Jalur Gaza. Sampai beberapa hari sebelum penugasan, tulisnya, Operation Protective Edge -- nama operasi serangan ke Jalur Gaza -- belum diumumkan.

"Beberapa prajurit berspekulasi bahwa akan ada perang," demikian Arieh. "Seorang komandan meminta kami berimajinasi berada dalam radius 200 meter, dan menembak apa saja yang bergerak dalam radius itu."

Komandan unit, masih menurut Arieh, mengatakan; "Kita membom warga sipil untuk senang-senang." Arieh juga mencatat satu hari di bulan April 2014, sekitar pukul 08.00 pagi, serdadu mengunjungi Al-Bureij -- kamp pengungsi padat penghuni di tengah Jalur Gaza.

"Saat itu komandan mengatakan kepada kami untuk memilih target secara acak dan tembak," tulis Arieh. "Kami tidak melihat pejuang Hamas, dan tidak ada yang menembak kami. Namun komandan kami mengatakan; Kita harus mengirim ucapan selamat pagi khas tentara Isarel."

Dalam bagian artikelnya, Arieh menulis; "Saya ingat, suatu hari seorang prajurit dari unit kami tewas. Komandan meminta kami membalas dendam. Saya menembakan meriam secara acak ke wilayah yang hanya empat kilometer dari posisi kami. Kami menembak bangunan sipil berlantai sebelas. Saya menembak warga sipil yang benar-benar tidak bersalah."

Arieh sampai pada kesimpulan Israel tidak sekadar menyasar Hamas, tapi melenyapkan Jalur Gaza dan seluruh penduduknya, termasuk meratakan infrastruktur.

"Pada 19 Juli 2014 kami memasuki Gaza untuk mencari terowongan Hamas yang menghubungan Gaza dan Israel," tulis Arieh. "Yang terjadi adalah kami menghancurkan inftrastruktur Jalur Gaza, bukan Hamas."

Arieh kini menjadi satu dari 60 prajurit Israel yang setuju bersaksi untuk organisasi Breaking the Silence, organisasi veteran perang Israel yang mendokumentasikan kejahatan perang Yahudi. Pertanyaannya, apakah kesaksian Arieh dan rekan-rekannya lebih dari cukup untuk membawa Israel ke Pengadilan Kejahatan Perang? (inilah/pahamilah)

Tentara Israel: Kami Membom Sipil Palestina untuk Senang-senang

 Worldbulletin

Pahamilah.com - Seorang tentara Israel menuliskan pengakuan, tentang apa yang terjadi dalam Perang 50 Hari di Jalur Gaza pada Juli 2014, dalam sebuah artikel, dan dipublikasikan saat penduduk Palestina memperingari Hari Nakba.

"Komandan unit memerintahkan kami bebas menembak warga sipil untuk membalas kematian seorang tentara," ujar Arieh, tulis tentara berusia 20 tahun itu, seperti dikutip worldbulletin.net.

Arieh mengaku dipanggil untuk tugas tempur awal Juli 2014 dan ditempatkan di Jalur Gaza. Sampai beberapa hari sebelum penugasan, tulisnya, Operation Protective Edge -- nama operasi serangan ke Jalur Gaza -- belum diumumkan.

"Beberapa prajurit berspekulasi bahwa akan ada perang," demikian Arieh. "Seorang komandan meminta kami berimajinasi berada dalam radius 200 meter, dan menembak apa saja yang bergerak dalam radius itu."

Komandan unit, masih menurut Arieh, mengatakan; "Kita membom warga sipil untuk senang-senang." Arieh juga mencatat satu hari di bulan April 2014, sekitar pukul 08.00 pagi, serdadu mengunjungi Al-Bureij -- kamp pengungsi padat penghuni di tengah Jalur Gaza.

"Saat itu komandan mengatakan kepada kami untuk memilih target secara acak dan tembak," tulis Arieh. "Kami tidak melihat pejuang Hamas, dan tidak ada yang menembak kami. Namun komandan kami mengatakan; Kita harus mengirim ucapan selamat pagi khas tentara Isarel."

Dalam bagian artikelnya, Arieh menulis; "Saya ingat, suatu hari seorang prajurit dari unit kami tewas. Komandan meminta kami membalas dendam. Saya menembakan meriam secara acak ke wilayah yang hanya empat kilometer dari posisi kami. Kami menembak bangunan sipil berlantai sebelas. Saya menembak warga sipil yang benar-benar tidak bersalah."

Arieh sampai pada kesimpulan Israel tidak sekadar menyasar Hamas, tapi melenyapkan Jalur Gaza dan seluruh penduduknya, termasuk meratakan infrastruktur.

"Pada 19 Juli 2014 kami memasuki Gaza untuk mencari terowongan Hamas yang menghubungan Gaza dan Israel," tulis Arieh. "Yang terjadi adalah kami menghancurkan inftrastruktur Jalur Gaza, bukan Hamas."

Arieh kini menjadi satu dari 60 prajurit Israel yang setuju bersaksi untuk organisasi Breaking the Silence, organisasi veteran perang Israel yang mendokumentasikan kejahatan perang Yahudi. Pertanyaannya, apakah kesaksian Arieh dan rekan-rekannya lebih dari cukup untuk membawa Israel ke Pengadilan Kejahatan Perang? (inilah/pahamilah)
Inggris dan Zionis Israel

Pahamilah.com - Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan pada Selasa (14/10/14) bahwa suara yang mendukung pengakuan Palestina sebagai negara akan beresiko merusak "perdamaian nyata dengan Palestina."

Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Israel, Matthew Gould, mengatakan sentimen publik di Inggris dan seluruh dunia telah mengarah pada Israel lepas perang 50 hari yang digelar rezim itu di Jalur Gaza.

Wakil rakyat di Inggris mengatakan pemungutan suara mendukung negara Palestina adalah "signifikan" karena menunjukkan sikap negatif mereka terhadap rezim Zionis.

Pada Senin (13/10), Anggota Parlemen Inggris mengadakan pemungutan suara mendukung keberadaan negara Palestina dengan suara mayoritas 274-12 setelah sebelumnya terjadi perdebatan selama enam jam.

Sepanjang perdebatan, banyak anggota parlemen yang menyoroti penderitaan rakyat Palestina.

Perdebatan itu muncul setelah Swedia mengakui Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat. Negara-negara Eropa lainnya cenderung mengikuti. (islamtimes/pahamilah)

Israel Marah Inggris Akui Palestina

Inggris dan Zionis Israel

Pahamilah.com - Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan pada Selasa (14/10/14) bahwa suara yang mendukung pengakuan Palestina sebagai negara akan beresiko merusak "perdamaian nyata dengan Palestina."

Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Israel, Matthew Gould, mengatakan sentimen publik di Inggris dan seluruh dunia telah mengarah pada Israel lepas perang 50 hari yang digelar rezim itu di Jalur Gaza.

Wakil rakyat di Inggris mengatakan pemungutan suara mendukung negara Palestina adalah "signifikan" karena menunjukkan sikap negatif mereka terhadap rezim Zionis.

Pada Senin (13/10), Anggota Parlemen Inggris mengadakan pemungutan suara mendukung keberadaan negara Palestina dengan suara mayoritas 274-12 setelah sebelumnya terjadi perdebatan selama enam jam.

Sepanjang perdebatan, banyak anggota parlemen yang menyoroti penderitaan rakyat Palestina.

Perdebatan itu muncul setelah Swedia mengakui Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat. Negara-negara Eropa lainnya cenderung mengikuti. (islamtimes/pahamilah)


Pahamilah.com - Tel Aviv, Tiga tentara elite Israel yang terlibat dalam perang 50 hari di Jalur Gaza bunuh diri akibat masalah psikologis.

Harian Maariv memberitakan ketiganya adalah anggota pasukan elite Brigade Golani. Mereka diterjunkan ke Jalur Gaza untuk menghadapi Hamas, dan menghancurkan tempat-tempat peluncuran roket.

Dua serdadu bunuh diri di dekat perbatasan Israel-Jalur Gaza. Lainnya bunuh diri di satu wilayah di tengah Israel.

Tidak ada informasi dengan cara apa ketiganya mengakhiri hidup. Maariv hanya memberitakan polisi militer masih menyelidiki motif bunuh diri ketiganya. Sedangkan militer Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi.

Tahun 2013, delapan tentara Israel juga melakukan bunuh diri sepulang dari medan perang Jalur Gaza. Israel menutup rapat-rapat informasi di balik keputusan mereka bunuh diri.

Yang pasti, setiap kali perang di Jalur Gaza, Israel lebih banyak membunuh warga sipil. Terakhir, dalam perang 50 hari, Israel membunuh 2.130 warga sipil Palestina, dan melukai 11 ribu lainnya.

Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan korban terbanyak adalah anak-anak dan wanita, masing-masing 578 dan 260. Israel, menurut pengakuan resmi Tel Aviv, kehilangan 70 serdadu.

Hamas mengatakan jumlah serdadu Israel yang tewas di Jalur Gaza lebih dari 150. (inilah/pahamilah)


3 Serdadu Israel yang Bertempur di Gaza Bunuh Diri


Pahamilah.com - Tel Aviv, Tiga tentara elite Israel yang terlibat dalam perang 50 hari di Jalur Gaza bunuh diri akibat masalah psikologis.

Harian Maariv memberitakan ketiganya adalah anggota pasukan elite Brigade Golani. Mereka diterjunkan ke Jalur Gaza untuk menghadapi Hamas, dan menghancurkan tempat-tempat peluncuran roket.

Dua serdadu bunuh diri di dekat perbatasan Israel-Jalur Gaza. Lainnya bunuh diri di satu wilayah di tengah Israel.

Tidak ada informasi dengan cara apa ketiganya mengakhiri hidup. Maariv hanya memberitakan polisi militer masih menyelidiki motif bunuh diri ketiganya. Sedangkan militer Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi.

Tahun 2013, delapan tentara Israel juga melakukan bunuh diri sepulang dari medan perang Jalur Gaza. Israel menutup rapat-rapat informasi di balik keputusan mereka bunuh diri.

Yang pasti, setiap kali perang di Jalur Gaza, Israel lebih banyak membunuh warga sipil. Terakhir, dalam perang 50 hari, Israel membunuh 2.130 warga sipil Palestina, dan melukai 11 ribu lainnya.

Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan korban terbanyak adalah anak-anak dan wanita, masing-masing 578 dan 260. Israel, menurut pengakuan resmi Tel Aviv, kehilangan 70 serdadu.

Hamas mengatakan jumlah serdadu Israel yang tewas di Jalur Gaza lebih dari 150. (inilah/pahamilah)


Bendera Israel 

Pahamilah.com - Berhubungan intim dengan lelaki non Yahudi untuk mendapatkan uang adalah upaya wanita merekrut mereka untuk masuk Yahudi.

Bahkan mereka bisa menjadi penganut Yahudi ortodoks yang lebih baik, hingga pemimpin yang menjanjikan.

Sebuah lingkaran prostitusi di Israel selama bertahun – tahun meyakinkan perempuan bahwa masa depan Negara Israel tertumpu pada mereka yang berhubungan seks dengan lelaki non Yahudi, ungkap seorang polisi setempat.

Penyidikan polisi menemukan delapan pimpinannya disebut messianik yang dikultuskan.

Mereka dikecam masyarakat setempat karena mengajarkan wanita untuk melacurkan diri kepada lelaki non Yahudi dengan alasan, untuk menyelamatkan masyarakat Yahudi dan menebus dosa, sebagaimana dilaporkan Haaretz pekan lalu.

Sejumlah wanita yang direkrut dalam kondisi mabuk alkohol dan obat – obatan diberitahukan bahwa kondisi spiritual mereka bergantung pada usaha mereka menjual seks (layaknya pelacur, - red) kepada klien.

Polisi sudah menutup lingkaran prostitusi ini. Delapan tersangka ditahan, termasuk seorang penduduk Tepi Barat Israel yang dikategorikan penganut garis keras di Kompleks Bat Ayin, David Dvash (60).

Dia menyebut dirinya David yang terbaik, memiliki 15 anak dan beristri dua. Salah satunya adalah tersangka dalam kasus ini.

Pada mulanya polisi menyelidiki kasus ini sejak empat bulan lalu setelah kelompok ekstrimis bernama Lehava, menolak untuk menikah dengan lelaki dan wanita non Yahudi.

Kelompok tersebut sangat keras mengecam kelompok prostitusi tersebut, karena tidak setuju dengan pernikahan berbeda agama.

Lingkaran prostitusi ini sudah aktif sejak enam hingga tujuh tahun lalu. Lima wanita berhasil direkrut. Mereka berhasil merekrut klien warga Palestina di Tepi Barat dan juga klien lain dari Tel Aviv.

Polisi yang memimpin penyidikan kasus ini, Superintenden Arik Mordechai, memaparkan kepada Haaretz bahwa 15 wanita sudah direkrut. Beberapa diantara mereka berumur dibawah 18 tahun.

Mereka melayani kebutuhan seks klien dari Palestina di Tepi Barat dan pekerja asing di Tel Aviv. Pemimpin kelompok ini terbukti melakukan eksploitasi terhadap wanita.

Ini bukan satu – satunya lingkaran prostitusi yang tersangka anggap ‘sakral’ sehingga menghebohkan pemberitaan Israel.

Dalam kasus terpisah pengadilan Tel Aviv memvonis lelaki 64 tahun karena melakukan pemerkosaan, persetubuhan dengan saudara kandung, dan sejumlah kejahatan.

Lelaki ini menikahi 21 wanita dan dianugerahi 38 anak.

Mereka dinobatkan sebagai penyelamat, yang dalam ungkapan Ibrani disebut Goel.

Beberapa anak perempuannya adalah korban pemerkosaan lelaki tua itu.

Lelaki bernama Goel Ratzon ini sayangnya dianggap tidak bersalah dalam kasus perbudakan.

Padahal sejumlah wanita yang menjadi korbannya menyatakan mereka adalah bagian dari perbudakan lelaki ini.

Mereka memiliki tato nama lelaki ini di tubuh mereka.

Budaya prostitusi yang dianggap sakral sudah ada sejak zaman dahulu.

Prostitusi atau pelacuran dianggap sebagai melakukan dosa. Dalam ungkapan Ibrani disebut dengan znh  yang artinya melacurkan diri. Dalam perjanjian lama disebutkan hal ini sebagai dosa.

Encyclopedia of Religion menyebut aktifitas seksual seperti ini dianggap meninggalkan penyembahan kepada Yahweh (Tuhan dalam sebutan Yahudi, -red). Ini digambarkan sebagai dosa terburuk.

Lingkaran prostitusi seperti ini memang ada saja, namun tidak mudah ditemukan, karena mereka berkelompok dan melakukan pelacuran yang dianggap bagian dari peribadatan secara eksklusif.

Penulis naskah kuno Ibrani menyebutkan aktifitas pelacuran ini dilakukan oleh pelacur wanita yang disebut qedushah dan juga laki – laki atau qodesh.

Jejak pelacuran ini bahkan ditemukan di sekitar Kuil Yerusalem, yang kini menjadi bagian dari wilayah Israel. Ilmuwan mengungkapkan adanya jejak para nabi yang memerangi tradisi ini.

Tradisi ini berhasil diberantas  pada saat kehancuran Yerusalem, yaitu pada tahun 586 sebelum masehi. Pada saat itu, peradaban Babilonia mulai hancur.

Ilmuwan perjanjian lama, Walter Kornfeld, menyebutkan hilangnya tradisi ini menunjukkan munculnya institusi agama Yahudi dengan tradisi menyembah satu Tuhan.

Padahal ketika itu, aktifitas spiritual berupa peribadatan dengan berhubungan seks adalah hal esensial dalam ajaran – ajaran sejumlah kepercayaan, karena dianggap mampu mengeluarkan kekuatan kehidupan misterius yang termanifestasi dalam kehidupan sehari – hari. (republika/pahamilah)

Masa Depan Israel ada pada Pelacuran?

Bendera Israel 

Pahamilah.com - Berhubungan intim dengan lelaki non Yahudi untuk mendapatkan uang adalah upaya wanita merekrut mereka untuk masuk Yahudi.

Bahkan mereka bisa menjadi penganut Yahudi ortodoks yang lebih baik, hingga pemimpin yang menjanjikan.

Sebuah lingkaran prostitusi di Israel selama bertahun – tahun meyakinkan perempuan bahwa masa depan Negara Israel tertumpu pada mereka yang berhubungan seks dengan lelaki non Yahudi, ungkap seorang polisi setempat.

Penyidikan polisi menemukan delapan pimpinannya disebut messianik yang dikultuskan.

Mereka dikecam masyarakat setempat karena mengajarkan wanita untuk melacurkan diri kepada lelaki non Yahudi dengan alasan, untuk menyelamatkan masyarakat Yahudi dan menebus dosa, sebagaimana dilaporkan Haaretz pekan lalu.

Sejumlah wanita yang direkrut dalam kondisi mabuk alkohol dan obat – obatan diberitahukan bahwa kondisi spiritual mereka bergantung pada usaha mereka menjual seks (layaknya pelacur, - red) kepada klien.

Polisi sudah menutup lingkaran prostitusi ini. Delapan tersangka ditahan, termasuk seorang penduduk Tepi Barat Israel yang dikategorikan penganut garis keras di Kompleks Bat Ayin, David Dvash (60).

Dia menyebut dirinya David yang terbaik, memiliki 15 anak dan beristri dua. Salah satunya adalah tersangka dalam kasus ini.

Pada mulanya polisi menyelidiki kasus ini sejak empat bulan lalu setelah kelompok ekstrimis bernama Lehava, menolak untuk menikah dengan lelaki dan wanita non Yahudi.

Kelompok tersebut sangat keras mengecam kelompok prostitusi tersebut, karena tidak setuju dengan pernikahan berbeda agama.

Lingkaran prostitusi ini sudah aktif sejak enam hingga tujuh tahun lalu. Lima wanita berhasil direkrut. Mereka berhasil merekrut klien warga Palestina di Tepi Barat dan juga klien lain dari Tel Aviv.

Polisi yang memimpin penyidikan kasus ini, Superintenden Arik Mordechai, memaparkan kepada Haaretz bahwa 15 wanita sudah direkrut. Beberapa diantara mereka berumur dibawah 18 tahun.

Mereka melayani kebutuhan seks klien dari Palestina di Tepi Barat dan pekerja asing di Tel Aviv. Pemimpin kelompok ini terbukti melakukan eksploitasi terhadap wanita.

Ini bukan satu – satunya lingkaran prostitusi yang tersangka anggap ‘sakral’ sehingga menghebohkan pemberitaan Israel.

Dalam kasus terpisah pengadilan Tel Aviv memvonis lelaki 64 tahun karena melakukan pemerkosaan, persetubuhan dengan saudara kandung, dan sejumlah kejahatan.

Lelaki ini menikahi 21 wanita dan dianugerahi 38 anak.

Mereka dinobatkan sebagai penyelamat, yang dalam ungkapan Ibrani disebut Goel.

Beberapa anak perempuannya adalah korban pemerkosaan lelaki tua itu.

Lelaki bernama Goel Ratzon ini sayangnya dianggap tidak bersalah dalam kasus perbudakan.

Padahal sejumlah wanita yang menjadi korbannya menyatakan mereka adalah bagian dari perbudakan lelaki ini.

Mereka memiliki tato nama lelaki ini di tubuh mereka.

Budaya prostitusi yang dianggap sakral sudah ada sejak zaman dahulu.

Prostitusi atau pelacuran dianggap sebagai melakukan dosa. Dalam ungkapan Ibrani disebut dengan znh  yang artinya melacurkan diri. Dalam perjanjian lama disebutkan hal ini sebagai dosa.

Encyclopedia of Religion menyebut aktifitas seksual seperti ini dianggap meninggalkan penyembahan kepada Yahweh (Tuhan dalam sebutan Yahudi, -red). Ini digambarkan sebagai dosa terburuk.

Lingkaran prostitusi seperti ini memang ada saja, namun tidak mudah ditemukan, karena mereka berkelompok dan melakukan pelacuran yang dianggap bagian dari peribadatan secara eksklusif.

Penulis naskah kuno Ibrani menyebutkan aktifitas pelacuran ini dilakukan oleh pelacur wanita yang disebut qedushah dan juga laki – laki atau qodesh.

Jejak pelacuran ini bahkan ditemukan di sekitar Kuil Yerusalem, yang kini menjadi bagian dari wilayah Israel. Ilmuwan mengungkapkan adanya jejak para nabi yang memerangi tradisi ini.

Tradisi ini berhasil diberantas  pada saat kehancuran Yerusalem, yaitu pada tahun 586 sebelum masehi. Pada saat itu, peradaban Babilonia mulai hancur.

Ilmuwan perjanjian lama, Walter Kornfeld, menyebutkan hilangnya tradisi ini menunjukkan munculnya institusi agama Yahudi dengan tradisi menyembah satu Tuhan.

Padahal ketika itu, aktifitas spiritual berupa peribadatan dengan berhubungan seks adalah hal esensial dalam ajaran – ajaran sejumlah kepercayaan, karena dianggap mampu mengeluarkan kekuatan kehidupan misterius yang termanifestasi dalam kehidupan sehari – hari. (republika/pahamilah)

Tentara Israel 

Pahamilah.com - Media berbahasa Ibrani memuat surat yang berisi permohonan puluhan tentara Israel kepada Staff Militer dan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu untuk tak lagi bertugas di Palestina. Dalam surat tersebut, sebanyak 43 tentara yang tergabung di satuan 8.200 pasukan cadangan unit intelejen Israel ini mengaku insting moral sebagai landasan utama penolakan untuk memerangi Palestina.

“Kami menyatakan diri menolak untuk ikut lagi ambil bagian dalam segala kegiatan Israel di Palestina, kami tidak mau lagi terlibat dalam ususan militer yang bersentuhan langsung dengan warga sipil Palestina,” tulis salah satu prajurit Israel pada Jumat (12/9) dikutip dari usatoday.com.

Ke-43 tentara ini sepakat, kegiatan intelejen Israel sudah menganggu kehidupan warga Palestina. Mereka juga berpandangan tak ada sisi positif dari perang di wilayah Gaza selain terus memperpajang konflik Israel-Palestina.

Salah satu tentara juga menulis bahwa terkadang strategi intelejen Israel di Palestina tidaklah menghargai hak asasi manusia. Seperti, memanfaatkan orang-orang lokal untuk menjadi informan dengan cara tak manusiawi, semisal melalui pemerasan.

“Kami juga melihat bahwa upaya Israel untuk mengontrol Palestina lebih didorong faktor politis ketimbang masalah keamanan,” tambah salah seorang tentara lainnya dalam surat tersebut.

Meski demikian, mereka mengaku bersikap tak setia seperti ini kepada negara hanya terkait Palestina saja. Sementara itu, masih dikutip usatoday.com, pihak juru bicara Perdana Menteri Netanyahu menolak berkomentar atas sikap ke-43 tentaranya ini. (republika/pahamilah)

Puluhan Tentara Israel Tulis Surat Berisi Penolakan Perangi Palestina

Tentara Israel 

Pahamilah.com - Media berbahasa Ibrani memuat surat yang berisi permohonan puluhan tentara Israel kepada Staff Militer dan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu untuk tak lagi bertugas di Palestina. Dalam surat tersebut, sebanyak 43 tentara yang tergabung di satuan 8.200 pasukan cadangan unit intelejen Israel ini mengaku insting moral sebagai landasan utama penolakan untuk memerangi Palestina.

“Kami menyatakan diri menolak untuk ikut lagi ambil bagian dalam segala kegiatan Israel di Palestina, kami tidak mau lagi terlibat dalam ususan militer yang bersentuhan langsung dengan warga sipil Palestina,” tulis salah satu prajurit Israel pada Jumat (12/9) dikutip dari usatoday.com.

Ke-43 tentara ini sepakat, kegiatan intelejen Israel sudah menganggu kehidupan warga Palestina. Mereka juga berpandangan tak ada sisi positif dari perang di wilayah Gaza selain terus memperpajang konflik Israel-Palestina.

Salah satu tentara juga menulis bahwa terkadang strategi intelejen Israel di Palestina tidaklah menghargai hak asasi manusia. Seperti, memanfaatkan orang-orang lokal untuk menjadi informan dengan cara tak manusiawi, semisal melalui pemerasan.

“Kami juga melihat bahwa upaya Israel untuk mengontrol Palestina lebih didorong faktor politis ketimbang masalah keamanan,” tambah salah seorang tentara lainnya dalam surat tersebut.

Meski demikian, mereka mengaku bersikap tak setia seperti ini kepada negara hanya terkait Palestina saja. Sementara itu, masih dikutip usatoday.com, pihak juru bicara Perdana Menteri Netanyahu menolak berkomentar atas sikap ke-43 tentaranya ini. (republika/pahamilah)

Yair Lapid 

Pahamilah.com - Menteri Keuangan Israel Yair Lapid Ahad (31/8) mengatakan, Israel  dan beberapa negara Arab seharusnya bekerja sama dalam membangun kembali Gaza serta melucuti persenjataan Hamas yang telah menguasai daerah ini. Pernyataan ini juga muncul hampir sepekan setelah mencapai kesepakatan gencatan senjata setelah hampir dua bulan berperang.

"Kita butuh konferensi regional bersama Mesir, Arab, dan negara-negara padang pasir. Konferensi tersebut harus fokus pada satu hal, yaitu memastikan rehabilitasi berjalan bersamaan dengan demiliterisasi," kata Lapid.

Tidak jelas bagaimana rencana Lapid untuk melakukan demiliterisasi Hamas. Hamas sendiri mengatakan tidak akan menyerahkan senjatanya. Belum jelas pula bagaimana reapon dari negara-negara Arab yang dimaksud. Lapid tidak menjelaskan adanya negara yang telah berunding tentang hal ini.

"Ini tuntutan yang bodoh dan tak ada satupun rakyat Palestina akan menyetui usul ini. Senjata kami digunakan untuk melindungi rakyat kami. Dan hak ini dilindungi oleh Tuhan dan hukum manusia," kata juru bicara Hamas di Gaza, Mushir al-Masri.

Hamas dan kelompok militan lain di Gaza meluncurkan 4.591 roket dan peluru ke Israel selama perang. Sementara itu, Israel menyerang 5.226 "target" di Gaza. Kedua belah pihak akan mengadakan diskusi tidak langsung di Mesir bulan depan.  (republika/pahamilah)

Soal Hamas, Inilah Ajakan Israel Kepada Negara Arab

Yair Lapid 

Pahamilah.com - Menteri Keuangan Israel Yair Lapid Ahad (31/8) mengatakan, Israel  dan beberapa negara Arab seharusnya bekerja sama dalam membangun kembali Gaza serta melucuti persenjataan Hamas yang telah menguasai daerah ini. Pernyataan ini juga muncul hampir sepekan setelah mencapai kesepakatan gencatan senjata setelah hampir dua bulan berperang.

"Kita butuh konferensi regional bersama Mesir, Arab, dan negara-negara padang pasir. Konferensi tersebut harus fokus pada satu hal, yaitu memastikan rehabilitasi berjalan bersamaan dengan demiliterisasi," kata Lapid.

Tidak jelas bagaimana rencana Lapid untuk melakukan demiliterisasi Hamas. Hamas sendiri mengatakan tidak akan menyerahkan senjatanya. Belum jelas pula bagaimana reapon dari negara-negara Arab yang dimaksud. Lapid tidak menjelaskan adanya negara yang telah berunding tentang hal ini.

"Ini tuntutan yang bodoh dan tak ada satupun rakyat Palestina akan menyetui usul ini. Senjata kami digunakan untuk melindungi rakyat kami. Dan hak ini dilindungi oleh Tuhan dan hukum manusia," kata juru bicara Hamas di Gaza, Mushir al-Masri.

Hamas dan kelompok militan lain di Gaza meluncurkan 4.591 roket dan peluru ke Israel selama perang. Sementara itu, Israel menyerang 5.226 "target" di Gaza. Kedua belah pihak akan mengadakan diskusi tidak langsung di Mesir bulan depan.  (republika/pahamilah)

Tentara Zionis Israel, mencoba menyerang Gaza

Pahamilah.com - Menteri Keamanan Dalam Negeri Zionis Israel, Yitzhak Aharonovitch memperingatkan bahwa rezim Tel Aviv kemungkinan besar akan memulai serangan darat baru ke Jalur Gaza yang terkepung.

Pernyataan itu diutarakannya pada hari Jumat (22/8/14) dihadapan entitas Zionis Israel yang terluka akibat serangan roket pembalasan Palestina di kota selatan Asdod.

Sebelumnya, militer Israel juga melancarkan serangan militer baru terhadap Gaza pada tanggal 8 Juli dalam upaya menghancurkan kemampuan roket pejuang Perlawanan Palestina.

Pada tanggal 18 Juli, Tel Aviv juga mulai menginvasi darat Jalur Gaza Palestina. Namun, rezim kemudian menarik mudnur pasukannya dan mengklaim telah menghancurkan puluhan terowongan yang dibuat warga Palestina menuju Israel.

Sumber-sumber Israel mengatakan pejuang Palestina sejauh ini telah menembakkan lebih dari 500 roket dari wilayah Gaza Palestina sejak gencatan senjata sementara gagal pada hari Selasa (19/8).

Sementara itu akibat agresi brutal Israel, jumlah korban tewas keseluruhan bertambah menjadi sekitar 2.100 orang, sementara lebih dari 10.500 terluka sejak 8 Juli lalu. Sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk dari mereka wanita dan anak-anak.  (islamtimes/pahamilah)

Israel akan Lancarkan Serangan Darat Baru ke Gaza

Tentara Zionis Israel, mencoba menyerang Gaza

Pahamilah.com - Menteri Keamanan Dalam Negeri Zionis Israel, Yitzhak Aharonovitch memperingatkan bahwa rezim Tel Aviv kemungkinan besar akan memulai serangan darat baru ke Jalur Gaza yang terkepung.

Pernyataan itu diutarakannya pada hari Jumat (22/8/14) dihadapan entitas Zionis Israel yang terluka akibat serangan roket pembalasan Palestina di kota selatan Asdod.

Sebelumnya, militer Israel juga melancarkan serangan militer baru terhadap Gaza pada tanggal 8 Juli dalam upaya menghancurkan kemampuan roket pejuang Perlawanan Palestina.

Pada tanggal 18 Juli, Tel Aviv juga mulai menginvasi darat Jalur Gaza Palestina. Namun, rezim kemudian menarik mudnur pasukannya dan mengklaim telah menghancurkan puluhan terowongan yang dibuat warga Palestina menuju Israel.

Sumber-sumber Israel mengatakan pejuang Palestina sejauh ini telah menembakkan lebih dari 500 roket dari wilayah Gaza Palestina sejak gencatan senjata sementara gagal pada hari Selasa (19/8).

Sementara itu akibat agresi brutal Israel, jumlah korban tewas keseluruhan bertambah menjadi sekitar 2.100 orang, sementara lebih dari 10.500 terluka sejak 8 Juli lalu. Sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk dari mereka wanita dan anak-anak.  (islamtimes/pahamilah)

PM Benjamin Netanyahu

Pahamilah.com - Parlemen dan seluruh anggota kabinet Israel mendesak PM Benjamin Netanyahu menggunakan seluruh kekuatan militer untuk menghancurkan Jalur Gaza dan membunuh lebih banyak penduduknya.

"Jika tidak ada yang bisa dicapai lewat jalur diplomatik, gunakan cara militer," ujar Gilard Erdan, menteri komunikasi dan satu dari delapan anggota keamanan di dalam kabinet PM Netanyahu.

Kepada Radio Milier, Erdan -- dari Partai Likud -- mengatakan mengambil alih Jalur Gaza adalah satu-satunya pilihan setelah upaya diplomatik gagal.

Naftali Bennett, ketua Bayit Yehudi, mengatakan Israel tidak boleh tampak lemah di hadapan Hamas, karena sangat membahayakan doktrin penangkalan.

"Hamas tidak akan berhenti berharap menghancurkan negara Yahudi," Bennett memperingatakan.

Israel, masih menurut Bennet, juga tidak bisa memandang Hamas dengan kaca mata Barat. "Hamas tidak menginginkan ketenangan dan perdamaian, dan demokrasi. Nilai kita tidak sama dengan nilai mereka," ujar Bennet seperti dikutip Jerusalem Post.

Uri Ariel, menteri perumahan dan rekan Bennett di Bayit Yehuda, mengatakan; "Kita harus membom Jalur Gaza sampai Hamas kalah, untuk mengembalikan rasa aman Israel."

Di Knesset, parlemen Israel, pemimpin opisisi Isaac Herzog (Partai Buruh) mengatakan tugas Netanyahu adalah memberikan rasa aman dan menyelesaikan persoalan di selatan.

"Jika Netanyahu tidak bisa mengatasi Hamas, dan menghadirkan ketenangan palsu, itu membuktikan pemerintah saat ini lemah dan gagal," ujarnya.

Senada dengan Herzog, Nachman Shai -- anggota Knesset dari Partai Buruh -- mengatakan; "Jangan lagi berunding. Gunakan bahasa yang dimengerti Hamas, yaitu kekerasan."

Namun Yaakov Peri, menteri Iptek dari Yesh Atid, menentang pendudukan kembali Jalur Gaza. "Israel tidak berminat mengontrol orang Palestina yang tinggal di Jalur Gaza," ujarnya. (inilah/pahamilah)

Parlemen Israel Desak Netanyahu Hancurkan Gaza

PM Benjamin Netanyahu

Pahamilah.com - Parlemen dan seluruh anggota kabinet Israel mendesak PM Benjamin Netanyahu menggunakan seluruh kekuatan militer untuk menghancurkan Jalur Gaza dan membunuh lebih banyak penduduknya.

"Jika tidak ada yang bisa dicapai lewat jalur diplomatik, gunakan cara militer," ujar Gilard Erdan, menteri komunikasi dan satu dari delapan anggota keamanan di dalam kabinet PM Netanyahu.

Kepada Radio Milier, Erdan -- dari Partai Likud -- mengatakan mengambil alih Jalur Gaza adalah satu-satunya pilihan setelah upaya diplomatik gagal.

Naftali Bennett, ketua Bayit Yehudi, mengatakan Israel tidak boleh tampak lemah di hadapan Hamas, karena sangat membahayakan doktrin penangkalan.

"Hamas tidak akan berhenti berharap menghancurkan negara Yahudi," Bennett memperingatakan.

Israel, masih menurut Bennet, juga tidak bisa memandang Hamas dengan kaca mata Barat. "Hamas tidak menginginkan ketenangan dan perdamaian, dan demokrasi. Nilai kita tidak sama dengan nilai mereka," ujar Bennet seperti dikutip Jerusalem Post.

Uri Ariel, menteri perumahan dan rekan Bennett di Bayit Yehuda, mengatakan; "Kita harus membom Jalur Gaza sampai Hamas kalah, untuk mengembalikan rasa aman Israel."

Di Knesset, parlemen Israel, pemimpin opisisi Isaac Herzog (Partai Buruh) mengatakan tugas Netanyahu adalah memberikan rasa aman dan menyelesaikan persoalan di selatan.

"Jika Netanyahu tidak bisa mengatasi Hamas, dan menghadirkan ketenangan palsu, itu membuktikan pemerintah saat ini lemah dan gagal," ujarnya.

Senada dengan Herzog, Nachman Shai -- anggota Knesset dari Partai Buruh -- mengatakan; "Jangan lagi berunding. Gunakan bahasa yang dimengerti Hamas, yaitu kekerasan."

Namun Yaakov Peri, menteri Iptek dari Yesh Atid, menentang pendudukan kembali Jalur Gaza. "Israel tidak berminat mengontrol orang Palestina yang tinggal di Jalur Gaza," ujarnya. (inilah/pahamilah)

Tentara Israel menangis

Pahamilah.com - Kemarin, di wilayah pendudukan Palestina yang sejak 1948 dikoloni oleh rezim zionis dengan dukungan AS dan negara-negara Eropa, terjadi unjuk rasa damai yang terbesar sejak rezim zionis meluncurkan operasi "Protective Edge" pada 8 Juli lalu. Agresi brutal setidaknya telah merengut nyawa 1980 warga Palestina dan mencederai ribuan lainnya.

Unjuk rasa yang diikuti puluhan ribu demonstran Yahudi itu diselenggarakan partai Meretz progresif dan Peace Now, sebuah kelompok aktivis yang menentang pembangunan permukiman Yahudi di wilayah yang diduduki. Para pengunjuk rasa juga menyatakan kemarahannya pada rezim Netanyahu, dengan meneriakkan "Bibi, pulanglah!"

The Jerusalem Post melaporkan:

"Pemimpin Meretz MK Zehava Gal-On mengatakan, Netanyahu harus berhenti karena gagal dalam upayanya menciptakan ketenangan di selatan, walaupun punya 'cek kosong' untuk menjabat selama lima tahun. Ia mengatakan, 'Israel' akan melakukan lebih baik untuk mengangkat blokade di Gaza, mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina (yang meliputi wilayah yang dicaplok sejak 1948), dan kembali ke perundingan yang melampaui gencatan senjata."

"Anda dapat mencapai kerangka kerja yang Anda sudi terima sekarang tanpa membayar harga 64 tentara tewas dan kematian warga sipil," kata Gal-On kepada Netanyahu. Kerumunan orang kontan berteriak "Bibi pulanglah."

"... Sambil membelakangi gedung balaikota Tel Aviv yang mengibarkan bendera raksasa 'Israel', para pengunjuk rasa mengusung poster bertuliskan, 'Yahudi dan Arab menolak menjadi musuh,' dan 'Jika tak ada perdamaian, perang terjadi'."

Adapun harian zionis Times of Israel menuturkan,

"Penulis David Grossman berpidato ke arah kerumunan, dan mengatakan bahwa 'Israel' 'menenggelamkan rumah kami dalam fanatisme dan kebencian dari dalam'."

"Gerakan berbahaya sedang datang melintasi 'Israel' karena rasa putus asa, kecemasan, nasionalisme, dan rasisme meletus secara serentak," katanya. "Tak satu kata pun kutukan yang diucapkan perdana menteri. Akan sangat sulit untuk mengendalikan kekuatan gelap. Saya kuatir, para pemimpin senang melihat kaum Kiri disandera, tapi kondisi pasang ini akan berbalik melawan mereka saat mereka tampak terlalu moderat. Proses dan fenomena ini sayangnya akan mengubah 'Israel' jadi lebih radikal, militan, kultus xenophobia, terisolasi, dan dikucilkan. (islamtimes/pahamilah)


Imbas Agresi Gaza, Zionis Protes Zionis

Tentara Israel menangis

Pahamilah.com - Kemarin, di wilayah pendudukan Palestina yang sejak 1948 dikoloni oleh rezim zionis dengan dukungan AS dan negara-negara Eropa, terjadi unjuk rasa damai yang terbesar sejak rezim zionis meluncurkan operasi "Protective Edge" pada 8 Juli lalu. Agresi brutal setidaknya telah merengut nyawa 1980 warga Palestina dan mencederai ribuan lainnya.

Unjuk rasa yang diikuti puluhan ribu demonstran Yahudi itu diselenggarakan partai Meretz progresif dan Peace Now, sebuah kelompok aktivis yang menentang pembangunan permukiman Yahudi di wilayah yang diduduki. Para pengunjuk rasa juga menyatakan kemarahannya pada rezim Netanyahu, dengan meneriakkan "Bibi, pulanglah!"

The Jerusalem Post melaporkan:

"Pemimpin Meretz MK Zehava Gal-On mengatakan, Netanyahu harus berhenti karena gagal dalam upayanya menciptakan ketenangan di selatan, walaupun punya 'cek kosong' untuk menjabat selama lima tahun. Ia mengatakan, 'Israel' akan melakukan lebih baik untuk mengangkat blokade di Gaza, mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina (yang meliputi wilayah yang dicaplok sejak 1948), dan kembali ke perundingan yang melampaui gencatan senjata."

"Anda dapat mencapai kerangka kerja yang Anda sudi terima sekarang tanpa membayar harga 64 tentara tewas dan kematian warga sipil," kata Gal-On kepada Netanyahu. Kerumunan orang kontan berteriak "Bibi pulanglah."

"... Sambil membelakangi gedung balaikota Tel Aviv yang mengibarkan bendera raksasa 'Israel', para pengunjuk rasa mengusung poster bertuliskan, 'Yahudi dan Arab menolak menjadi musuh,' dan 'Jika tak ada perdamaian, perang terjadi'."

Adapun harian zionis Times of Israel menuturkan,

"Penulis David Grossman berpidato ke arah kerumunan, dan mengatakan bahwa 'Israel' 'menenggelamkan rumah kami dalam fanatisme dan kebencian dari dalam'."

"Gerakan berbahaya sedang datang melintasi 'Israel' karena rasa putus asa, kecemasan, nasionalisme, dan rasisme meletus secara serentak," katanya. "Tak satu kata pun kutukan yang diucapkan perdana menteri. Akan sangat sulit untuk mengendalikan kekuatan gelap. Saya kuatir, para pemimpin senang melihat kaum Kiri disandera, tapi kondisi pasang ini akan berbalik melawan mereka saat mereka tampak terlalu moderat. Proses dan fenomena ini sayangnya akan mengubah 'Israel' jadi lebih radikal, militan, kultus xenophobia, terisolasi, dan dikucilkan. (islamtimes/pahamilah)


Gaza, dalam serangan Zionis Israel

Pahamilah.com - Pejabat itu, yang berbicara kepada AFP, mengkonfirmasi delegasi telah "diperintahkan untuk kembali dari Kairo" dalam menanggapi dugaan serangan roket yang datang hanya tujuh jam sebelum berakhirnya perpanjangan gencatan senjata 24 jam yang berakhir pada tengah malam.

Juru bicara pemerintah Israel, Mark Regev mengatakan Israel tidak lagi terikat oleh perjanjian gencatan senjata, setelah tiga roket yang ditembakkan dari Gaza menyerang Israel selatan. Asap mengepul di atas Kota Gaza, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan militer di Gaza, menyusul dugaan serangan roket.

Israel dan Palestina telah berjuang untuk mencapai kesepakatan dalam pembicaraan yang berlangsung ditengahi Mesir sebelum perpanjangan gencatan senjata Gaza sehari habis.
Seorang juru bicara militer menyatakan bahwa roket mendarat di daerah terbuka di dekat kota Beersheba dan tidak ada laporan tentang korban.

Kepala delegasi Palestina untuk negosiasi langsung dengan Israel di Kairo memperingatkan bahwa kekerasan bisa meledak kembali jika mereka gagal.

Setelah menit terakhir perjanjian terhenti pada Senin (18/8) untuk memperpanjang hingga 24 jam, sampai 2100 GMT pada hari Selasa (19/8), tenggat waktu untuk mencapai gencatan senjata, Azzam al-Ahmad, pemimpin senior gerakan Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, mengatakan ada "tidak ada kemajuan pada titik apapun "dalam pembicaraan.

Palestina menuntut diakhirinya blokade Mesir dan Israel dari Jalur Gaza yang melumpuhkan secara ekonomi, di mana Israel melancarkan serangan pada tanggal 8 Juli.

Para pejabat Palestina mengadakan pertemuan lagi pada hari Selasa (19/8) dengan mediator Mesir.

Kesepakatan bisa membuka jalan bagi mengalirkan bantuan rekonstruksi untuk ke Jalur Gaza, di mana ribuan rumah telah hancur akibat konflik dan PBB mengatakan 425.000 orang telah mengungsi.

Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan korban tewas warga Gaza sejumlah 2016 dan mengatakan sebagian besar warga sipil anak anak, wilayah pesisir yang padat penduduk.

Gencatan senjata terbaru adalah yang ketiga dalam 10 hari tatkala perang itu terhenti. Ini diikuti gencatan senjata lima hari yang berakhir pada 2100 GMT pada hari Senin (18/8). (islamtimes/pahamilah)

Israel Tarik Tim Gencatan Senjata Gaza dari Kairo

Gaza, dalam serangan Zionis Israel

Pahamilah.com - Pejabat itu, yang berbicara kepada AFP, mengkonfirmasi delegasi telah "diperintahkan untuk kembali dari Kairo" dalam menanggapi dugaan serangan roket yang datang hanya tujuh jam sebelum berakhirnya perpanjangan gencatan senjata 24 jam yang berakhir pada tengah malam.

Juru bicara pemerintah Israel, Mark Regev mengatakan Israel tidak lagi terikat oleh perjanjian gencatan senjata, setelah tiga roket yang ditembakkan dari Gaza menyerang Israel selatan. Asap mengepul di atas Kota Gaza, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan serangan militer di Gaza, menyusul dugaan serangan roket.

Israel dan Palestina telah berjuang untuk mencapai kesepakatan dalam pembicaraan yang berlangsung ditengahi Mesir sebelum perpanjangan gencatan senjata Gaza sehari habis.
Seorang juru bicara militer menyatakan bahwa roket mendarat di daerah terbuka di dekat kota Beersheba dan tidak ada laporan tentang korban.

Kepala delegasi Palestina untuk negosiasi langsung dengan Israel di Kairo memperingatkan bahwa kekerasan bisa meledak kembali jika mereka gagal.

Setelah menit terakhir perjanjian terhenti pada Senin (18/8) untuk memperpanjang hingga 24 jam, sampai 2100 GMT pada hari Selasa (19/8), tenggat waktu untuk mencapai gencatan senjata, Azzam al-Ahmad, pemimpin senior gerakan Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, mengatakan ada "tidak ada kemajuan pada titik apapun "dalam pembicaraan.

Palestina menuntut diakhirinya blokade Mesir dan Israel dari Jalur Gaza yang melumpuhkan secara ekonomi, di mana Israel melancarkan serangan pada tanggal 8 Juli.

Para pejabat Palestina mengadakan pertemuan lagi pada hari Selasa (19/8) dengan mediator Mesir.

Kesepakatan bisa membuka jalan bagi mengalirkan bantuan rekonstruksi untuk ke Jalur Gaza, di mana ribuan rumah telah hancur akibat konflik dan PBB mengatakan 425.000 orang telah mengungsi.

Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan korban tewas warga Gaza sejumlah 2016 dan mengatakan sebagian besar warga sipil anak anak, wilayah pesisir yang padat penduduk.

Gencatan senjata terbaru adalah yang ketiga dalam 10 hari tatkala perang itu terhenti. Ini diikuti gencatan senjata lima hari yang berakhir pada 2100 GMT pada hari Senin (18/8). (islamtimes/pahamilah)

Ratusan warga Penjajah Israel protes 

Pahamilah.com - Polisi Israel memblokade lebih dari 200 demonstran ultra kanan Yahudi yang berniat menyerbu pesta pernikahan seorang wanita Yahudi dengan seorang pria muslim. Demonstran menerikkan kata-kata "matilah Arab".

Lusinan polisi termasuk anggota unit paling elite, membentuk rantai manusia untuk menahan demonstran dari pintu gerbang gedung pernikahan dan menahan mereka yang mengabaikan peringatan mereka. Empat demonstran ditahan, namun tidak ada yang cedera.

Pengacara pasangan pengantin Maral Malka (23) dan Mahmoud Mansour (26) yang keduanya warga Jaffa di Tel Aviv, gagal meminta pengadilan untuk mencegah demonstrasi itu.

Sang pria lalu meminta perlindungan polisi agar demonstran tetap berada 200 meter dari gedung pernikahan di sudut kota Tel Aviv di Rishon Lezion.

Demonstrasi ini menandai meningkatnya ketegangan antara warga Yahudi dan Arab di Israel dalam dua bulan terakhir menyusul konflik di Gaza, penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel Juni lalu menyusul balas dendam kematian seorang remaja Palestina di wilayah Yerusalem Israel.

Sebuah kelompok bernama Lehava yang mengorganisir demonstrasi anti pernikahan itu telah mengusik pasangan Yahudi-Arab itu sebelumnya dengan kerap mengutipkan alasan-alasan keagamaan untuk menolak perkawinan itu. Kelompok ini sebenarnya jarang berdemonstrasi di situs pernikahan.

Pasangan pengantin berkata kepada Channel 2 TV Israel bahwa demonstran gagal mencegah pernikahan mereka atau menciutkan semangat mereka.

"Kami akan berdansa dan menikah sampai matahari terik. Kami mendukung koeksistensi," kata sang mempelai pria.

Para demonstran yang kebanyakan anak muda mengenakan kaos hitam, mengutuk Malka yang lahir sebagai Yahudi namun masuk Islam demi pernikahan itu.

Mereka mengutuk sang mempelai wanita sebagai "pengkhianat yang melawan negara Yahudi," dan meneriakkan kata-kata kebencian kepada warga Arab dengan "matilah Arab."  Mereka juga menyanyikan, "Semoga desa kalian ludes terbakar." (republika/pahamilah)

Israel Dihebohkan Pernikahan Yahudi-Muslim

Ratusan warga Penjajah Israel protes 

Pahamilah.com - Polisi Israel memblokade lebih dari 200 demonstran ultra kanan Yahudi yang berniat menyerbu pesta pernikahan seorang wanita Yahudi dengan seorang pria muslim. Demonstran menerikkan kata-kata "matilah Arab".

Lusinan polisi termasuk anggota unit paling elite, membentuk rantai manusia untuk menahan demonstran dari pintu gerbang gedung pernikahan dan menahan mereka yang mengabaikan peringatan mereka. Empat demonstran ditahan, namun tidak ada yang cedera.

Pengacara pasangan pengantin Maral Malka (23) dan Mahmoud Mansour (26) yang keduanya warga Jaffa di Tel Aviv, gagal meminta pengadilan untuk mencegah demonstrasi itu.

Sang pria lalu meminta perlindungan polisi agar demonstran tetap berada 200 meter dari gedung pernikahan di sudut kota Tel Aviv di Rishon Lezion.

Demonstrasi ini menandai meningkatnya ketegangan antara warga Yahudi dan Arab di Israel dalam dua bulan terakhir menyusul konflik di Gaza, penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel Juni lalu menyusul balas dendam kematian seorang remaja Palestina di wilayah Yerusalem Israel.

Sebuah kelompok bernama Lehava yang mengorganisir demonstrasi anti pernikahan itu telah mengusik pasangan Yahudi-Arab itu sebelumnya dengan kerap mengutipkan alasan-alasan keagamaan untuk menolak perkawinan itu. Kelompok ini sebenarnya jarang berdemonstrasi di situs pernikahan.

Pasangan pengantin berkata kepada Channel 2 TV Israel bahwa demonstran gagal mencegah pernikahan mereka atau menciutkan semangat mereka.

"Kami akan berdansa dan menikah sampai matahari terik. Kami mendukung koeksistensi," kata sang mempelai pria.

Para demonstran yang kebanyakan anak muda mengenakan kaos hitam, mengutuk Malka yang lahir sebagai Yahudi namun masuk Islam demi pernikahan itu.

Mereka mengutuk sang mempelai wanita sebagai "pengkhianat yang melawan negara Yahudi," dan meneriakkan kata-kata kebencian kepada warga Arab dengan "matilah Arab."  Mereka juga menyanyikan, "Semoga desa kalian ludes terbakar." (republika/pahamilah)

Pentagon

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama telah menghentikan pengiriman rudal ke Israel dan pertikaian diplomatik besar baru telah muncul, dimana beberapa pejabat menyebutnya "perpecahan sangat serius" yang muncul malam ini, setelah Wall Street Journal mengungkapkan dimana Israel mengambil senjata AS untuk digunakan di Gaza tanpa izin Gedung Putih.

Menurut pejabat AS, kementerian perang Israel mengambil langsung senjata dari stockpile Pentagon tanpa meminta izin baik dari Gedung Putih ataupun Departemen Luar Negeri AS, AntiWar menulis dalam sebuah artikel.

Hal ini dilakukan meskipun senjata telah datang bersamaan dengan pembicaraan langsung AS-Israel tentang dana AS $ 225 juta yang lain untuk sistem Iron Dome mereka.

"Kami terpukul," kata salah satu diplomatik AS, sementara yang lain mengatakan mereka sangat prihatin bahwa Israel mengambil artileri bukan senjata presisi-dipandu untuk digunakan selama pemboman mereka di daerah sipil Gaza.

Itu sangat menyakitkan bahwa Israel mengambil senjata tanpa meminta izin Gedung Putih, karena miliaran dolar bantuan tahunan AS pada dasarnya telah mendukung pembiayaan seluruh Perang Gaza, dan telah hangus melalui semua senjata dan amunisi mereka yang disediakan AS, mereka hanya pergi ke gudang Pentagon dan mengambil lagi.

Pejabat Pentagon berusaha untuk mengecilkan insiden itu, mengatakan bahwa Israel tidak membutuhkan izin dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri untuk mengambil senjata.

Apakah iya atau tidak, itu sepenuhnya tidak jelas, namun hal ini jelas menjengkelkan pemerintah.

Selain menghentikan pengiriman, Departemen Luar Negeri mengumumkan "review" baru dari semua pengiriman senjata ke rezim Israel, meskipun mereka bersikeras bahwa waktu ini hanya kebetulan, dan itu hanya karena kekhawatiran tentang invasi Gaza. (islamtimes/pahamilah)

Pejabat AS ‘Terpukul' ketika Israel 'Mengambil' Senjata Pentagon

Pentagon

Pahamilah.com - Pemerintahan Obama telah menghentikan pengiriman rudal ke Israel dan pertikaian diplomatik besar baru telah muncul, dimana beberapa pejabat menyebutnya "perpecahan sangat serius" yang muncul malam ini, setelah Wall Street Journal mengungkapkan dimana Israel mengambil senjata AS untuk digunakan di Gaza tanpa izin Gedung Putih.

Menurut pejabat AS, kementerian perang Israel mengambil langsung senjata dari stockpile Pentagon tanpa meminta izin baik dari Gedung Putih ataupun Departemen Luar Negeri AS, AntiWar menulis dalam sebuah artikel.

Hal ini dilakukan meskipun senjata telah datang bersamaan dengan pembicaraan langsung AS-Israel tentang dana AS $ 225 juta yang lain untuk sistem Iron Dome mereka.

"Kami terpukul," kata salah satu diplomatik AS, sementara yang lain mengatakan mereka sangat prihatin bahwa Israel mengambil artileri bukan senjata presisi-dipandu untuk digunakan selama pemboman mereka di daerah sipil Gaza.

Itu sangat menyakitkan bahwa Israel mengambil senjata tanpa meminta izin Gedung Putih, karena miliaran dolar bantuan tahunan AS pada dasarnya telah mendukung pembiayaan seluruh Perang Gaza, dan telah hangus melalui semua senjata dan amunisi mereka yang disediakan AS, mereka hanya pergi ke gudang Pentagon dan mengambil lagi.

Pejabat Pentagon berusaha untuk mengecilkan insiden itu, mengatakan bahwa Israel tidak membutuhkan izin dari Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri untuk mengambil senjata.

Apakah iya atau tidak, itu sepenuhnya tidak jelas, namun hal ini jelas menjengkelkan pemerintah.

Selain menghentikan pengiriman, Departemen Luar Negeri mengumumkan "review" baru dari semua pengiriman senjata ke rezim Israel, meskipun mereka bersikeras bahwa waktu ini hanya kebetulan, dan itu hanya karena kekhawatiran tentang invasi Gaza. (islamtimes/pahamilah)

Gaza, dibawah serangan militer Zionis Israel

Pahamilah.com - Seorang pejabat Israel mengatakan, pembicaraan tidak langsung yang sedang berlangsung antara delegasi Israel dan Palestina di Kairo tak meraih  kemajuan apapun.

"Kesenjangan masih sangat luas. Belum ada kemajuan dalam negosiasi," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya, Selasa (12/8/14).

Komentar itu muncul lepas pembicaraan yang diperantarai Mesir memasuki hari kedua. Sementara gencatan senjata 72 jam kedua masih berjalan.

Negosiasi bertujuan mencapai gencatan senjata jangka panjang di Jalur Gaza yang terkepung.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan akan membahas pembicaraan Kairo dengan kabinet keamanan nanti pada Selasa sore (12/8). Tapi pertemuan itu dibatalkan, media melaporkan.

Sehari sebelumnya, seorang pejabat Palestina di Kairo mengatakan pembicaraan hari pertama berlangsung hampir 10 jam. "Negosiasi sangat serius," ujarnya. "Pertemuan (Selasa) akan sangat penting," tambahnya sambil berharap pembicaraan dapat menyelesaikan masalah-masalah penting seperti blokade tujuh tahun Israel di Gaza. (pahamilah/islamtimes)


Pembicaraan Israel-Hamas Stagnan

Gaza, dibawah serangan militer Zionis Israel

Pahamilah.com - Seorang pejabat Israel mengatakan, pembicaraan tidak langsung yang sedang berlangsung antara delegasi Israel dan Palestina di Kairo tak meraih  kemajuan apapun.

"Kesenjangan masih sangat luas. Belum ada kemajuan dalam negosiasi," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya, Selasa (12/8/14).

Komentar itu muncul lepas pembicaraan yang diperantarai Mesir memasuki hari kedua. Sementara gencatan senjata 72 jam kedua masih berjalan.

Negosiasi bertujuan mencapai gencatan senjata jangka panjang di Jalur Gaza yang terkepung.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan akan membahas pembicaraan Kairo dengan kabinet keamanan nanti pada Selasa sore (12/8). Tapi pertemuan itu dibatalkan, media melaporkan.

Sehari sebelumnya, seorang pejabat Palestina di Kairo mengatakan pembicaraan hari pertama berlangsung hampir 10 jam. "Negosiasi sangat serius," ujarnya. "Pertemuan (Selasa) akan sangat penting," tambahnya sambil berharap pembicaraan dapat menyelesaikan masalah-masalah penting seperti blokade tujuh tahun Israel di Gaza. (pahamilah/islamtimes)


Tentara Zionis Israel, menghadapi maut

Pahamilah.com - Mantan menteri pertahanan Zionis mengakui pada Minggu (10/8/14) kegagalan perang yang digelar rezim Zionis di Gaza sejak awal Juli lalu.

"Bahkan Israel mencapai titik yang diinginkan Hamas dan sekutunya...Mereka mencapai tujuan mereka dengan membawanya pada perang yang menyedihkan," kata Mofaz

"Memang, hari ini kita sedang menghadapi hilangnya kepercayaan di Israel yang seharusnya dikembalikan. Solid Rock seharusnya untuk memulihkan keamanan dan kepercayaan kepada Israel tapi tidak demikian," kata Mofaz mengacu pada para pemukim Zionis yang merasa tidak aman.

Mofaz juga mengkritik keras manajemen perang yang sedang berlangsung di Gaza. Ia menggarisbawahi, rezim Zionis telah memulai pertempuran akhir dan harus segera meninggalkan Jalur Gaza meski tujuannya tidak tercapai. Bahkan kekuatan penangkal tidak bisa dikembalikan.

"Warga Israel Selatan kehilangan kepercayaan mereka pada menteri keamanan dan kabinet..." tegas Pejabat Zionis itu. (islamtimes/pahamilah)


Mantan Menhan Zionis Akui Kegagalan Perang di Gaza

Tentara Zionis Israel, menghadapi maut

Pahamilah.com - Mantan menteri pertahanan Zionis mengakui pada Minggu (10/8/14) kegagalan perang yang digelar rezim Zionis di Gaza sejak awal Juli lalu.

"Bahkan Israel mencapai titik yang diinginkan Hamas dan sekutunya...Mereka mencapai tujuan mereka dengan membawanya pada perang yang menyedihkan," kata Mofaz

"Memang, hari ini kita sedang menghadapi hilangnya kepercayaan di Israel yang seharusnya dikembalikan. Solid Rock seharusnya untuk memulihkan keamanan dan kepercayaan kepada Israel tapi tidak demikian," kata Mofaz mengacu pada para pemukim Zionis yang merasa tidak aman.

Mofaz juga mengkritik keras manajemen perang yang sedang berlangsung di Gaza. Ia menggarisbawahi, rezim Zionis telah memulai pertempuran akhir dan harus segera meninggalkan Jalur Gaza meski tujuannya tidak tercapai. Bahkan kekuatan penangkal tidak bisa dikembalikan.

"Warga Israel Selatan kehilangan kepercayaan mereka pada menteri keamanan dan kabinet..." tegas Pejabat Zionis itu. (islamtimes/pahamilah)


Pahamilah.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon berkolaborasi secara rahasia dengan rezim "Israel" dan Amerika Serikat untuk melemahkan efek laporan Dewan Penyelidikan yang menuduh "Israel" melanggaran hak asasi manusia di Gaza pada Desember 2008-Januari 2009. Wikileaks merilis dokumen pada hari Jumat (8/8) yang mengungkapkan bahwa Ban menulis surat pada Dewan Keamanan PBB yang meminta anggotanya untuk tidak mempdulikan rekomendasi Dewan Penyelidikan PBB tentang pengeboman militer zionis "Israel" di Gaza. Laporan itu menunjukkan bahwa militer zionis (IDF) memiliki peran langsung dalam tujuh dari sembilan serangan terhadap gedung PBB di Jalur Gaza, serta menuduh "Israel" telah menghancurkan gedung-gedung PBB yang semestinya kebal dan tak boleh diganggu.
 
Menurut Wikileaks, Susan Rice, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, berbicara setidaknya empat kali dengan Ban Ki Moon "untuk mendiskusikan kekuatiran terhadap laporan Dewan Penyelidikan mengenai insiden di lokasi PBB pada bulan Desember 2008 dan Januari 2009".

Rekomendasi dari laporan ini mencakup kebutuhan untuk penyelidikan lebih mendalam dan tidak memihak pada "insiden" baru-baru ini, dan terkait dengan pengeboman fasilitas PBB.


Menurut Wikileaks, Rice pertama-tama meminta Ban untuk tidak menyertakan rekomendasi dalam ringkasan laporan akhir ini, yang seharusnya dikirim ke Dewan Keamanan PBB pada 5 Mei.

Ban menjawab bahwa "ia dibatasi dalam apa yang bisa dilakukan karena Dewan Penyelidikan bersifat independen; itu adalah laporan dan rekomendasi mereka dan ia tidak dapat menahannya".

Dalam percakapan kedua, "Rice mendesak Sekretaris Jenderal itu untuk menjelaskan dalam surat pengantarnya saat ia mengirimkan ringkasan itu kepada Dewan Keamanan bahwa rekomendasi tersebut melampaui cakupan dari kerangka acuan dan tidak diperlukan tindakan lebih lanjut."

Ban kemudian menjawab bahwa "stafnya bekerja dengan delegasi 'Israel' untuk teks surat pengantar itu".

Ia menegaskan dalam percakapan telepon terakhirnya bahwa "secarik surat pengantar yang memuaskan" telah dirampungkan. Dalam surat itu, (islamtimes/pahamilah)




Wikileaks Bongkar Kerjasama Antara "Israel" dan Sekjen PBB

Pahamilah.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon berkolaborasi secara rahasia dengan rezim "Israel" dan Amerika Serikat untuk melemahkan efek laporan Dewan Penyelidikan yang menuduh "Israel" melanggaran hak asasi manusia di Gaza pada Desember 2008-Januari 2009. Wikileaks merilis dokumen pada hari Jumat (8/8) yang mengungkapkan bahwa Ban menulis surat pada Dewan Keamanan PBB yang meminta anggotanya untuk tidak mempdulikan rekomendasi Dewan Penyelidikan PBB tentang pengeboman militer zionis "Israel" di Gaza. Laporan itu menunjukkan bahwa militer zionis (IDF) memiliki peran langsung dalam tujuh dari sembilan serangan terhadap gedung PBB di Jalur Gaza, serta menuduh "Israel" telah menghancurkan gedung-gedung PBB yang semestinya kebal dan tak boleh diganggu.
 
Menurut Wikileaks, Susan Rice, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, berbicara setidaknya empat kali dengan Ban Ki Moon "untuk mendiskusikan kekuatiran terhadap laporan Dewan Penyelidikan mengenai insiden di lokasi PBB pada bulan Desember 2008 dan Januari 2009".

Rekomendasi dari laporan ini mencakup kebutuhan untuk penyelidikan lebih mendalam dan tidak memihak pada "insiden" baru-baru ini, dan terkait dengan pengeboman fasilitas PBB.


Menurut Wikileaks, Rice pertama-tama meminta Ban untuk tidak menyertakan rekomendasi dalam ringkasan laporan akhir ini, yang seharusnya dikirim ke Dewan Keamanan PBB pada 5 Mei.

Ban menjawab bahwa "ia dibatasi dalam apa yang bisa dilakukan karena Dewan Penyelidikan bersifat independen; itu adalah laporan dan rekomendasi mereka dan ia tidak dapat menahannya".

Dalam percakapan kedua, "Rice mendesak Sekretaris Jenderal itu untuk menjelaskan dalam surat pengantarnya saat ia mengirimkan ringkasan itu kepada Dewan Keamanan bahwa rekomendasi tersebut melampaui cakupan dari kerangka acuan dan tidak diperlukan tindakan lebih lanjut."

Ban kemudian menjawab bahwa "stafnya bekerja dengan delegasi 'Israel' untuk teks surat pengantar itu".

Ia menegaskan dalam percakapan telepon terakhirnya bahwa "secarik surat pengantar yang memuaskan" telah dirampungkan. Dalam surat itu, (islamtimes/pahamilah)




Benjamin Netanyahu, Zionist Prime Minister

Pahamilah.com - "Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu terang-terangan membela pembantaian berdarah Tel Aviv di Gaza sebagai 'tindakan proporsional' dan malah menyalahkan pejuang perlawanan Palestina atas banyaknya korban sipil di Gaza.

Dalam konferensi pers Rabu (6/8/14) dengan media-media asing, Perdana Menteri Israel mengatakan, "Saya pikir itu dibenarkan, saya pikir itu proporsional..."

Pemimpin Zionis Israel ini juga mengatakan bahwa korban tewas yang sangat banyak adalah akibat "perbuatan Hamas sendiri."

Ia menambahkan, serangan terhadap sekolah-sekolah PBB akan "menjadi kesalahan moral" jika tentaranya tidak menyerang sekolah-sekolah tersebut karena akan membuat Hamas menang. "Itu jelas kesalahan. Ini adalah kesalahan moral. Ini adalah kesalahan operasional. Karena ... itu akan memberikan kemenangan besar untuk teroris di mana-mana."

Netanyahu mengklaim, Hamas menggunakan warga sebagai "perisai manusia" sambil menambahkan, kelompok perlawanan Palestina menggunakan sekolah dan rumah sakit untuk menyembunyikan pejuang dan senjata.

Pada Kamis (7/8), Amnesty International mengatakan Israel sengaja menyerang rumah sakit dan petugas kesehatan di Gaza dan menyeru penyelidikan segera terhadap agresi rezim Tel Aviv.

Laporan juga menunjukkan, militer Israel menggunakan senjata yang dilarang, termasuk bom fosfor putih, dalam serangan terhadap warga di daerah padat penduduk.

Sekitar 1.900 warga Palestina, termasuk 400 anak-anak, tewas dan 9.500 lainnya luka-luka sejak militer Israel melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza tanggal 8 Juli lalu.(islamtimes/pahamilah)


Netanyahu: Tidak Membunuh Warga Gaza adalah Kesalahan Moral

Benjamin Netanyahu, Zionist Prime Minister

Pahamilah.com - "Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu terang-terangan membela pembantaian berdarah Tel Aviv di Gaza sebagai 'tindakan proporsional' dan malah menyalahkan pejuang perlawanan Palestina atas banyaknya korban sipil di Gaza.

Dalam konferensi pers Rabu (6/8/14) dengan media-media asing, Perdana Menteri Israel mengatakan, "Saya pikir itu dibenarkan, saya pikir itu proporsional..."

Pemimpin Zionis Israel ini juga mengatakan bahwa korban tewas yang sangat banyak adalah akibat "perbuatan Hamas sendiri."

Ia menambahkan, serangan terhadap sekolah-sekolah PBB akan "menjadi kesalahan moral" jika tentaranya tidak menyerang sekolah-sekolah tersebut karena akan membuat Hamas menang. "Itu jelas kesalahan. Ini adalah kesalahan moral. Ini adalah kesalahan operasional. Karena ... itu akan memberikan kemenangan besar untuk teroris di mana-mana."

Netanyahu mengklaim, Hamas menggunakan warga sebagai "perisai manusia" sambil menambahkan, kelompok perlawanan Palestina menggunakan sekolah dan rumah sakit untuk menyembunyikan pejuang dan senjata.

Pada Kamis (7/8), Amnesty International mengatakan Israel sengaja menyerang rumah sakit dan petugas kesehatan di Gaza dan menyeru penyelidikan segera terhadap agresi rezim Tel Aviv.

Laporan juga menunjukkan, militer Israel menggunakan senjata yang dilarang, termasuk bom fosfor putih, dalam serangan terhadap warga di daerah padat penduduk.

Sekitar 1.900 warga Palestina, termasuk 400 anak-anak, tewas dan 9.500 lainnya luka-luka sejak militer Israel melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza tanggal 8 Juli lalu.(islamtimes/pahamilah)


Reruntuhan bangunan di Gaza, akibat serangan Zionis Israel

Pahamilah.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membela agresi sebulan Tel Aviv di Jalur Gazayang terkepung.

Dalam konferensi pers di Timur al-Quds (Yerusalem) hari Rabu (6/8/14), Bibi menyebut pemboman mematikan Israel dan penembakan terhadap warga Palestina "dibenarkan".

"Saya pikir itu dibenarkan, saya pikir itu proporsional," kata Bibi.

Netanyahu juga mengucapkan terima kasih pada Amerika karena mendukung rezim itu selama serangan tersebut, mengacu pada $ 225 juta untuk Iron Dome Israel.

Sekitar 1.900 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dan lebih dari 9.500 lainnya terluka dalam agresi besar-besaran rezim Israel sejak 8 Juli lalu.

Menurut Dana Anak-anak PBB (UNICEF), hampir 400.000 anak-anak Palestina membutuhkan bantuan psikologis segera karena "dampak perang yang tragis" (islamtimes/pahamilah)

Netanyahu: Serangan Israel di Gaza 'Dibenarkan Dan Proporsional'

Reruntuhan bangunan di Gaza, akibat serangan Zionis Israel

Pahamilah.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membela agresi sebulan Tel Aviv di Jalur Gazayang terkepung.

Dalam konferensi pers di Timur al-Quds (Yerusalem) hari Rabu (6/8/14), Bibi menyebut pemboman mematikan Israel dan penembakan terhadap warga Palestina "dibenarkan".

"Saya pikir itu dibenarkan, saya pikir itu proporsional," kata Bibi.

Netanyahu juga mengucapkan terima kasih pada Amerika karena mendukung rezim itu selama serangan tersebut, mengacu pada $ 225 juta untuk Iron Dome Israel.

Sekitar 1.900 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dan lebih dari 9.500 lainnya terluka dalam agresi besar-besaran rezim Israel sejak 8 Juli lalu.

Menurut Dana Anak-anak PBB (UNICEF), hampir 400.000 anak-anak Palestina membutuhkan bantuan psikologis segera karena "dampak perang yang tragis" (islamtimes/pahamilah)

Tentara ZIonis Israel, korban kekejaman sendiri

Pahamilah.com - Laporan media Israel mengatakan puluhan tentara Israel telah tewas dan lebih dari 1.600 terluka akibat serangan Tel Aviv di Jalur Gaza yang terkepung.

Para pejabat Israel mengatakan sedikitnya 1.620 tentara telah terluka dalam bentrokan dengan pejuang perlawanan Palestina selama beberapa minggu terakhir.

Media Israel menyebutkan jumlah warga sipil yang terluka selama serangan di atas 680. Mereka terluka setelah pejuang Palestina menembakkan rentetan roket ke Israel sebagai pembalasan atas serangan mematikan di daerah kantong Palestina yang diblokade.

Militer Israel juga mengatakan kehilangan hampir 64 tentara dalam bentrokan dengan pejuang Palestina, namun Hamas mengatakan dekat 150 tentara Israel telah tewas, yang dipandang sebagai kerugian jiwa terberat bagi militer Israel dalam beberapa tahun.

Israel sejauh ini telah mengaburkan publik tentang jumlah pasti korban.

Meningkatnya korban tewas pasukan Israel selama serangan berlangsung di Gaza telah mendorong tumbuhnya oposisi terhadap perang di kalangan masyarakat Israel.

Ribuan warga Israel telah mengadakan beberapa aksi unjuk rasa menentang perang Tel Aviv di Gaza selama beberapa hari terakhir. Demonstran dari sayap kiri dan anti-perang mengecam keras pemerintah karena berulang menyeret Israel ke dalam perang dan tindakan militer.

Sebuah survei terbaru oleh lembaga Israel, Panel Politik, mengungkapkan bahwa 66 persen dari masyarakat Israel percaya bahwa perang tidak mencapai tujuannya. Ini terjadi ketika pasukan Israel telah mundur dari Gaza, mengklaim bahwa mereka telah mencapai tujuan utama mereka.

Agresi militer Israel juga telah mengambil nyawa lebih dari 1.875 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, dan melukai lebih dari 9.600 orang di Gaza sejak 8 Juli.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengatakan telah meluncurkan penyelidikan internasional atas pelanggaran Israel terhadap hak asasi manusia dalam perang selama sebulan terhadap wilayah Palestina. (islamtimes/pahamilah)


Media: Lebih dari 1.600 Tentara Penjajah Israel Terluka dalam perang Gaza

Tentara ZIonis Israel, korban kekejaman sendiri

Pahamilah.com - Laporan media Israel mengatakan puluhan tentara Israel telah tewas dan lebih dari 1.600 terluka akibat serangan Tel Aviv di Jalur Gaza yang terkepung.

Para pejabat Israel mengatakan sedikitnya 1.620 tentara telah terluka dalam bentrokan dengan pejuang perlawanan Palestina selama beberapa minggu terakhir.

Media Israel menyebutkan jumlah warga sipil yang terluka selama serangan di atas 680. Mereka terluka setelah pejuang Palestina menembakkan rentetan roket ke Israel sebagai pembalasan atas serangan mematikan di daerah kantong Palestina yang diblokade.

Militer Israel juga mengatakan kehilangan hampir 64 tentara dalam bentrokan dengan pejuang Palestina, namun Hamas mengatakan dekat 150 tentara Israel telah tewas, yang dipandang sebagai kerugian jiwa terberat bagi militer Israel dalam beberapa tahun.

Israel sejauh ini telah mengaburkan publik tentang jumlah pasti korban.

Meningkatnya korban tewas pasukan Israel selama serangan berlangsung di Gaza telah mendorong tumbuhnya oposisi terhadap perang di kalangan masyarakat Israel.

Ribuan warga Israel telah mengadakan beberapa aksi unjuk rasa menentang perang Tel Aviv di Gaza selama beberapa hari terakhir. Demonstran dari sayap kiri dan anti-perang mengecam keras pemerintah karena berulang menyeret Israel ke dalam perang dan tindakan militer.

Sebuah survei terbaru oleh lembaga Israel, Panel Politik, mengungkapkan bahwa 66 persen dari masyarakat Israel percaya bahwa perang tidak mencapai tujuannya. Ini terjadi ketika pasukan Israel telah mundur dari Gaza, mengklaim bahwa mereka telah mencapai tujuan utama mereka.

Agresi militer Israel juga telah mengambil nyawa lebih dari 1.875 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, dan melukai lebih dari 9.600 orang di Gaza sejak 8 Juli.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengatakan telah meluncurkan penyelidikan internasional atas pelanggaran Israel terhadap hak asasi manusia dalam perang selama sebulan terhadap wilayah Palestina. (islamtimes/pahamilah)


Demo anti perang Zionis Israel terhadap Gaza

Pahamilah.com - Sebagian besar Zionis percaya bahwa tujuan yang ditetapkan pemerintah musuh atas agresi di Gaza hanya "sebagian" telah dicapai, menyatakan bahwa serangan itu telah berakhir dengan "tidak ada pemenang."

Menurut hasil jajak pendapat yang diterbitkan Rabu (6/8/14), 56% dari Zionis melihat bahwa tujuan dari operasi yang ditetapkan oleh pemerintah - termasuk menghancurkan terowongan dan meluncurkan serangan keras terhadap perlawanan Palestina - hanya "sebagian" telah tercapai.

Selain itu, 51% dari Zionis meminta percaya bahwa tidak ada dua pihak telah memenangkan perang ketika ditanya "Bagaimana Anda mengevaluasi hasil Israel ketika pada gencatan senjata 'Protective Edge' ?"
Jajak pendapat meliputi 442 orang, dengan margin of error 5,2 persen.

Kantor berita Agence France Presse menunjukkan bahwa tentara Zionis menimbulkan korban manusia terbesar - sejak perang Lebanon Juli 2006 - selama serangan terbaru di Gaza, sebagaimana 64 tentara dinyatakan tewas.

Tiga pemukim lainnya juga tewas dalam 30 hari serangan udara dan darat, yang meninggalkan 1900 martir Palestina, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, termasuk lebih dari 400 anak-anak. (islamtimes/pahamilah)


Poll Israel: Serangan terhadap Gaza Gagal

Demo anti perang Zionis Israel terhadap Gaza

Pahamilah.com - Sebagian besar Zionis percaya bahwa tujuan yang ditetapkan pemerintah musuh atas agresi di Gaza hanya "sebagian" telah dicapai, menyatakan bahwa serangan itu telah berakhir dengan "tidak ada pemenang."

Menurut hasil jajak pendapat yang diterbitkan Rabu (6/8/14), 56% dari Zionis melihat bahwa tujuan dari operasi yang ditetapkan oleh pemerintah - termasuk menghancurkan terowongan dan meluncurkan serangan keras terhadap perlawanan Palestina - hanya "sebagian" telah tercapai.

Selain itu, 51% dari Zionis meminta percaya bahwa tidak ada dua pihak telah memenangkan perang ketika ditanya "Bagaimana Anda mengevaluasi hasil Israel ketika pada gencatan senjata 'Protective Edge' ?"
Jajak pendapat meliputi 442 orang, dengan margin of error 5,2 persen.

Kantor berita Agence France Presse menunjukkan bahwa tentara Zionis menimbulkan korban manusia terbesar - sejak perang Lebanon Juli 2006 - selama serangan terbaru di Gaza, sebagaimana 64 tentara dinyatakan tewas.

Tiga pemukim lainnya juga tewas dalam 30 hari serangan udara dan darat, yang meninggalkan 1900 martir Palestina, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, termasuk lebih dari 400 anak-anak. (islamtimes/pahamilah)


Kemenlu Zionis Israel di al Quds - Jerusalem

Pahamilah.com - Kementerian Luar Negeri Israel telah menginstruksikan otoritas Tel Aviv untuk menghindari bekerja sama dengan penyelidikan PBB dalam perang brutal Israel di Gaza.

Kementerian mengatakan Tel Aviv tidak harus bekerja sama dengan penyelidik Dewan HAM PBB atas perilaku militer Israel di wilayah kantong Palestina yang diblokade.

Rekomendasi terbaru telah dilaporkan dibuat oleh diplomat senior dan anggota kementerian.

Para diplomat senior Israel telah menyebutkan kegagalan Israel untuk bekerja sama dengan penyelidikan Goldstone ke dalam perang Tel Aviv di Gaza pada tahun 2008 dan 2009 sebagai alasan mereka. Mereka mengatakan penyelidikan Goldstone menghilang dari dunia setelah Israel gagal untuk bekerja dengan dia.

Ini terjadi ketika Dewan HAM PBB baru-baru ini mengutuk serangan Israel di Gaza sebagai tidak proporsional dan tanpa pandang bulu. Dewan mengatakan telah meluncurkan penyelidikan internasional atas pelanggaran Israel terhadap hak asasi manusia dalam perang selama sebulan terhadap wilayah Palestina.

Menteri Luar Negeri Palestina, Riad al-Maliki baru-baru ini meminta PBB untuk mengakhiri apa yang disebutnya impunitas Israel, mengatakan Tel Aviv harus bertanggung jawab atas kejahatan di Gaza.

Diplomat senior Palestina juga mendorong untuk kasus kejahatan perang di Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) terhadap Israel akibat agresi brutal rezim Zionis di Jalur Gaza yang terkepung.
Agresi militer Israel telah mengambil nyawa lebih dari 1.875 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, dan melukai lebih dari 9.600 orang di Gaza sejak 8 Juli.

Badan internasional dan kelompok hak asasi manusia mengatakan warga sipil menjadi sebagian besar korban. (islamtimes/pahamilah)

Pejabat: Israel Tidak Boleh Bekerja Sama dengan Penyelidikan Kejahatan Perang PBB

Kemenlu Zionis Israel di al Quds - Jerusalem

Pahamilah.com - Kementerian Luar Negeri Israel telah menginstruksikan otoritas Tel Aviv untuk menghindari bekerja sama dengan penyelidikan PBB dalam perang brutal Israel di Gaza.

Kementerian mengatakan Tel Aviv tidak harus bekerja sama dengan penyelidik Dewan HAM PBB atas perilaku militer Israel di wilayah kantong Palestina yang diblokade.

Rekomendasi terbaru telah dilaporkan dibuat oleh diplomat senior dan anggota kementerian.

Para diplomat senior Israel telah menyebutkan kegagalan Israel untuk bekerja sama dengan penyelidikan Goldstone ke dalam perang Tel Aviv di Gaza pada tahun 2008 dan 2009 sebagai alasan mereka. Mereka mengatakan penyelidikan Goldstone menghilang dari dunia setelah Israel gagal untuk bekerja dengan dia.

Ini terjadi ketika Dewan HAM PBB baru-baru ini mengutuk serangan Israel di Gaza sebagai tidak proporsional dan tanpa pandang bulu. Dewan mengatakan telah meluncurkan penyelidikan internasional atas pelanggaran Israel terhadap hak asasi manusia dalam perang selama sebulan terhadap wilayah Palestina.

Menteri Luar Negeri Palestina, Riad al-Maliki baru-baru ini meminta PBB untuk mengakhiri apa yang disebutnya impunitas Israel, mengatakan Tel Aviv harus bertanggung jawab atas kejahatan di Gaza.

Diplomat senior Palestina juga mendorong untuk kasus kejahatan perang di Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) terhadap Israel akibat agresi brutal rezim Zionis di Jalur Gaza yang terkepung.
Agresi militer Israel telah mengambil nyawa lebih dari 1.875 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, dan melukai lebih dari 9.600 orang di Gaza sejak 8 Juli.

Badan internasional dan kelompok hak asasi manusia mengatakan warga sipil menjadi sebagian besar korban. (islamtimes/pahamilah)